7 Tahap untuk Melakukan Product Development

02 August 2022

Menciptakan visi, dan ide menjadi produk sering kali menjadi salah satu rintangan terbesar bagi calon pebisnis. Namun, ini adalah langkah awal menjadi pebisnis yang harus dilewati. Seperti David Barnett yang harus belajar menggunakan alat desain secara otodidak untuk membuat PopSockets.

Usahanya tidak percuma, sebab saat ini PopSocket adalah aksesori hand phone yang banyak orang. Keberhasilannya menjadi inspirasi untuk mengembangkan produk. Namun, product development pada praktiknya tidak hanya mengacu pada produk fisik.

Apa itu product development?

Istilah ini mengacu pada proses pembuatan dan membawa produk ke pasar. Tidak hanya produk baru, product development juga termasuk memperbarui produk yang sudah ada, dan memperkenalkan produk lama ke pasar baru. 

Dengan bekerja keras dan mengambil langkah-langkah dalam product development, Anda dapat membuat produk yang disukai pelanggan. Hal ini termasuk mengidentifikasi kebutuhan pasar, membuat konsep produk, membuat roadmap produk, merilis produk, dan mengumpulkan feedback dari pelanggan.

Tahap-tahap Product Development

Meskipun tanggung jawab setiap industri bisnis berbeda, pada dasarnya tahap product development dibagi menjadi berbagai tahap, yaitu pembuatan ide, penelitian, perencanaan, prototipe, sourcing, penetapan biaya, dan komersialisasi.

1. Pembuatan ide

Banyak calon pebisnis yang terjebak pada pembuatan ide dan brainstorming. Ini terjadi karena terlalu sering ingin memberikan gebrakan baru pada produk yang mau dijual. Membangun sesuatu yang “baru” memang terkesan inovatif, dan kreatif. Namun, banyak ide-ide bagus yang muncul karena hasil pengulangan yang sudah ada.

Untuk membantu membangun ide-ide produk, ajukan pertanyaan SCAMER. Ini adalah model pertanyaan yang memudahkan Anda membangun ide. Setiap hurufnya mewakili pertanyaan yang perlu Anda jawab, yaitu:

  • Substitute, misalnya plastik untuk membuat produk yang memiliki bulu imitasi

  • Combine, misalnya casing handphone dengan baterai.

  • Adapt, misalnya bra untuk menyusui dengan gesper di bagian depan

  • Modify, misalnya sikat gigi elektrik dengan desain yang lebih ramping

  • Put to another use, misalnya tempat tidur untuk anjing dengan bahan memory-foam

  • Eliminate, misalnya menghilangkan perantara ketika ingin membuat kacamata, sehingga membuat konsumen berhemat

  • Reverse/rearrange, misalnya tas duffle yang tidak membuat jas kusut

 

2. Penelitian

Dengan ide produksi yang sudah dimiliki, Anda mungkin merasa sangat semangat untuk langsung masuk ke bagian produksi. Namun, tindakan terburu-buru tersebut dapat menjadi bumerang. Terutama jika Anda gagal menguji ide terlebih dahulu.

Penelitian dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang beredar layak digunakan. Untuk penelitian Anda dapat membicarakan ide dengan keluarga dan teman, melakukan survei online untuk mendapatkan feedback, membuat campaign, hingga meminta feedback di forum online.

Proses riset juga bisa dilakukan dengan meneliti permintaan pasar dengan Google Trends. Anda juga bisa membuat banner atau informasi ‘coming soon’ melalui email, atau melakukan strategi pre-orders untuk menarik perhatian konsumen.

3. Rencana

Cara terbaik untuk memulai perencanaan adalah dengan membuat sketsa produk yang ingin dibuat. Anda tidak memerlukan gambar berkualitas profesional, tetapi sketsa harus detail. Berikan keterangan atau label yang dapat menjelaskan komponen, bahan, fitur dan fungsi produk.

Anda juga harus mulai mempertimbangkan harga eceran atau kategori produk Anda nanti. Apakah produk tersebut akan digunakan untuk kepentingan sehari-hari atau acara khusus? Apakah akan menggunakan bahan premium atau ramah lingkungan? Semua pertanyaan tersebut harus dipertimbangkan di tahap perencanaan. Dengan begitu, ini akan membantu Anda di proses-proses selanjutnya.

4. Membuat prototype

Kecil kemungkinan Anda akan mendapatkan produk jadi yang sesuai dengan harapan dalam sekali uji coba. Dalam fase prototipe akan melakukan uji coba dengan beberapa versi produk, sampai Anda merasa puas dengan sampel akhir. Ini dilakukan untuk membuat produk jadi sebagai sampel produksi massal.

Tidak hanya itu penting diingat bahwa Anda juga harus menguji kelayakan produk, sehingga layak untuk digunakan konsumen. Ini akan membantu Anda mendapatkan feedback dari para konsumen, sehingga tahu hal-hal yang dapat ditingkatkan.

5. Sourcing

Untuk membuat produk yang Anda inginkan diperlukan produsen, vendor, dan sumber daya yang memadai. Dalam proses sourcing Anda akan mencari produsen, supplier, pengiriman, dan urusan pergudangan atau tempat menyimpan produk-produk.

Saat mencari produsen atau supplier ada baiknya Anda membandingkan biaya, dan membuat opsi cadangan. Hal ini dilakukan karena jika salah satu produsen atau supplier tidak berhasil, Anda masih memiliki opsi lain.

Ada banyak tempat untuk menemukan vendor, baik online maupun secara langsung. Meskipun tampak kuno, banyak pebisnis yang masih mencari vendor di pameran. Acara seperti itu memberikan kesempatan untuk pebisnis dan vendor saling bertemu, melihat, berdiskusi, dan membangun hubungan bisnis.

6. Penetapan biaya

Anda harus memiliki perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Untuk menetapkan biaya, Anda dapat mengambil dari analisi bisnis yang sudah dikumpulkan, dan tambahkan harga pokok penjualan. Dari situ Anda dapat menentukan harga eceran, dan margin kotor.

Mulailah dengan membuat spreadsheet dengan rincian biaya yang diperlukan. Misalnya, biaya bahan baku, biaya pabrik, biaya produksi, dan biaya pengiriman. Pertimbangan pula lokasi produksi, dan dari mana bahan baku berasal. Jika ingin melakukan impor, perhatikan biaya bea cukai, sebab biaya ini dapat berdampak signifikan pada harga pokok. Bandingkan kedua opsi tersebut, dan pilihlah yang cocok dengan bisnis Anda.

7. Melakukan komersialisasi produk

Di tahap ini Anda telah menyiapkan produk, dan langkah terakhir yang harus dilakukan adalah memperkenalkan produk ke pasar. Di sini product development akan menyerahkan kendali kepada pemasaran untuk merilis produk.

Untuk membuat produk Anda komersial tidak selamanya membutuhkan uang yang banyak. Jika memiliki anggaran yang terbatas, Anda dapat melakukan beberapa hal, seperti mengirim informasi perilisan produk ke konsumen, bekerja sama dengan influencer, menyimpan produk dalam pembahasan ‘gift guide’, aktifkan Instagram Shopping, buat chat marketing, dan kumpulkan feedback dari konsumen.

Seluruhan tahapan product development memiliki tantangan masing-masing. Namun, dengan melakukan semua persiapan yang diperlukan, seperti riset, perencanaan, prototipe, sourcing, penetapan biaya, dan memasarkannya, Anda dapat siap menyiapkan produk yang akan disukai pelanggan.

Menciptakan visi, dan ide menjadi produk sering kali menjadi salah satu rintangan terbesar bagi calon pebisnis. Namun, ini adalah langkah awal menjadi pebisnis yang harus dilewati. Seperti David Barnett yang harus belajar menggunakan alat desain secara otodidak untuk membuat PopSockets.

Usahanya tidak percuma, sebab saat ini PopSocket adalah aksesori hand phone yang banyak orang. Keberhasilannya menjadi inspirasi untuk mengembangkan produk. Namun, product development pada praktiknya tidak hanya mengacu pada produk fisik.

Apa itu product development?

Istilah ini mengacu pada proses pembuatan dan membawa produk ke pasar. Tidak hanya produk baru, product development juga termasuk memperbarui produk yang sudah ada, dan memperkenalkan produk lama ke pasar baru. 

Dengan bekerja keras dan mengambil langkah-langkah dalam product development, Anda dapat membuat produk yang disukai pelanggan. Hal ini termasuk mengidentifikasi kebutuhan pasar, membuat konsep produk, membuat roadmap produk, merilis produk, dan mengumpulkan feedback dari pelanggan.

Tahap-tahap Product Development

Meskipun tanggung jawab setiap industri bisnis berbeda, pada dasarnya tahap product development dibagi menjadi berbagai tahap, yaitu pembuatan ide, penelitian, perencanaan, prototipe, sourcing, penetapan biaya, dan komersialisasi.

1. Pembuatan ide

Banyak calon pebisnis yang terjebak pada pembuatan ide dan brainstorming. Ini terjadi karena terlalu sering ingin memberikan gebrakan baru pada produk yang mau dijual. Membangun sesuatu yang “baru” memang terkesan inovatif, dan kreatif. Namun, banyak ide-ide bagus yang muncul karena hasil pengulangan yang sudah ada.

Untuk membantu membangun ide-ide produk, ajukan pertanyaan SCAMER. Ini adalah model pertanyaan yang memudahkan Anda membangun ide. Setiap hurufnya mewakili pertanyaan yang perlu Anda jawab, yaitu:

  • Substitute, misalnya plastik untuk membuat produk yang memiliki bulu imitasi

  • Combine, misalnya casing handphone dengan baterai.

  • Adapt, misalnya bra untuk menyusui dengan gesper di bagian depan

  • Modify, misalnya sikat gigi elektrik dengan desain yang lebih ramping

  • Put to another use, misalnya tempat tidur untuk anjing dengan bahan memory-foam

  • Eliminate, misalnya menghilangkan perantara ketika ingin membuat kacamata, sehingga membuat konsumen berhemat

  • Reverse/rearrange, misalnya tas duffle yang tidak membuat jas kusut

 

2. Penelitian

Dengan ide produksi yang sudah dimiliki, Anda mungkin merasa sangat semangat untuk langsung masuk ke bagian produksi. Namun, tindakan terburu-buru tersebut dapat menjadi bumerang. Terutama jika Anda gagal menguji ide terlebih dahulu.

Penelitian dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang beredar layak digunakan. Untuk penelitian Anda dapat membicarakan ide dengan keluarga dan teman, melakukan survei online untuk mendapatkan feedback, membuat campaign, hingga meminta feedback di forum online.

Proses riset juga bisa dilakukan dengan meneliti permintaan pasar dengan Google Trends. Anda juga bisa membuat banner atau informasi ‘coming soon’ melalui email, atau melakukan strategi pre-orders untuk menarik perhatian konsumen.

3. Rencana

Cara terbaik untuk memulai perencanaan adalah dengan membuat sketsa produk yang ingin dibuat. Anda tidak memerlukan gambar berkualitas profesional, tetapi sketsa harus detail. Berikan keterangan atau label yang dapat menjelaskan komponen, bahan, fitur dan fungsi produk.

Anda juga harus mulai mempertimbangkan harga eceran atau kategori produk Anda nanti. Apakah produk tersebut akan digunakan untuk kepentingan sehari-hari atau acara khusus? Apakah akan menggunakan bahan premium atau ramah lingkungan? Semua pertanyaan tersebut harus dipertimbangkan di tahap perencanaan. Dengan begitu, ini akan membantu Anda di proses-proses selanjutnya.

4. Membuat prototype

Kecil kemungkinan Anda akan mendapatkan produk jadi yang sesuai dengan harapan dalam sekali uji coba. Dalam fase prototipe akan melakukan uji coba dengan beberapa versi produk, sampai Anda merasa puas dengan sampel akhir. Ini dilakukan untuk membuat produk jadi sebagai sampel produksi massal.

Tidak hanya itu penting diingat bahwa Anda juga harus menguji kelayakan produk, sehingga layak untuk digunakan konsumen. Ini akan membantu Anda mendapatkan feedback dari para konsumen, sehingga tahu hal-hal yang dapat ditingkatkan.

5. Sourcing

Untuk membuat produk yang Anda inginkan diperlukan produsen, vendor, dan sumber daya yang memadai. Dalam proses sourcing Anda akan mencari produsen, supplier, pengiriman, dan urusan pergudangan atau tempat menyimpan produk-produk.

Saat mencari produsen atau supplier ada baiknya Anda membandingkan biaya, dan membuat opsi cadangan. Hal ini dilakukan karena jika salah satu produsen atau supplier tidak berhasil, Anda masih memiliki opsi lain.

Ada banyak tempat untuk menemukan vendor, baik online maupun secara langsung. Meskipun tampak kuno, banyak pebisnis yang masih mencari vendor di pameran. Acara seperti itu memberikan kesempatan untuk pebisnis dan vendor saling bertemu, melihat, berdiskusi, dan membangun hubungan bisnis.

6. Penetapan biaya

Anda harus memiliki perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Untuk menetapkan biaya, Anda dapat mengambil dari analisi bisnis yang sudah dikumpulkan, dan tambahkan harga pokok penjualan. Dari situ Anda dapat menentukan harga eceran, dan margin kotor.

Mulailah dengan membuat spreadsheet dengan rincian biaya yang diperlukan. Misalnya, biaya bahan baku, biaya pabrik, biaya produksi, dan biaya pengiriman. Pertimbangan pula lokasi produksi, dan dari mana bahan baku berasal. Jika ingin melakukan impor, perhatikan biaya bea cukai, sebab biaya ini dapat berdampak signifikan pada harga pokok. Bandingkan kedua opsi tersebut, dan pilihlah yang cocok dengan bisnis Anda.

7. Melakukan komersialisasi produk

Di tahap ini Anda telah menyiapkan produk, dan langkah terakhir yang harus dilakukan adalah memperkenalkan produk ke pasar. Di sini product development akan menyerahkan kendali kepada pemasaran untuk merilis produk.

Untuk membuat produk Anda komersial tidak selamanya membutuhkan uang yang banyak. Jika memiliki anggaran yang terbatas, Anda dapat melakukan beberapa hal, seperti mengirim informasi perilisan produk ke konsumen, bekerja sama dengan influencer, menyimpan produk dalam pembahasan ‘gift guide’, aktifkan Instagram Shopping, buat chat marketing, dan kumpulkan feedback dari konsumen.

Seluruhan tahapan product development memiliki tantangan masing-masing. Namun, dengan melakukan semua persiapan yang diperlukan, seperti riset, perencanaan, prototipe, sourcing, penetapan biaya, dan memasarkannya, Anda dapat siap menyiapkan produk yang akan disukai pelanggan.

Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat, Jakarta 12430
Indonesia
Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat,
Jakarta 12430
Indonesia