Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Brand Crisis: Mengapa Perusahaan Besar Gagal Menanganinya

Banner-Article-Nov-21.jpg

Brand Crisis adalah peristiwa atau situasi signifikan dan seringkali tidak terduga yang mengancam reputasi, integritas, dan nilai suatu merek. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penarikan kembali produk, masalah hubungan masyarakat, publisitas negatif, masalah etika, atau bahkan peristiwa eksternal di luar kendali perusahaan. Brand Crisis mempunyai potensi untuk merusak citra dan kinerja keuangan perusahaan, sehingga hal ini menjadi perhatian penting bagi dunia usaha di dunia yang saling terhubung dan sangat diawasi saat ini.

Respons yang efektif terhadap brand Crisis melibatkan pengakuan terhadap masalah tersebut, mengambil tanggung jawab, dan menguraikan tindakan perbaikan. Perusahaan juga harus berkomunikasi secara terbuka dengan pemangku kepentingan dan menunjukkan komitmen mereka dalam menyelesaikan masalah.

 

Kesalahan yang sering terjadi

Manajemen krisis yang efektif sangat penting dalam menjaga reputasi merek, terutama ketika menghadapi kontroversi atau konflik. Dampak dari kesalahan penanganan krisis bisa sangat parah dan berkepanjangan. Sebuah contoh ilustrasi mengenai manajemen krisis yang tidak berjalan dengan baik dapat dilihat pada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam boikot karena mereka dianggap mempunyai hubungan atau dukungan terhadap konflik politik yang berkaitan dengan isu-isu kemanusiaan.

Di tengah meningkatnya ketegangan antara pihak-pihak yang terlibat, perusahaan-perusahaan yang secara tidak sengaja terlibat dalam kekacauan tersebut mendapati diri mereka berada dalam posisi yang berbahaya. Meskipun mereka pada dasarnya adalah pengamat konflik, kegagalan mereka untuk memberikan respons yang memadai memperburuk situasi. Alih-alih secara proaktif mengatasi permasalahan dan melakukan dialog yang terbuka dan penuh empati dengan para pemangku kepentingan, banyak pihak yang memilih untuk diam atau mengeluarkan pernyataan yang umum dan tidak tulus.

Strategi manajemen krisis yang tidak efektif ini memicu penurunan besar dalam reputasi merek dan loyalitas pelanggan. Meskipun kegagalan spesifik setiap perusahaan mungkin berbeda-beda, beberapa prinsip umum manajemen krisis dapat menjelaskan kekurangannya. Dalam konteks gerakan boikot, terlihat jelas bahwa perusahaan-perusahaan tertentu tersendat dalam mensosialisasikan tanggapan dan tindakan strategis mereka untuk mengatasi krisis ini. Seperti yang terlihat dalam sejarah kita terkait konflik kemanusiaan misalnya, konflik langsung dengan keyakinan pelanggan dapat membuat mitigasi menjadi rumit. Merek perlu berhati-hati dan beradaptasi dengan harapan pelanggan sambil menjaga transparansi agar dapat mengelola krisis tersebut secara efektif. Selain itu, kurangnya komunikasi yang transparan tidak hanya menyebabkan menurunnya persepsi dan kepercayaan pelanggan namun juga mengikis kepercayaan terhadap kemampuan perusahaan dalam menangani krisis secara kompeten.

Cara Menavigasi Masa-masa sulit

Menavigasi manajemen brand Crisis dengan menggunakan prinsip "Dengarkan, Ukur, Bicara, dan Libatkan" merupakan pendekatan proaktif dan strategis untuk mengatasi dan memitigasi brand Crisis secara efektif.

Listen

Menggunakan Pemantauan Media Sosial & Umpan Balik Pelanggan: Perhatikan umpan balik pelanggan, baik positif maupun negatif. Pantau platform media sosial dan berita secara teratur

outlet, dan komunitas online untuk mengidentifikasi masalah yang muncul terkait merek. Media sosial hanyalah sebuah alat, yang terpenting adalah brand mendengarkan baik-baik keinginan audiens Anda.

Measure

Tolok Ukur & Persepsi Pemangku Kepentingan: Bandingkan kinerja dan reputasi merek Anda sebelum dan selama krisis. Tetapkan tolok ukur untuk menilai tingkat kerusakan dan melacak perbaikan dari waktu ke waktu. Selain itu, lakukan penilaian terhadap persepsi berbagai pemangku kepentingan terhadap krisis ini. Anda dapat melakukan survei kecil, kelompok fokus, atau wawancara atau hanya melihat data pendengaran di media sosial untuk memahami kekhawatiran dan harapan.

Talk

Transparansi & Pesan yang Konsisten: Transparansi membangun kepercayaan. Bersikaplah transparan dan jujur saat berkomunikasi dengan pemangku kepentingan. Akui krisis tersebut, berikan informasi tentang penyebabnya, dan sampaikan rencana Anda untuk mengatasinya. Pastikan semua saluran komunikasi, mulai dari siaran pers hingga pembaruan media sosial, menyampaikan pesan yang konsisten. Inkonsistensi dapat menimbulkan kebingungan dan merusak kredibilitas.

Engage

Komunikasi Dua Arah & Membangun Kembali Kepercayaan: Mendorong komunikasi dua arah dengan secara aktif mendengarkan masukan dan saran dari pemangku kepentingan. Keterlibatan ini dapat membantu membentuk respons krisis dan upaya pemulihan Anda. Setelah krisis awal, fokuslah untuk membangun kembali kepercayaan dengan pemangku kepentingan Anda. Tunjukkan komitmen Anda untuk belajar dari krisis, melakukan perbaikan, dan mencegah masalah serupa di masa depan

Brand Crisis adalah aspek penting dalam pemasaran modern dan manajemen bisnis. Perusahaan yang telah mempersiapkan diri dengan baik dan merespons secara efektif terhadap brand Crisis sering kali dapat mengatasi tantangan ini dengan reputasi yang utuh atau bahkan diperkuat.

ARTIKEL TERKAIT