Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Artikel

cover-artikel-putih.jpg
Mengapa Manajer Membutuhkan Pengetahuan Finance for Non Finance Sebelum Membuat Keputusan Besar?
15 August 2025

Sekarang ini, setiap keputusan strategis, operasional, maupun taktis memiliki dampak finansial yang signifikan. Namun, banyak manajer dari latar belakang pemasaran, operasional, teknologi, hingga human capital yang masih merasa kurang percaya diri ketika berhadapan dengan laporan keuangan atau diskusi anggaran.

Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan dinamis, para manajer non-keuangan dihadapkan pada tantangan yang tidak lagi terbatas pada lingkup fungsional mereka semata.

Menurut artikel Harvard Business Review tahun 2021, kurangnya literasi keuangan menyebabkan banyak manajer kesulitan dalam menilai risiko, memahami dampak biaya, dan mengevaluasi profitabilitas inisiatif yang mereka kelola. 

Hal ini menciptakan kesenjangan pemahaman antara fungsi keuangan dan fungsi lain dalam organisasi. Tanpa pemahaman dasar keuangan, manajer cenderung membuat keputusan yang tidak optimal, bahkan berisiko menghambat pertumbuhan perusahaan.

Sebagai pemimpin bisnis, Anda tentu memahami bahwa keputusan yang kuat harus didasarkan pada pemahaman menyeluruh, termasuk pemahaman atas implikasi finansial dari setiap strategi yang diambil. Oleh karena itu, membekali diri dan tim manajerial Anda dengan literasi keuangan dasar bukan hanya penting, tetapi juga mendesak.

Definisi dan Ruang Lingkup Finance for Non-Finance

Finance for Non-Finance adalah kerangka pembelajaran keuangan yang dirancang khusus bagi profesional non-keuangan agar dapat memahami, menginterpretasikan, dan menggunakan informasi finansial dalam pengambilan keputusan bisnis. 

Tujuan utamanya adalah menjembatani kesenjangan antara tim manajerial dan fungsi keuangan dalam organisasi.

Ruang lingkup materi Finance for Non-Finance mencakup pemahaman dasar atas laporan keuangan seperti neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), dan arus kas (cash flow statement). 

Selain itu, para manajer juga diajarkan cara membaca rasio keuangan, memahami siklus anggaran, serta mengenali prinsip dasar akuntansi dan perencanaan keuangan.

McKinsey menekankan bahwa ketika manajer non-keuangan dapat berbicara dalam "bahasa keuangan," mereka menjadi lebih efektif dalam menyusun strategi, mengalokasikan sumber daya, dan berkomunikasi dengan CFO maupun pemangku kepentingan eksternal. 

Hal ini akan memperkuat kolaborasi lintas fungsi dan meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.

Urgensi Penguasaan Keuangan bagi Manajer

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap aktivitas bisnis mulai dari peluncuran produk, ekspansi pasar, hingga investasi teknologi, akan berdampak pada kondisi keuangan perusahaan.

Ketika manajer tidak memahami bagaimana suatu keputusan memengaruhi cash flow, margin, atau return on investment (ROI), maka keputusan yang diambil bisa menjadi tidak berkelanjutan atau bahkan merugikan.

Menurut Deloitte, literasi keuangan yang kuat memungkinkan manajer untuk mengidentifikasi potensi inefisiensi, mengenali sinyal peringatan finansial, dan mengambil tindakan preventif sebelum masalah membesar. 

Dalam konteks ini, kemampuan memahami data keuangan menjadi salah satu bentuk daya tahan organisasi.

Selain itu, di tengah meningkatnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas, manajer dengan pemahaman finansial mampu memberikan justifikasi yang lebih kuat atas setiap rencana atau proyek yang diajukan. 

Ini sangat penting, terutama saat bersaing untuk mendapatkan alokasi anggaran atau mempresentasikan proposal kepada direksi.

Konsep dan Prinsip Dasar Keuangan yang Harus Diketahui

Saat ini, konsep dan prinsip dasar keuangan merupakan fondasi penting bagi setiap manajer, terlepas dari latar belakang fungsionalnya. Dalam banyak organisasi, keputusan operasional dan strategis tidak dapat dipisahkan dari implikasi finansialnya. 

Oleh karena itu, pemahaman terhadap laporan keuangan utama, analisis rasio, serta alat evaluasi seperti break-even analysis dan ROI bukan lagi menjadi domain eksklusif tim keuangan, tetapi tanggung jawab bersama. 

Manajer harus terlibat dalam penyusunan anggaran, evaluasi proyek, atau alokasi sumber daya. Beberapa konsep fundamental yang wajib dikuasai oleh manajer non-keuangan mencakup beberapa hal berikut:

1. Laporan Keuangan Utama

Laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, dan arus kas tidak hanya menyajikan angka, tetapi mencerminkan cerita bisnis yang sesungguhnya. 

Neraca memberikan gambaran tentang seberapa kuat struktur modal perusahaan apakah perusahaan terlalu bergantung pada utang, atau memiliki aset yang tidak produktif. 

Laporan laba rugi menunjukkan apakah strategi bisnis yang diterapkan benar-benar menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Arus kas, yang sering diabaikan oleh non-financial manager, justru menjadi indikator paling vital dalam menjaga kelangsungan operasional. 

Menurut Harvard Business Review, manajer yang tidak memahami arus kas cenderung meremehkan risiko kekurangan likuiditas, yang merupakan penyebab utama kegagalan usaha kecil hingga menengah.

2. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio seperti likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas membantu Anda membaca “sinyal awal” dari potensi krisis atau peluang ekspansi. 

Sebagai contoh, rasio lancar yang rendah dapat menjadi peringatan bahwa perusahaan kesulitan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang tinggi mungkin mengindikasikan ketergantungan berlebih pada pembiayaan eksternal. 

Di sinilah pentingnya financial literacy yang dikampanyekan Deloitte agar manajer mampu menafsirkan angka menjadi wawasan yang relevan bagi divisi mereka.

3. Break-even Analysis dan ROI

Alat seperti break-even analysis dan return on investment (ROI) sangat krusial dalam pengambilan keputusan proyek. 

Dengan memahami titik impas, Anda tidak hanya tahu kapan suatu proyek mulai menghasilkan, tetapi juga dapat membandingkan efektivitas berbagai inisiatif berdasarkan estimasi ROI. 

McKinsey menekankan bahwa manajer yang mampu menilai ROI proyek secara realistis akan lebih unggul dalam menyaring inisiatif yang benar-benar mendukung strategi jangka panjang perusahaan. 

Tanpa alat ini, keputusan sering kali didasarkan pada intuisi atau tekanan politis internal, bukan data objektif.

Dengan menguasai konsep-konsep tersebut, Anda akan memiliki kerangka berpikir finansial yang membantu menilai risiko secara lebih akurat dan memperkuat setiap rekomendasi dengan dasar analisis yang solid. 

Ini bukan hanya meningkatkan kualitas keputusan, tetapi juga meningkatkan kredibilitas Anda sebagai pemimpin dalam forum lintas fungsi.

Manfaat Finance for Non-Finance untuk Kinerja dan Pengambilan Keputusan

Ketika para manajer memahami dasar-dasar keuangan, mereka dapat melihat gambaran besar dan menghindari silo mindset.

Mereka tidak hanya fokus pada KPI fungsional, tetapi juga mempertimbangkan dampak strategis dari setiap aktivitas terhadap profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.

Harvard Business Review menyoroti bahwa perusahaan dengan eksekutif yang memiliki literasi finansial tinggi mampu membuat keputusan yang lebih cepat, akurat, dan berdampak. 

Ini karena mereka dapat mengintegrasikan perspektif bisnis dengan pemahaman angka yang relevan, sehingga proses alokasi sumber daya menjadi lebih efisien dan strategis.

Akhirnya, literasi keuangan juga meningkatkan kredibilitas Anda sebagai pemimpin. Dengan kemampuan membaca laporan keuangan dan berdiskusi secara kritis dengan departemen finance, Anda menunjukkan kematangan manajerial dan kesiapan untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam struktur organisasi.

Apakah Manajer di Perusahaan Anda sudah Melek Keuangan?

Kemampuan memahami laporan keuangan, menganalisis rasio, serta menilai kelayakan proyek melalui ROI akan memperluas perspektif strategis Anda, meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan, dan memperkuat peran Anda dalam mendorong pertumbuhan organisasi secara berkelanjutan.

Dalam era bisnis modern yang menuntut akurasi, akuntabilitas, dan kolaborasi lintas fungsi, penguasaan dasar-dasar keuangan bukan lagi sekadar keunggulan tambahan, melainkan kebutuhan mendesak bagi setiap manajer.

Tidak hanya untuk kepentingan unit kerja Anda, tetapi juga untuk keberhasilan bisnis secara keseluruhan.

Kini saatnya Anda mengambil langkah konkret untuk memperkaya kompetensi finansial Anda dan tim manajerial Anda. 

Dengan mengikuti Program Finance for Non-Finance Professional dari prasmul-eli, Anda akan dibekali pemahaman praktis dan terstruktur untuk berkontribusi lebih besar dalam setiap forum pengambilan keputusan strategis.

cover-artikel-putih.jpg
Tanpa Business Analysis Bisnis Anda Berjalan Tanpa Kompas
15 August 2025

Peran business analysis (BA) menjadi sangat krusial untuk membantu para pemimpin memahami kondisi bisnis secara menyeluruh, memetakan risiko, serta mengambil keputusan dengan presisi tinggi.

Apalagi di tengah gejolak ekonomi dan ketidakpastian pasar, keputusan bisnis yang tidak berbasis data kini menjadi taruhan yang terlalu mahal. Menurut artikel Harvard Business Review tahun 2023, sebanyak 82% kegagalan bisnis kecil dan menengah disebabkan oleh lemahnya pengelolaan arus kas, bukan oleh kurangnya ide, produk, atau peluang. 

Sementara itu, riset Deloitte tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya 12% CFO yang memiliki sistem deteksi krisis berbasis dashboard real-time. Data ini menyoroti satu fakta penting bahwa banyak organisasi masih buta arah saat membuat keputusan strategis.

Sebaliknya, perusahaan yang telah mengintegrasikan fungsi analisis bisnis dengan operasional menunjukkan ketahanan yang jauh lebih tinggi. 

Riset dari McKinsey tahun 2021 menemukan bahwa perusahaan yang berhasil menyatukan fungsi keuangan, teknologi, dan operasi memiliki resiliensi 30% lebih tinggi saat menghadapi disrupsi pasar.Ini bukan hanya soal efisiensi, melainkan soal kelangsungan bisnis di tengah tekanan yang tak henti-henti.

Artikel ini akan membawa Anda memahami lebih dalam bagaimana business analysis tidak lagi menjadi fungsi pendukung, tetapi telah bertransformasi menjadi pilar utama dalam pengambilan keputusan strategis. 

Melalui definisi, proses, hingga manfaatnya bagi level manajerial dan direksi, Anda akan mendapatkan gambaran utuh mengapa BA menjadi kompetensi inti di perusahaan masa depan dan bagaimana Anda dapat mulai mengimplementasikannya hari ini.

Tantangan Bisnis Modern dan Kebutuhan Business Analysis

Di tengah disrupsi teknologi, transformasi digital, dan persaingan global yang semakin ketat, kemampuan untuk memahami kebutuhan bisnis secara menyeluruh menjadi faktor kunci.

Banyak organisasi gagal bukan karena kekurangan sumber daya, tetapi karena ketidakmampuan dalam mengambil keputusan strategis berbasis data yang relevan dan akurat. 

Belum lagi permasalahan seperti kesulitan mengambil keputusan bisnis yang valid tanpa data yang valid, keterbatasan komunikasi lintas fungsi dalam organisasi, kesulitan adaptasi dengan perubahan pasar dan teknologi, dan masalah lainnya. Inilah permasalahan nyata yang dihadapi bisnis modern saat ini. 

Menurut laporan PMI Pulse of the Profession 2023, organisasi yang secara konsisten menerapkan praktik analisis bisnis (business analysis) menunjukkan tingkat keberhasilan proyek yang lebih tinggi dan mampu menyesuaikan diri lebih baik terhadap dinamika pasar.

Hal ini membuktikan bahwa business analysis tidak hanya penting, tetapi esensial bagi keberlangsungan bisnis.

Sebagai seorang pemimpin, Anda tentu menyadari bahwa kesalahan dalam menetapkan arah strategis atau merancang solusi bisnis dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan. 

Di sinilah peran business analysis hadir sebagai jembatan antara tantangan yang dihadapi dan solusi yang relevan, terukur, serta berkelanjutan.

Definisi dan Konsep Business Analysis

Business analysis adalah disiplin ilmu yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada, baik dalam bentuk pengembangan sistem, proses bisnis baru, atau peningkatan kapabilitas organisasi.

Seorang business analyst bertugas untuk mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan menyampaikan rekomendasi berbasis bukti guna mendukung pengambilan keputusan.

Konsep utama dari BA mencakup pemahaman mendalam terhadap konteks bisnis, pemetaan kebutuhan pemangku kepentingan, analisis proses yang ada, serta perumusan solusi yang sesuai dengan tujuan strategis organisasi. 

Dalam konteks ini, BA menjadi fondasi bagi transformasi digital yang berorientasi pada hasil.

Menurut McKinsey Digital, perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip BA secara efektif memiliki peluang dua kali lebih besar untuk menciptakan keunggulan kompetitif berbasis teknologi dan data. 

Ini menunjukkan bahwa BA bukan hanya alat teknis, melainkan pendekatan strategis untuk menyelaraskan tujuan bisnis dan solusi teknologi.

Bagaimana Proses Business Analysis di Perusahaan

Proses business analysis umumnya terbagi menjadi beberapa tahapan utama, yang masing-masing memberikan kontribusi signifikan terhadap kualitas dan keberhasilan implementasi strategi.

  1. Identifikasi Masalah dan Peluang

Tahap pertama melibatkan pemahaman menyeluruh terhadap konteks bisnis, termasuk permasalahan yang sedang dihadapi dan peluang yang dapat dimanfaatkan. 

Pada tahap ini, seorang business analyst akan berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menggali perspektif yang beragam. 

Data awal yang diperoleh menjadi dasar untuk menetapkan ruang lingkup analisis lebih lanjut.

  1. Analisis Kebutuhan dan Pemangku Kepentingan

Setelah memahami konteks, analis bisnis akan memetakan kebutuhan yang ada, baik kebutuhan fungsional maupun non-fungsional. Di sini, pendekatan seperti stakeholder mapping dan kebutuhan bisnis (business requirements) menjadi alat penting untuk memastikan solusi yang dirancang benar-benar menjawab kebutuhan utama organisasi.

  1. Perumusan Solusi dan Rekomendasi

Berdasarkan kebutuhan yang telah diidentifikasi, analisis dilakukan untuk menentukan solusi terbaik. Solusi bisa berupa perubahan proses bisnis, implementasi teknologi, restrukturisasi organisasi, atau kombinasi dari ketiganya. Hasil analisis dituangkan dalam bentuk dokumen bisnis yang menyajikan insight, proyeksi dampak, dan rencana implementasi.

  1. Validasi dan Evaluasi

Sebelum solusi diimplementasikan, perlu dilakukan validasi terhadap asumsi dan metode yang digunakan. Tahap ini penting untuk menghindari bias, serta memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan layak diterapkan. Setelah implementasi, dilakukan evaluasi untuk mengukur efektivitas dan dampaknya terhadap tujuan bisnis yang telah ditetapkan.

Manfaat Strategis Business Analysis (BA) bagi Manajer dan Direktur

Business analysis memberikan manfaat yang sangat besar, khususnya bagi para manajer dan direktur yang bertanggung jawab dalam menetapkan arah strategis perusahaan. 

Pertama, BA memberikan kejelasan terhadap kompleksitas bisnis yang sering kali tersembunyi di balik data yang tersebar. Dengan pendekatan sistematis, Anda dapat memahami akar masalah yang sebenarnya dan tidak hanya gejalanya.

Kedua, BA membantu dalam pengambilan keputusan berbasis data. Seperti yang ditegaskan dalam Harvard Business Review, perusahaan yang menerapkan pengambilan keputusan berbasis data memiliki performa yang lebih tinggi dibandingkan kompetitornya. 

Dengan informasi yang valid dan analisis yang objektif, manajer dan direktur dapat mengambil langkah yang lebih terukur dan terhindar dari keputusan spekulatif.

Ketiga, BA memperkuat kolaborasi lintas fungsi dalam organisasi. Seorang business analyst tidak bekerja sendiri, melainkan menjadi penghubung antara tim teknologi, pemasaran, operasional, dan manajemen. 

Sinergi ini menciptakan pemahaman bersama terhadap tujuan organisasi dan mempercepat eksekusi strategi.

Sebagai pemimpin, Anda tidak hanya membutuhkan data, tetapi juga kemampuan untuk mengubah data tersebut menjadi strategi. Business analysis adalah jembatan yang menghubungkan kompleksitas operasional dengan arah strategis jangka panjang. 

Di tengah era digital ini, kemampuan tersebut menjadi pembeda antara organisasi yang stagnan dan yang terus tumbuh secara berkelanjutan.

Apakah Anda Sudah Melakukan Business Analysis yang Tepat untuk Menavigasi Tantangan Perusahaan?

Dalam dunia bisnis yang semakin kompleks dan kompetitif, kemampuan untuk membaca situasi dengan tajam, mengelola risiko secara proaktif, dan mengambil keputusan berbasis data bukan lagi sekadar keunggulan tetapi sebuah keharusan. 

Business analysis menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk menjawab tantangan tersebut dengan pendekatan yang terstruktur, kolaboratif, dan berorientasi pada hasil. 

Bagi Anda, para pemimpin bisnis, investasi pada kompetensi analitis tidak hanya akan meningkatkan efektivitas organisasi, tetapi juga membangun ketahanan jangka panjang dalam menghadapi disrupsi yang tidak terduga.

Jika Anda siap untuk memperkuat kapabilitas strategis Anda melalui pemahaman mendalam tentang business analysis, maka saatnya mengambil langkah konkret. 

Ikuti program Strategic Business Analysis dari prasmul-eli, sebuah program yang dirancang khusus untuk eksekutif dan manajer yang ingin mengintegrasikan analisis bisnis ke dalam proses pengambilan keputusan strategis secara efektif.

cover-artikel-putih.jpg
Bagaimana Supply Chain Program Dapat Mengoptimalkan Rantai Pasok dan Meningkatkan Profitabilitas
14 August 2025

Supply chain telah berevolusi menjadi komponen strategis yang menentukan daya saing, profitabilitas, dan kelangsungan bisnis.

Dalam lanskap bisnis yang semakin kompleks dan cepat berubah, efektivitas supply chain atau rantai pasok bukan lagi sekadar urusan operasional. 

Studi McKinsey tahun 2020 menunjukkan bahwa perusahaan dengan supply chain yang terintegrasi mampu meningkatkan margin keuntungan hingga 7%. 

Sementara itu, artikel Harvard Business Review tahun 2021 mengungkapkan bahwa 79% perusahaan yang telah mendigitalisasi rantai pasok mereka mengalami peningkatan signifikan dalam kepuasan pelanggan. 

Ini membuktikan bahwa supply chain management yang efektif bukan sekadar alat efisiensi, tetapi instrumen strategis yang langsung berdampak pada performa bisnis.

CEO dan manajer perusahaan kini harus memandang supply chain sebagai pengungkit pertumbuhan dan bukan hanya sebagai sistem logistik atau distribusi belaka.

Artikel ini membahas mengapa supply chain program adalah investasi strategis, bukan biaya operasional. 

Pembahasan ini akan membedah pengaruh langsung supply chain terhadap profit, tantangan utama dalam optimalisasi supply chain, dan bagaimana implementasi program supply chain yang tepat dapat menjadi penggerak pertumbuhan dan efisiensi.

Apa Pengaruh Efektivitas Supply Chain terhadap Profitabilitas Perusahaan?

Efisiensi dan efektivitas supply chain memiliki dampak signifikan terhadap profitabilitas. 

Sebuah studi dari McKinsey menyebutkan bahwa perusahaan dengan supply chain yang sangat efektif dapat mengurangi biaya operasional hingga 20% dan meningkatkan tingkat layanan pelanggan sebesar 15% hingga 25%.

Lebih dari itu, rantai pasok yang gesit (agile) dan tangguh (resilient) memberikan perusahaan keunggulan kompetitif. 

Harvard Business Review menggarisbawahi bahwa pergeseran menuju supply chain yang responsif dan digital memungkinkan perusahaan mengantisipasi permintaan, menyesuaikan inventaris, dan merespons gangguan pasar lebih cepat daripada pesaing.

Secara langsung, adanya program supply chain optimization membantu:

  • Mengurangi biaya inventaris dan penyimpanan.
  • Mempercepat perputaran barang dan arus kas.
  • Meminimalkan risiko kekurangan atau kelebihan pasokan.
  • Meningkatkan kepuasan dan retensi pelanggan.

Ketika semua elemen ini terintegrasi dengan baik, hasilnya adalah peningkatan margin keuntungan dan posisi pasar yang lebih kuat.

Tantangan yang Perusahaan Hadapi dalam Mengoptimalkan Supply Chain untuk Profitabilitas

Meski potensi supply chain sebagai motor penggerak profitabilitas semakin diakui, pelaksanaannya di lapangan tidaklah sesederhana teori. 

Banyak perusahaan, termasuk yang telah mapan, masih menghadapi berbagai kendala dalam mengelola rantai pasok secara optimal. 

Kesenjangan antara perencanaan strategis dan pelaksanaan operasional sering kali menjadi sumber inefisiensi, pemborosan biaya, dan hilangnya peluang pasar. 

Dalam lanskap bisnis modern yang penuh disrupsi, kelemahan kecil dalam supply chain dapat berkembang menjadi hambatan besar yang menggerus margin dan menurunkan daya saing.

Transformasi supply chain bukan hanya soal mengganti teknologi lama dengan yang baru. Hal itu menuntut perubahan menyeluruh dalam cara perusahaan mengakses informasi, berkolaborasi lintas fungsi, merespons risiko global, dan memanfaatkan data untuk pengambilan keputusan.

Menurut laporan dari McKinsey, Harvard Business Review, dan Deloitte, perusahaan-perusahaan yang berhasil menavigasi tantangan ini bukan hanya lebih efisien, tetapi juga lebih tangguh dan adaptif dalam menghadapi ketidakpastian.

Berikut adalah sejumlah tantangan utama yang perlu diatasi untuk memastikan supply chain benar-benar menjadi aset strategis yang meningkatkan profitabilitas.

1. Kurangnya Visibilitas End-to-End 

Banyak organisasi masih bergantung pada sistem legacy yang bekerja secara parsial di berbagai lini, sehingga menciptakan silo informasi dan menyulitkan integrasi antar unit.

Akibatnya, pemimpin bisnis tidak memiliki akses menyeluruh terhadap pergerakan barang, kapasitas pemasok, atau kondisi inventaris secara real-time. 

Ketika visibilitas terbatas, maka pengambilan keputusan pun menjadi reaktif dan sering kali berdasarkan asumsi, bukan data.

Kurangnya visibilitas ini tidak hanya memperlambat respons terhadap perubahan permintaan pasar, tapi juga meningkatkan risiko overstocking, stockout, dan biaya logistik yang tidak efisien. 

Untuk membangun visibilitas end-to-end, perusahaan perlu mengadopsi sistem digital supply chain yang terhubung dan menggunakan platform manajemen terpusat. 

Dengan begitu, rantai pasok bisa dipantau secara dinamis, sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat dan presisi.

2. Ketergantungan pada Proses Manual 

Di era digital, banyak perusahaan justru masih mengandalkan spreadsheet, email, atau input manual dalam menjalankan proses supply chain. 

Ini menyebabkan keterlambatan dalam pemrosesan data, minimnya akurasi informasi, serta meningkatnya risiko human error. 

Ketika pasar menuntut kecepatan dan ketepatan, proses manual menjadi penghambat utama fleksibilitas dan efisiensi operasional.

Laporan Deloitte menegaskan bahwa perusahaan yang tidak berinvestasi dalam otomatisasi supply chain lebih rentan terhadap gangguan dan ketidakstabilan. 

Automasi melalui teknologi seperti robotic process automation (RPA), artificial intelligence (AI), dan predictive analytics memungkinkan proses yang lebih cepat, akurat, dan scalable.

Implementasi teknologi ini harus dilihat bukan sebagai biaya tambahan, tetapi sebagai investasi strategis untuk keberlangsungan bisnis jangka panjang.

3. Gangguan Eksternal dan Risiko Global 

Pandemi COVID-19 menjadi titik balik penting dalam cara perusahaan memandang risiko supply chain. 

Gangguan pasokan bahan baku, penutupan pelabuhan, dan keterbatasan transportasi menimbulkan efek domino yang signifikan terhadap biaya dan ketersediaan produk.

Ditambah dengan krisis geopolitik dan bencana alam, perusahaan dihadapkan pada risiko global yang tidak bisa dihindari.

Risiko ini memperjelas pentingnya manajemen risiko dalam supply chain. Perusahaan harus mulai membangun ketahanan rantai pasok dengan melakukan diversifikasi pemasok, memiliki buffer stock strategis, dan menerapkan pendekatan berbasis skenario.

McKinsey bahkan menyarankan penerapan digital twin dan simulasi berbasis AI untuk memprediksi dan mengelola risiko secara proaktif. 

Supply chain modern tidak bisa lagi bergantung pada satu jalur distribusi atau satu wilayah geografis.

4. Kurangnya Integrasi Lintas Fungsi 

Optimasi supply chain tidak bisa dilakukan secara terisolasi. Sayangnya, di banyak perusahaan, fungsi-fungsi seperti procurement, produksi, penjualan, dan logistik masih berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi yang baik. 

Ini menyebabkan miskomunikasi, ketidaksesuaian jadwal produksi dan pengiriman, serta ketidakefisienan dalam penggunaan sumber daya.

Untuk menciptakan supply chain yang gesit dan efisien, integrasi lintas fungsi harus menjadi budaya kerja. 

Perusahaan perlu mendorong kolaborasi berbasis data, di mana seluruh unit bekerja dengan satu sumber kebenaran (single source of truth) dan metrik kinerja yang selaras. 

Platform digital terintegrasi dapat membantu menyatukan alur informasi dan mendorong koordinasi yang lebih dinamis antar fungsi. Ketika supply chain dikelola sebagai satu sistem terpadu, efisiensi dan profitabilitas meningkat secara signifikan.

5. Kendala Teknologi dan Kapabilitas Data 

Banyak organisasi yang menyadari potensi teknologi dalam optimasi supply chain. Namun, belum memiliki infrastruktur dan SDM yang memadai untuk mengimplementasikannya.

Tantangan ini meliputi keterbatasan sistem IT, kurangnya talenta digital, hingga budaya organisasi yang belum siap untuk perubahan berbasis data.

Padahal, teknologi seperti machine learning, Internet of Things (IoT), dan advanced analytics dapat memberikan insight mendalam untuk pengambilan keputusan yang lebih cerdas.

Misalnya, sistem prediksi permintaan berbasis AI dapat membantu perusahaan mengurangi kelebihan stok, mempercepat perputaran produk, dan menurunkan biaya penyimpanan. 

Untuk menghadapi tantangan ini, perusahaan perlu berinvestasi tidak hanya pada sistem, tetapi juga pada peningkatan kapabilitas tim dalam memahami, mengelola, dan memanfaatkan data secara strategis.

Bagaimana Supply Chain Program Dapat Mengoptimalkan Rantai Pasok dan Meningkatkan Profitabilitas

Menghadapi kompleksitas dan tantangan supply chain saat ini membutuhkan lebih dari sekadar perbaikan operasional. 

Diperlukan pendekatan strategis yang menyeluruh melalui supply chain program yang terstruktur dan berkelanjutan. 

Program ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan digitalisasi proses, memanfaatkan data secara cerdas, membangun ketahanan terhadap risiko global, hingga menciptakan efisiensi yang mendukung keberlanjutan.

Ketika teknologi seperti AI, IoT, dan digital twin digunakan untuk meningkatkan visibilitas dan pengambilan keputusan, supply chain tak lagi menjadi pusat biaya, melainkan motor penggerak profitabilitas dan keunggulan kompetitif.

Jika Anda ingin mengembangkan kemampuan untuk merancang dan mengimplementasikan program supply chain yang adaptif, efisien, dan selaras dengan tujuan bisnis jangka panjang, program Supply Chain Management di prasmul-eli adalah langkah tepat. 

Program ini dirancang untuk para profesional yang ingin membangun rantai pasok kelas dunia yang tidak hanya tahan terhadap disrupsi, tapi juga mampu mendorong pertumbuhan bisnis secara signifikan. 

Saatnya Anda menjadikan supply chain bukan hanya bagian dari operasional, tetapi fondasi strategis bisnis masa depan Anda.

cover-artikel-putih.jpg
Krisis Keuangan Selalu Dimulai dari Financial Management yang Buruk
14 August 2025

Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif dan dinamis, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kekuatan produk, strategi pemasaran, atau inovasi teknologi. Salah satu faktor penentu utama yang sering kali diabaikan adalah manajemen keuangan (financial management) yang strategis dan terintegrasi.

Menurut artikel Harvard Business Review tahun 2023, sebanyak 82% kegagalan bisnis kecil hingga menengah disebabkan oleh pengelolaan arus kas (cash flow) yang buruk. 

Ini bukan sekadar data, tetapi cerminan dari krisis sistemik dalam cara perusahaan memahami dan menjalankan fungsi keuangan.

Lebih lanjut, riset dari McKinsey tahun 2021 menunjukkan bahwa perusahaan yang berhasil mengintegrasikan fungsi keuangan dengan operasional memiliki tingkat resiliensi 30% lebih tinggi dalam menghadapi disrupsi pasar. 

Sayangnya, banyak perusahaan masih memisahkan fungsi keuangan dari strategi bisnis utama, menjadikannya sekadar urusan pencatatan atau pelaporan, bukan pengambilan keputusan strategis. Akibatnya, perusahaan sering kali merespons masalah keuangan hanya setelah terlambat.

Tidak kalah penting, Deloitte dalam laporannya tahun 2020 mencatat bahwa hanya 12% CFO yang memiliki sistem deteksi dini krisis keuangan berbasis real-time dashboard. 

Artinya, mayoritas perusahaan masih bersifat reaktif dalam mengelola risiko finansial. Hal ini membuka ruang bagi kegagalan strategis yang bisa dihindari jika sistem keuangan dibangun secara proaktif dan berbasis data.

Jangan Sampai Bisnis Bangkrut Karena Salah Kelola Keuangan, Padahal Penjualan Stabil

Salah satu kesalahan umum yang dilakukan banyak pemilik bisnis adalah menganggap bahwa profitabilitas otomatis berarti keberhasilan keuangan. 

Kenyataannya, banyak perusahaan yang terlihat sehat secara laporan laba rugi, namun kolaps karena tidak mampu mengelola arus kas dan kewajiban jangka pendeknya.

Krisis keuangan sering kali dimulai secara perlahan, mulai dari penundaan pembayaran vendor, keterlambatan gaji karyawan, hingga munculnya kebutuhan mendadak akan modal kerja yang tidak tersedia.

Tanpa sistem yang memungkinkan CFO atau tim keuangan untuk mengantisipasi kebutuhan ini, bisnis akan menghadapi tekanan likuiditas yang berujung pada keputusan darurat, seperti pemotongan biaya yang tidak strategis, peminjaman darurat, atau bahkan PHK yang tidak diinginkan.

Lebih dari itu, manajemen keuangan yang lemah menciptakan ketergantungan berlebihan pada intuisi, bukan data. 

Banyak pemimpin bisnis mengambil keputusan ekspansi, pengadaan, atau akuisisi tanpa memeriksa proyeksi cash flow dan ROI yang akurat. Hasilnya, bisnis bukannya tumbuh, tetapi justru melemah dari dalam.

Penyebab Umum Sistem Keuangan Perusahaan Tidak Terkelola dengan Baik

Salah satu penyebab utama kekacauan dalam sistem keuangan perusahaan adalah minimnya integrasi antara tim keuangan dengan divisi lainnya. 

Dalam banyak organisasi, tim finance hanya terlibat setelah rencana telah dibuat, bukan sejak awal proses perencanaan strategis. Padahal, tanpa partisipasi keuangan sejak awal, keputusan bisnis tidak memiliki fondasi data yang kuat.

Kelemahan lainnya terletak pada tidak adanya sistem keuangan berbasis indikator kinerja utama (KPI) yang selaras dengan tujuan bisnis jangka panjang. 

Misalnya, jika tim keuangan hanya fokus pada penghematan biaya tanpa mempertimbangkan investasi yang menghasilkan ROI tinggi, maka perusahaan dapat kehilangan peluang pertumbuhan yang seharusnya bisa dikejar.

Selain itu, teknologi keuangan yang usang dan proses manual masih menjadi hambatan besar dalam sistem manajemen keuangan banyak perusahaan. 

Tanpa sistem otomatisasi, proses keuangan menjadi lambat, rawan kesalahan, dan tidak dapat menyajikan data real-time untuk pengambilan keputusan cepat. 

CFO modern membutuhkan dashboard keuangan yang real-time dan prediktif, bukan laporan bulanan yang tertinggal dua langkah dari dinamika pasar.

Tanda-Tanda Bahaya yang Sering Diabaikan

Banyak tanda krisis keuangan yang sebenarnya bisa dideteksi lebih awal jika manajemen peka terhadap sinyal-sinyal berikut: 

Penurunan arus kas bersih meski omzet meningkat.

Ini biasanya menunjukkan masalah di sisi pengumpulan piutang, pembengkakan biaya, atau struktur biaya tetap yang tidak seimbang.

Peningkatan beban utang tanpa peningkatan produktivitas.

Jika DER (Debt-to-Equity Ratio) melonjak tetapi kontribusi pinjaman terhadap profitabilitas tidak signifikan, maka manajemen telah mengambil risiko tanpa kalkulasi finansial yang matang. Ini adalah bentuk klasik dari cash flow mismatch yang dapat membahayakan kelangsungan operasional.

Minimnya peran strategis CFO dalam rapat eksekutif.

CFO yang hanya hadir untuk menyampaikan laporan keuangan adalah tanda bahwa fungsi keuangan belum sepenuhnya menjadi mitra strategis CEO dan HR dalam perencanaan SDM, ekspansi, maupun efisiensi operasional. 

Dalam situasi ini, perusahaan rentan terhadap keputusan yang tidak berbasis data keuangan. Anda membutuhkan solusi strategis berbasis sistem keuangan yang lebih proaktif dan efektif untuk mengatasi permasalahan ini.

Solusi Membangun Sistem Manajemen Keuangan yang Proaktif dan Efektif

Langkah pertama dalam membangun sistem manajemen keuangan yang strategis adalah menjadikan fungsi keuangan sebagai mitra bisnis, bukan sekadar support system. 

CFO harus terlibat dalam setiap keputusan penting, dari rekrutmen hingga ekspansi pasar. Kolaborasi lintas fungsi memungkinkan strategi yang terintegrasi dan meminimalkan risiko finansial.

Kedua, perusahaan perlu mengimplementasikan sistem keuangan berbasis teknologi real-time. Dengan dashboard keuangan yang memantau cash flow, margin, ROI, dan rasio-rasio kritikal secara berkala, perusahaan dapat bergerak cepat merespons potensi krisis. 

Hal ini juga memungkinkan deteksi dini terhadap inefisiensi, kebocoran anggaran, atau penyimpangan dari proyeksi.

Ketiga, perusahaan harus mulai membentuk budaya keuangan di semua level manajerial. Artinya, setiap manajer, baik dari divisi operasional, pemasaran, maupun SDM, harus memiliki pemahaman dasar tentang implikasi keuangan dari keputusan mereka.

Ini dapat dicapai melalui program Finance for Non-Finance Managers, pelatihan internal, atau kemitraan dengan konsultan strategis.

Apakah Financial Management perusahaan Anda sudah sehat?

Di tengah dinamika pasar yang tidak menentu, disrupsi digital, dan tekanan kompetitif, manajemen keuangan bukan lagi sekadar fungsi administratif, tetapi fondasi kelangsungan dan pertumbuhan bisnis jangka panjang. 

CEO dan HR Manager perlu memastikan bahwa sistem keuangan perusahaan bersifat proaktif, terintegrasi, dan berorientasi pada keputusan strategis.

Dengan memahami peran strategis CFO, risiko dari arus kas negatif, serta sistem keuangan yang mendukung deteksi krisis secara real-time, perusahaan dapat memperkuat daya tahannya dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan. 

Jangan menunggu krisis datang untuk menyadari pentingnya sistem keuangan yang solid.

Kini, saatnya Anda mengevaluasi kembali sistem keuangan perusahaan Anda. Apakah sudah cukup kuat untuk mendukung strategi bisnis jangka panjang Anda? 

Jika belum, Program Pelatihan Bersertifikasi Financial Management dari prasmul-eli siap membantu Anda untuk menyiapkan para manajer yang melek keuangan sehingga langkah strategisnya tidak merugikan perusahaan.

cover-artikel-putih.jpg
Team Leadership sebagai Keterampilan Strategis untuk Membangun Tim yang Tumbuh Bersama Pemimpinnya
13 August 2025

Kemampuan memimpin tim atau team leadership bukan lagi sekadar keterampilan tambahan, melainkan menjadi fondasi utama dalam membangun organisasi yang berdaya saing tinggi dalam bisnis yang semakin kompleks dan penuh tekanan. 

Harvard Business Review menegaskan bahwa pemimpin yang mampu menciptakan psychological safety dapat meningkatkan performa tim hingga 27%. 

Riset McKinsey menguatkan bahwa tim yang dipimpin secara suportif memiliki tingkat engagement 39% lebih tinggi, sementara laporan Gallup tahun 2022 menyebutkan bahwa 70% variasi employee engagement ditentukan oleh manajer langsung.

Dalam konteks ini, team leadership tidak hanya penting untuk menjaga produktivitas, tetapi juga menjadi strategi jangka panjang dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat, adaptif, dan human-centered.

Melihat betapa pentingnya keterampilan team leadership, maka tidak ada salahnya untuk mengetahui cara melatih keterampilan team leadership dalam diri manajer.

Apa Itu Kemampuan Team Leadership?

Team leadership adalah pendekatan kepemimpinan yang menekankan kemampuan seorang pemimpin dalam membentuk, membimbing, dan memberdayakan tim secara kolektif untuk mencapai tujuan organisasi. 

Ini tidak hanya tentang mengarahkan, tetapi juga tentang menciptakan ruang kolaboratif yang sehat, adil, dan penuh kepercayaan. Dalam konteks pelatihan leadership modern, pendekatan ini menjadi alat transformasi mendalam yang menjawab kebutuhan dunia kerja saat ini yang agile, adaptif, dan human-centered.

Team leadership juga erat kaitannya dengan learning and development yang berkelanjutan, di mana pemimpin terus berkembang bersama timnya melalui refleksi, coaching, dan umpan balik konstruktif. 

Dalam banyak perusahaan progresif, coaching untuk leader tim kini menjadi bagian dari strategi inti untuk memastikan keselarasan antara pertumbuhan individu dan tujuan bisnis.

Setiap organisasi harus menjadikan team leadership sebagai prioritas dalam investasi learning and development. Ketika kepemimpinan bertransformasi dari kontrol ke pemberdayaan, dampak jangka panjang yang dihasilkan adalah kinerja tim yang meningkat, retensi karyawan yang lebih baik, serta budaya kerja yang lebih sehat dan adaptif.

Mengapa Team Leadership Penting untuk Perusahaan?

Banyak perusahaan menyadari bahwa sumber daya manusia adalah aset terbesar mereka. Namun, hanya sedikit yang benar-benar memaksimalkan potensi tim melalui kepemimpinan yang efektif. 

Training leadership untuk manajer seringkali hanya bersifat transaksional dan berbasis teori tanpa transformasi perilaku yang nyata. Padahal, investasi coaching dalam kepemimpinan tim terbukti mampu menciptakan dampak eksponensial.

Studi dari McKinsey menunjukkan bahwa perusahaan yang memprioritaskan pengembangan kepemimpinan tim memiliki performa bisnis yang lebih baik dalam jangka panjang. 

Hal ini disebabkan oleh keterlibatan karyawan yang lebih tinggi, inovasi yang lebih banyak, serta kemampuan adaptasi yang lebih kuat dalam menghadapi disrupsi.

Gallup menggarisbawahi bahwa engagement bukan sekadar tentang kesejahteraan, tetapi tentang sejauh mana karyawan merasa terhubung secara emosional dan profesional dengan pekerjaannya. 

Dan siapa yang paling memengaruhi keterhubungan itu? 

Jawabannya adalah manajer langsung. Maka dari itu, memperkuat peran pemimpin dalam membentuk tim adalah langkah strategis, bukan hanya operasional.

Pelatihan leadership yang difokuskan pada penguatan team leadership memberikan peluang bagi organisasi untuk membangun budaya kerja yang kolaboratif, menghargai keragaman, dan mendukung pertumbuhan individu. 

Dalam ekosistem seperti ini, performa tim bukan hanya meningkat, tetapi juga menjadi lebih berkelanjutan.

Karakteristik Pemimpin yang Memiliki Keterampilan Team Leadership

Sebagai pemimpin perusahaan, Anda tentu memahami bahwa pertumbuhan tidak dapat dipacu hanya melalui strategi bisnis atau inovasi produk semata. 

Faktor manusia menjadi elemen penentu dan kualitas kepemimpinan Anda terhadap tim adalah kuncinya. Team leadership bukan hanya tentang mengarahkan atau memberi instruksi, melainkan tentang menciptakan lingkungan kerja yang sehat, adil, dan produktif. 

Melalui pendekatan yang menggabungkan kejelasan arah, kepercayaan, coaching, serta kemampuan menerjemahkan visi strategis, seorang pemimpin mampu membangun tim yang tangguh dan berdaya saing tinggi. 

Inilah yang akan kita bahas lebih dalam melalui empat karakteristik utama yang membentuk pemimpin dengan keterampilan team leadership yang kuat.

1. Menyatukan Arah Tim (Clarity & Alignment)

Seorang pemimpin tim yang efektif tahu bagaimana menyatukan arah. Mereka tidak hanya menyampaikan target, tetapi juga menjelaskan konteks dan makna di balik setiap tujuan. 

Hal ini membantu anggota tim memahami peran mereka dalam gambaran besar dan menciptakan alignment yang kuat antara kerja harian dengan visi organisasi.

Dalam praktik pelatihan leadership, banyak manajer belajar bagaimana membentuk visi bersama, menyampaikan ekspektasi secara jelas, serta menciptakan struktur komunikasi yang mendorong keterbukaan. Tanpa kejelasan ini, tim mudah kehilangan arah dan mengalami konflik prioritas.

Team leadership yang baik menekankan pentingnya sense of purpose. Ini adalah fondasi keterlibatan emosional yang membuat anggota tim tidak sekadar bekerja karena kewajiban, tetapi karena keyakinan terhadap nilai dari apa yang mereka lakukan.

Kejelasan juga berarti konsistensi. Pemimpin harus mampu menjaga narasi strategis tetap utuh meskipun dalam kondisi penuh perubahan. Dengan begitu, tim memiliki jangkar yang kuat untuk tetap fokus di tengah dinamika pasar.

2. Membangun Kepercayaan & Psychological Safety

Menurut Harvard Business Review, psychological safety adalah faktor kunci dalam meningkatkan performa tim. Ketika anggota tim merasa aman untuk berbicara, mengambil risiko, dan menyampaikan opini tanpa takut dihakimi, mereka akan lebih inovatif dan kolaboratif.

Team leadership yang hebat dimulai dari niat untuk menciptakan kepercayaan. Ini mencakup tindakan-tindakan kecil seperti mendengarkan secara aktif, menghargai kontribusi setiap individu, serta bersikap transparan dalam pengambilan keputusan.

Pelatihan leadership yang efektif kini mencakup pembelajaran untuk membangun empati, kecerdasan emosional, dan keterampilan komunikasi yang inklusif. Tujuannya adalah menciptakan ruang kerja di mana setiap anggota merasa dihargai dan didengarkan.

Kepercayaan bukan sesuatu yang datang secara otomatis. Ini harus dibangun secara konsisten oleh pemimpin yang berintegritas dan mampu menunjukkan kerentanan secara sehat. 

Ketika pemimpin berani mengakui kesalahan dan terbuka terhadap umpan balik, mereka menumbuhkan budaya yang mendukung pembelajaran berkelanjutan.

3. Memberdayakan Potensi Karyawan melalui Coaching

Salah satu pergeseran besar dalam kepemimpinan modern adalah transformasi peran pemimpin menjadi coach. 

Artikel "The Leader as Coach" dari Harvard Business Review menyoroti pentingnya peran ini dalam membantu anggota tim menemukan solusi mereka sendiri, bukan hanya memberi instruksi.

Coaching dalam kepemimpinan tim bukan tentang menjadi pakar, tetapi tentang menjadi fasilitator pertumbuhan. Seorang pemimpin yang efektif tahu kapan harus bertanya alih-alih memberi jawaban, dan tahu bagaimana mendorong tim untuk berpikir kritis serta reflektif.

Dalam konteks learning and development, pelatihan leadership yang mengintegrasikan metode coaching terbukti lebih berhasil dalam menciptakan perubahan perilaku jangka panjang. 

Ini memperkuat kapasitas individu untuk mengambil kepemilikan atas pekerjaannya dan meningkatkan daya tahan mental.

Gallup menekankan bahwa gaya kepemimpinan berbasis coaching menghasilkan hubungan yang lebih bermakna antara manajer dan tim, serta meningkatkan loyalitas dan produktivitas secara signifikan. Ini adalah investasi dengan ROI yang sangat tinggi, terutama dalam lingkungan kerja yang kompetitif.

4. Menjadi Jembatan antara Visi Perusahaan dan Kerja Harian Tim

Team leadership bukan hanya tentang mengatur tim, tetapi juga menjadi penghubung strategis antara level eksekutif dan operasional. 

Pemimpin yang memahami visi perusahaan dan mampu menerjemahkannya ke dalam tindakan harian tim akan mendorong penyelarasan yang mendalam dan berkelanjutan.

Dalam pelatihan leadership, ini disebut sebagai kemampuan strategic translation, kemampuan untuk menghubungkan arah besar perusahaan dengan tugas-tugas harian tanpa kehilangan makna. Ini bukan hanya soal strategi, tetapi juga soal komunikasi dan empati.

Manajer yang mampu menjalankan peran ini secara efektif akan menjadi catalyst transformasi. Mereka membuat strategi terasa relevan, memotivasi tim melalui narasi yang kuat, dan menciptakan ownership yang tinggi terhadap hasil kerja.

Ketika pemimpin menjadi jembatan yang kuat, maka terjadi aliran informasi dua arah yang sehat yakni visi dari atas turun ke bawah dengan jelas, dan aspirasi dari bawah naik ke atas dengan penuh makna. Inilah kunci organisasi yang agile dan berorientasi masa depan.

Bagaimana Cara Mengasah Keterampilan Team Leadership?

Menjadi pemimpin tim yang efektif di era kerja modern membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan teknis, diperlukan pemahaman mendalam tentang team leadership yang mengedepankan kejelasan arah, kepercayaan, pemberdayaan, dan keterhubungan strategis.

Jika Anda ingin mengembangkan keterampilan ini secara praktis dan transformatif, ikuti Program Pelatihan Team Leadership: Becoming Flexible Leaders dari prasmul-eli

Program ini dirancang untuk membantu Anda menjadi pemimpin yang adaptif, kolaboratif, dan berdampak nyata bagi tim serta organisasi.

Program ini menjadi jawaban untuk mengasah keterampilan team leadership manajer perusahaan Anda.

cover-artikel-putih.jpg
6 Rekomendasi Pelatihan Online Bersertifikat yang Cocok untuk Meningkatkan Performa Karyawan
13 August 2025

Performa karyawan dalam pekerjaannya akan memberikan dampak pada kinerja perusahaan. Untuk menguasai keterampilan tertentu yang menunjang kinerja perusahaan, terkadang dibutuhkan sertifikasi keterampilan yang sekarang ini bisa diperoleh melalui pelatihan online bersertifikat. 

Perusahaan yang fokus pada peningkatan keterampilan karyawan akan memetik buahnya dari performa yang dihasilkan. Hal ini dikuatkan dalam sebuah survei dari McKinsey pada tahun 2024. 

Dalam hasil survei McKinsey menyebutkan bahwa perusahaan yang fokus pada kesehatan organisasi dan performa karyawan memiliki peluang 4,2 kali lebih besar untuk mengungguli pesaingnya, dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan 30% lebih tinggi dan tingkat turnover 5% lebih rendah. 

Dengan berinvestasi pada pengembangan keterampilan karyawan maka perusahaan sudah berinvestasi pada inovasi baru. 

Dalam menjalankan perusahaan, ada keterampilan yang membutuhkan pengakuan dari lembaga yang sudah dipercaya atau orang mengenalnya dengan sertifikasi. Sertifikat yang dimiliki karyawan akan meningkatkan kredibilitasnya dan menunjukkan bagaimana kapabilitasnya. 

Jika perusahaan Anda mendukung karyawan untuk meningkatkan keterampilan dengan sertifikasi melalui pelatihan online, maka ini rekomendasinya. 

Kriteria Pelatihan Online Bersertifikasi Yang Ideal Untuk Korporasi

Pemilihan penyedia pelatihan online yang bersertifikat menjadi penting, karena tentunya perusahaan ingin mendapatkan hasil terbaik. 

Berikut ini kriteria yang bisa Anda tetapkan ketika mencari vendor yang ideal untuk perusahaan Anda. 

  1. Mutu Sertifikasi dan Akreditasi Resmi 

Vendor harus memiliki sertifikasi kualitas seperti ISO 9001 atau akreditasi dari lembaga resmi yang diakui nasional dan internasional, memastikan standar pelatihan yang konsisten dan terpercaya.

  1. Mempunyai Reputasi dan Kredibilitas yang Bisa Dipertanggungjawabkan

Vendor penyedia pelatihan memiliki track record kuat dan reputasi baik, serta sudah dipercaya oleh perusahaan-perusahaan besar atau pemimpin industri yang relevan dengan bisnis kami. Atau sudah memiliki dampak yang terukur dari pelatihan online-nya. 

  1. Kurikulum Pelatihan Memiliki Relevansi dengan Konteks Perusahaan

Apakah materi pelatihan memiliki materi yang up-to-date dengan tren dan praktik yang terjadi di perusahaan dan industri terkait? Apakah pelatihan hanya mencakup aspek teori dan praktik yang aplikatif? 

  1. Durasi dan Fleksibilitas Waktu

Karena terbatas waktu, apakah pelatihan dan sertifikasinya bisa fleksibel? Berapa lama proses sertifikasi dan mendapatkan sertifikatnya? 

  1. Proses Ujian dan Standar Evaluasi

Pertimbangkan bagaimana bentuk ujian atau evaluasi kompetensi untuk mendapatkan sertifikatnya. Apakah evaluasi secara online, tertulis, proyek, wawancara atau metode lainnya. 

  1. Masa Berlaku dari Sertifikat

Hal ini perlu diperhatikan juga. Ada program sertifikasi yang sertifikatnya berlaku hanya dalam lima tahun saja dan perlu diperbaharui. Ada yang sertifikatnya berlaku seumur hidup. Pertimbangkan pro dan kontranya. 

Rekomendasi Pelatihan Online Bersertifikat Untuk Meningkatkan Performa Bisnis

Penemuan dari LinkedIn Learning dalam laporan Workplace Learning Report 2025 menyatakan bahwa pertumbuhan karyawan melalui pembelajaran dan pengembangan karier akan mendorong pertumbuhan perusahaan. 

Selain mendorong pertumbuhan perusahaan, maka akan juga mendukung peningkatan produktivitas dan inovasi bisnis. 

Dalam perusahaan terdapat berbagai macam departemen yang memiliki kebutuhan pembelajaran yang berbeda-beda. Sehingga departemen learning & development perlu mencari vendor pelatihan baik online maupun offline yang menawarkan beragam materi seputar bisnis. 

Bila Anda masih mencari rekomendasi pelatihan bersertifikat apa saja yang perlu diinvestasikan untuk karyawan perusahaan, maka berikut ini daftarnya. 

  1. Program Sertifikasi General Business Management

Dalam program ini peserta akan belajar meliputi konsep fundamental manajemen bisnis, analisis SWOT, pengelolaan sumber daya manusia dan finansial, pengambilan keputusan strategis, hingga pengembangan model bisnis. Program ini mengajarkan bagaimana mengelola operasional dan strategi perusahaan secara efektif.

Siapa yang memerlukan program sertifikasi ini? Mereka para profesional yang baru menjabat sebagai manajer, calon manajer, atau individu yang ingin memperluas pengetahuan manajerial mereka secara menyeluruh.

Tujuan dari program ini adalah membekali peserta dengan kemampuan untuk merancang strategi bisnis yang efektif, mengelola sumber daya perusahaan, dan menghadapi tantangan bisnis dengan solusi tepat.

  1. Program Sertifikasi Marketing

Untuk profesional pemasaran, manajer produk, dan individu yang ingin mendalami pemasaran digital dan teknik pemasaran terkini maka program sertifikasi marketing adalah program yang cepat. 

Peserta akan belajar dan fokus pada strategi pemasaran modern, pemasaran digital, riset pasar, branding, komunikasi pemasaran, serta pengelolaan kampanye pemasaran berbasis data dan analitik.

Harapannya dengan mengikuti program sertifikasi ini dapat meningkatkan keterampilan dalam menyusun strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan brand awareness, customer engagement, dan konversi penjualan.

  1. Program Sertifikasi Financial

Keterampilan tentang keuangan bukan hanya milik departemen keuangan saja. Para manajer dan pemimpin departemen pun perlu memiliki keterampilan keuangan. 

Dalam program sertifikasi ini peserta akan belajar untuk manganalisis laporan keuangan, pengelolaan anggaran, perencanaan keuangan, manajemen risiko, serta pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan.

Dampaknya ketika sudah paham tentang manajemen keuangan, para peserta bisa untuk mengelola keuangan perusahaan dengan tepat, membuat keputusan finansial strategis, serta mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

  1. Program Sertifikasi Human Resources

Agar proses pembangunan budaya perusahaan menjadi lebih humanis lagi, para profesional HR, manajer lini, dan praktisi yang bertanggung jawab mengelola sumber daya manusia perlu untuk mengambil sertifikasi human resources.

Dengan mengikuti program sertifikasi ini peserta dapat memperkuat kemampuan dalam mengelola karyawan secara efektif dan strategis, meningkatkan engagement dan produktivitas SDM.

Materi yang akan dipelajari meliputi rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan SDM, manajemen kinerja, kompensasi dan benefit, serta hukum ketenagakerjaan.

  1. Program Sertifikasi Operations

Jika rantai pasok sebuah produk terkendala maka akan berimbas pada pendapatan perusahaan. Untuk itu manajer operasi, supervisor produksi, dan staf operasional perlu mengambil program sertifikasi operations.

Dampaknya dengan mengikuti program sertifikasi ini peserta dapat meningkatkan kemampuan peserta dalam mengelola operasi perusahaan secara efisien untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Materi yang akan peserta pelajari adalah manajemen rantai pasok, perencanaan produksi, kontrol kualitas, manajemen proses, serta peningkatan efisiensi operasional.

  1. Program Sertifikasi Strategy

Bagi eksekutif senior, manajer strategis memiliki pemikiran visioner dan strategis sangat dibutuhkan. Untuk itu, mereka perlu terus belajar dan meningkatkan keterampilannya. 

Dengan mengikuti program sertifikasi strategy peserta seperti eksekutif senior, manajer strategis dapat meningkatkan kemampuan analitis dan strategis untuk mengarahkan perusahaan menuju pertumbuhan dan keberlanjutan.

Dalam sertifikasi ini peserta belajar tentang formulasi dan implementasi strategi, analisis pasar dan pesaing, pengambilan keputusan strategis, serta manajemen perubahan.
 

Pelatihan Online Bersertifikat Apa Yang Sedang Perusahaan Anda Butuhkan?

Perusahaan Anda bisa jadi butuh enam program sertifikasi tersebut. Namun, tentunya perlu untuk mengalokasikan kebutuhan dengan training need analysis terlebih dahulu. 

Keenam rekomendasi pelatihan online bersertifikat yang disebutkan diatas, terdapat di program sertifikasi prasmul-eli. 

Pelatihan tersebut bisa dilakukan secara online atau pun in-house, dengan fleksibilitas yang dapat disesuaikan dengan jadwal dan kebutuhan perusahaan Anda.

Dari enam rekomendasi tersebut, pelatihan apa yang sedang perusahaan Anda butuhkan?

cover-artikel-putih.jpg
Mengapa Pelatihan Online dari prasmul-eli Menjadi Pilihan Perusahaan Terkemuka di Indonesia?
12 August 2025

Sebanyak 69% organisasi melaporkan peningkatan aktivitas pelatihan selama pandemi dibandingkan saat krisis berdasarkan riset dari McKinsey tahun 2021. Pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan online dengan situasi yang ada saat itu.

Apakah pasca pandemi pelatihan online masih dibutuhkan oleh perusahaan? Nyatanya, masih. 

Pelatihan online memberikan keuntungan bagi perusahaan dari sisi waktu, karyawan masih bisa mengikut pelatihan sembari tetap datang ke tempat kerja. Dari sisi biaya pun lebih efisien dibandingkan pelatihan secara tatap muka. 

Adanya pelatihan online membuat karyawan yang ingin upskilling atau pun reskilling merasa terpenuhi kebutuhannya. Karena tentunya mereka bisa lebih fleksibel untuk mengikuti pelatihan secara daring tanpa memerlukan banyak mobilitas. 

Perusahaan yang terus memfasilitasi karyawannya untuk mengikuti pelatihan adalah ciri perusahaan tersebut memperhatikan pertumbuhan sumber daya manusia di dalamnya.

Dalam LinkedIn Report 2025 pun menyatakan bahwa organisasi atau perusahaan yang memprioritaskan pengembangan karir karyawan menunjukkan hasil bisnis yang lebih baik, termasuk meningkatkan retensi karyawan dan mobilitas internal. 

Apalagi saat ini dengan masuknya multigenerasi seperti Generasi Z, mereka sangat pemilih untuk menentukan perusahaan mana yang akan ia lamar. Dan prioritas utamanya adalah bagaimana lingkungan perusahaan dan apakah perusahaan bisa memfasilitasi mereka untuk bertumbuh. 

Untuk itu, dengan memfasilitasi karyawan mengikuti pelatihan baik secara online maupun offline bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi karyawan.

Pelatihan online yang bisa perusahaan Anda pilih adalah pelatihan online yang ada di prasmul-eli. 

Pelatihan online prasmul-eli mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh vendor pelatihan lainnya. 

Permasalahan Umum yang Dihadapi Ketika Memilih Pelatihan Online

Setelah melakukan training need analysis, departemen human resources atau pun learning and development akan menentukan vendor pelatihan mana yang bisa memenuhi kebutuhan perusahaan. 

Namun, itu bukan berarti mereka tidak menemui kendala. Berikut ini beberapa kesulitan yang dialami dalam memilih vendor pelatihan online.

  1. Kredibilitas dan Kualitas Materi Pelatihan

Sulit untuk memastikan apakah vendor benar-benar menyediakan konten materi pelatihan yang terbaru, relevan, berbobot, dan sesuai dengan konteks kebutuhan perushaan.

  1. Kesesuaian dengan Kebutuhan Spesifik Perusahaan

Vendor sering menawarkan paket standar yang kurang fleksibel, sehingga membuat perusahaan kesulitan menyesuaikan materi dengan tantangan dan tujuan bisnis spesifik organisasi.

  1. Pengalaman dan Kapabilitas Instruktur

Instruktur menjadi kunci penting suksesnya pelatihan online. Hal lain yang susah adalah memastikan bahwa instruktur yang terlibat kompeten dan mampu menyampaikan materi secara interaktif dan efektif secara online. 

  1. Kualitas Teknologi dan Platform yang Digunakan

Apakah vendor pelatihan bisa memastikan platform pelatihannya mudah diakses, stabil, interaktif, dan menyediakan fitur monitoring progres pelatihan peserta secara lengkap. 

  1. Budget dan Transparansi Biaya 

Biaya terkadang menjadi hal yang dipertimbangkan perusahaan. Apakah biaya yang dikeluarkan akan selaras dengan nilai yang vendor berikan dan tidak ada biaya yang tersembunyi. 

  1. Dukungan Layanan Pasca Pelatihan

Setelah pelatihan biasanya peserta masih perlu menyerap kembali apa yang diajarkan. Namun, jika vendor tidak memberikan dukungan layanan pasca pelatihan seperti konsultasi, mentoring, atau semacamnya maka akan membuat materi yang dibingungkan tidak terjawab. 

Keunggulan Strategis Pelatihan Online prasmul-eli

Tantangan yang dihadapi perusahaan dalam memilih vendor pelatihan online akan terjawab jika mereka memilih pelatihan online dari prasmul-eli. 

Apa saja yang membuat perusahaan harus mempertimbangkan pelatihan online dari prasmul-eli?

  1. Kredibilitas Terjamin dengan Pengalaman Lebih dari 40 Tahun dalam Pengembangan SDM

Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, prasmul-eli telah menjadi mitra terpercaya bagi banyak perusahaan nasional, multinasional, hingga lembaga pemerintah dalam mengembangkan sumber daya manusia. 

prasmul-eli menawarkan berbagai program, termasuk program pelatihan publik, pelatihan yang bisa disesuaikan, dan layanan konsultasi untuk organisasi.

  1. Didukung oleh Yayasan Prasetiya Mulya dan Pemimpin Bisnis Terkenal

Lembaga prasmul-eli berada di bawah naungan Yayasan Prasetiya Mulya, yang didirikan oleh sekelompok pemimpin bisnis terkemuka Indonesia. Hal ini menunjukkan fondasi yang kuat dan kredibilitas tinggi dalam dunia pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. 

  1. Pendekatan Pembelajaran Terintegrasi dan Berbasis Praktik

Pelatihan online bukan berarti tidak bisa tanpa praktik. Program pelatihan di prasmul-eli dirancang untuk mencakup semua aspek manajemen bisnis, menggunakan kombinasi metode pengajaran seperti ceramah, studi kasus, seminar, diskusi kelompok, dan juga tugas kelompok.

  1. Memiliki Metode Pembelajaran Synchronous Online Learning (SOL)

Meskipun dilaksanakan secara online, prasmul-eli menerapkan metode SOL yang memungkinkan peserta untuk tetap melakukan diskusi aktif, mendapatkan umpan balik, dan berinteraksi secara real-time dengan pengajar dan peserta lainnya. Hal ini memastikan proses pembelajaran tetap dinamis dan interaktif.  

  1. Fleksibilitas dalam Penyesuaian Program untuk Perusahaan

Program pelatihan online dari prasmul-eli dapat diimplementasikan dalam bentuk program in-house yang bisa memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk mengembangkan sejumlah karyawannya dalam topik atau kelas tertentu. 

Perusahaan dapat mengatur jadwal, tempat, dan kebutuhan spesifik mereka untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal bagi karyawan

  1. Layanan Pengembangan Manusia dan Organisasi yang Komprehensif

prasmul-eli menyediakan layanan yang mencakup seluruh aspek pengembangan SDM dan organisasi dari hulu ke hilir, yang berarti tidak hanya pelatihan individu, tetapi juga pengembangan organisasi secara menyeluruh. Hal ini mendukung pencapaian tujuan bisnis secara strategis. 

  1. Jaringan Kerjasama dengan Institusi Terpercaya Nasional dan Internasional

Lembaga prasmul-eli menjalin kemitraan dengan berbagai institusi ternama dan terpercaya, baik di dalam maupun luar negeri, yang memperkuat kualitas, jaringan, dan akses pembelajaran berstandar global.

  1. Kualitas Terjamin dengan Sertifikasi ISO 9001:2015

Sejak bulan Juli 2024, program publik prasmul-eli telah tersertifikasi ISO 9001:2015 yang merupakan sertifikasi jaminan mutu internasional. Ini menandakan sertifikasi ini menjamin bahwa prasmul-eli mampu memberikan pelatihan dengan kualitas terbaik secara konsisten. 

 

Tingkatkan Kualitas SDM Perusahaan Anda dengan Pelatihan Online di prasmul-eli

Mengapa banyak perusahaan terkemuka dan yang merupakan pemimpin pasar mempercayakan pelatihan dari prasmul-eli? Jawabannya tentu pada kredibilitas yang sudah tidak bisa dipertanyakan lagi.

Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, program pelatihan prasmul-eli dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kompetensi karyawan secara efektif dan berkelanjutan.

Jika Anda mencari pelatihan online yang memfasilitasi kebutuhan bisnis secara holistik maka prasmul-eli adalah jawabannya. 

Bertumbuhlah menjadi perusahaan yang terus mengedepankan nilai pembelajaran di dunia yang penuh disrupsi ini. 

cover-artikel-putih.jpg
Bagaimana Assessment Center Menjadi Solusi Pengembangan Talenta yang Bebas Bias dan Lebih Objektif?
12 August 2025

“Mengapa dia yang dipromosikan, bukan saya, padahal saya lebih rajin daripada dia?” Pertanyaan klasik seperti ini bisa mengganggu produktivitas jika proses pengembangan talenta masih sarat subjektivitas dan bias. Untuk meminimalkan tudingan semacam itu, perusahaan perlu berinvestasi pada program assessment center yang objektif dan terstruktur.

Dengan fokus mengembangkan talenta berdasarkan evaluasi yang valid maka karyawan merasa diperlakukan adil. Sehingga mengurangi resiko kehancuran moral tim apabila pengembangan talenta tidak berdasarkan data yang objektif. 

Tidak sepenuhnya perusahaan yang ada, masih bias melakukan pengembangan talentanya. Menurut laporan McKinsey dalam The State of Organization 2023, mencatat bahwa 43% responden menyatakan organisasi mereka telah berfokus pada peningkatan transparansi dalam proses promosi dan kompensasi.

Fakta dari McKinsey tersebut menyiratkan dua hal, pertama sudah sekitar 43% perusahaan yang mulai transparan dan sisanya masih mengalami hambatan untuk meningkatan transparansi dalam promosi dan kompensasi. 

Dalam artikel ini akan membahas bagaimana adanya investasi pada program assessment center bisa menjadi solusi pengembangan talenta, promosi, dan kompensasi yang bebas bias dan lebih objektif. 

Apa Itu Assessment Center?

Untuk menentukan seorang karyawan layak untuk mendapatkan promosi atau kompensasi, perusahaan perlu menggunakan alat evaluasi yang terukur sehingga tidak menimbulkan bias. 

Solusi yang bisa digunakan adalah dengan bekerja sama dengan lembaga yang menyediakan assessment center sesuai dengan kebutuhan. 

Assessment center adalah sebuah metode penilaian berbasis simulasi yang menilai perilaku, kompetensi individu dalam berbagai situasi yang dibuat menyerupai kondisi kerja yang nyata. 

Apa bedanya dengan tes psikologi? Tes psikologi lebih bersifat individual dan teoritis, berbeda dengan assessment center yang menggunakan pendekatan multi-metode dan juga multi-asesor untuk menggali performa aktual seseorang di tempat kerja. 

Assessment center bisa disesuaikan dan dirancang untuk menilai berbagai kompetensi yang dimiliki karyawan seperti:

  • Kepemimpinan
  • Komunikasi interpersonal
  • Manajemen konflik
  • Kemampuan analitis
  • Pengambilan keputusan
  • Teamwork dan kolaborasi
  • Ketahanan terhadap tekanan

Kompetensi yang akan dinilai akan ditentukan terlebih dahulu melalui job competency profiling.

Apa Saja Metode dalam Assessment Center?

Metode dalam assessment center akan berbeda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Karena bukan sebuah tes psikologi dan lebih ke simulasi maka berikut ini beberapa metode yang biasa digunakan.

  1. Simulasi Situasi Kerja Nyata (Role Play & In-Basket Exercise)

Peserta asesmen akan dihadapkan pada skenario kerja yang menyerupai tantangan nyata, seperti menangani konflik tim, membuat keputusan strategis, atau mengelola beban kerja kompleks. Tujuan dari simulasi ini adalah untuk menilai bagaimana peserta merespons tekanan, mengambil keputusan, dan berinteraksi dalam konteks profesional.

  1. Diskusi Kelompok Tanpa Pemimpin (Leaderless Group Discussion)

Dalam metode ini, peserta akan dibagi dalam kelompok kemudian diberikan tugas bersama tanpa penunjukan siapa yang akan memimpin kelompok. 

Asesor mengamati dinamika kelompok, kontribusi individu, kemampuan berargumentasi, dan keterampilan kerja sama tim. Adanya diskusi kelompok ini dapat membantu mengidentifikasi potensi kepemimpinan dan kemampuan interpersonal peserta.

  1. Wawancara Berbasis Kompetensi

Proses wawancara ini dirancang untuk menggali pengalaman masa lalu peserta yang relevan dengan kompetensi yang dinilai. Pertanyaan wawancara bisa fokus pada situasi spesifik, tindakan yang diambil, dan hasil yang dicapai untuk memberikan wawasan tentang perilaku dan pola pikir peserta dalam konteks kerja. 

  1. Tes Psikometrik dan Inventori Kepribadian

Tes ini digunakan untuk menilai aspek kognitif dan kepribadian peserta, seperti kemampuan analitis, gaya kerja, dan kecocokan dengan budaya organisasi. Hasil dari tes ini memberikan data tambahan yang mendukung penilaian keseluruhan terhadap peserta. 

  1. Observasi oleh Beberapa Asesor

Setiap peserta dinilai oleh beberapa asesor independen untuk memastikan objektivitas dan mengurangi bias. Asesor mencatat perilaku peserta selama berbagai aktivitas, kemudian mendiskusikan temuan mereka untuk mencapai konsensus dalam penilaian akhir. 

  1. Integrasi Data dan Penyusunan Laporan Komprehensif

Data dari berbagai metode dikompilasi untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kekuatan, area pengembangan, dan potensi peserta. Laporan ini menjadi dasar untuk pengambilan keputusan dalam rekrutmen, promosi, atau pengembangan karyawan. 

  1. Pemberian Umpan Balik (Feedback)

Peserta menerima umpan balik konstruktif mengenai hasil assessment mereka.Ini membantu peserta memahami persepsi terhadap kinerja mereka dan memberikan arahan untuk pengembangan pribadi dan profesional.

Manfaat Assesment Center Bagi Perusahaan

Metode assesment yang beragam memberikan banyak manfaat utama bagi perusahaan seperti:

  1. Meningkatkan objektivitas karena menggunakan banyak asesor dan metode, sehingga hasilnya lebih akurat dan adil.
  2. Hasilnya bisa diprediksi dan memberikan gambaran nyata terhadap potensi dan kinerja karyawan di masa depan. 
  3. Membantu identifikasi talent yang berguna untuk talent pool, succession planning, hingga promosi jabatan. 
  4. Membantu proses pengembangan individu seperti menghasilkan insight mendalam tentang kekuatan dan area pengembangan seseorang. 

Dari manfaat yang disebutkan diatas, maka assesment center menjadi solusi yang tepat untuk pengembangan talenta yang bebas bias dan lebih objektif. 

Kapan Sebaiknya Perusahaan Anda Menggunakan Assessment Center?

Waktu yang bisa perusahaan Anda jadwalkan untuk menggunakan assessment center adalah pada saat berikut ini:

  • Saat proses rekrutmen untuk jabatan strategis.
  • Promosi jabatan atau mutasi internal.
  • Talent review untuk mengidentifikasi high potential employees.
  • Bisa digunakan saat developmental assessment untuk perencanaan program pelatihan yang terpersonalisasi. 

Tingkatkan Sistem Pengembangan Bakat Perusahaan Anda Bersama Public Assessment Center prasmul-eli

Tantangan bisnis yang terus berkembang di era disrupsi ini mendorong perusahaan untuk mencari cara yang objektif, terpercaya, dan strategis dalam menilai potensi dan kompetensi karyawannya. 

Jika perusahaan Anda mencari lembaga penyedia assessment center yang reliabel maka program public assessment center prasmul-eli adalah solusi yang tepat dan efektif.

Program public assessment center ini menggabungkan aspek psikologi serta pengembangan generik yang relevan dengan kebutuhan organisasi saat ini. 

Menariknya, metode asesmennya tersedia untuk semua level jabatan baik level operasional, manajerial, maupun strategis. 

Assessment bisa dilakukan secara virtual atau hybrid dengan berbagai simulasi realistis yang mencerminkan tantangan sehari-hari di tempat kerja. 

Program public assessment center tidak hanya menilai kemampuan teknis, tetapi juga meliputi digital literacy, analisis, adaptabilitas, dan kepemimpinan strategis, tergantung pada level jabatan peserta. 

Nantinya peserta bisa mendapatkan sesi personalized feedback untuk membahas kekuatan dan area pengembangan secara mendalam. 

Mari terus tingkatkan pengembangan talenta di perusahaan Anda yang bebas bias, objektif, shingga bisa menunjang performa kinerja perusahaan.

cover-artikel-putih.jpg
7 Keterampilan Self‑Leadership yang Tidak Bisa Didelegasikan
07 August 2025

Dalam dunia bisnis yang kompetitif dan dinamis seperti saat ini, keberhasilan sebuah perusahaan tidak lagi hanya ditentukan oleh strategi korporat atau kecanggihan teknologi semata. Salah satu faktor krusial yang sering terabaikan adalah kepemimpinan personal atau yang dikenal dengan istilah self-leadership. 

Di tengah tekanan kerja yang tinggi dan perubahan yang cepat, kemampuan individu untuk mengelola dirinya sendiri menjadi pondasi bagi kinerja tim dan kesuksesan organisasi secara keseluruhan.

Sebagai C-Level atau Manajer, Anda tentu menyadari bahwa perusahaan yang kuat dibangun oleh individu-individu yang mampu memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum memimpin orang lain. 

Self-leadership memungkinkan karyawan untuk bertindak proaktif, menjaga konsistensi performa, dan tetap fokus pada tujuan jangka panjang meskipun dihadapkan pada tantangan. 

Bahkan, berbagai penelitian menunjukkan bahwa pelatihan self-leadership dan mindfulness terbukti mampu meningkatkan stress resilience, kinerja kerja, serta kepuasan kerja, sekaligus menurunkan risiko burnout yang semakin marak di era pascapandemi.

Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa banyak karyawan kesulitan menerapkan self-leadership secara efektif. Salah satu penyebab utamanya adalah rendahnya tingkat kesadaran diri (self-awareness). 

Data riset yang ditunjukkan dalam artikel Harvard Business Review menunjukkan bahwa hanya sekitar 15% individu yang benar-benar memiliki self-awareness yang akurat. Bahkan, korelasi antara persepsi diri dan kompetensi nyata seseorang sering kali kurang dari 30%. 

Ketidaksesuaian ini berdampak besar terhadap kualitas pengambilan keputusan, efektivitas kolaborasi tim, serta kemampuan dalam mengelola konflik di lingkungan kerja.

Oleh karena itu, tujuan dari pengembangan keterampilan yang perlu dimiliki dalam self-leadership bukan lagi pilihan tambahan, tetapi kebutuhan strategis dalam pengelolaan sumber daya manusia.

Mengapa Karyawan Kesulitan Menerapkan Self-Leadership?

Kendala utama dalam membangun self-leadership terletak pada kurangnya kesadaran diri (self-awareness) dan ketidakmampuan dalam mengelola respons internal terhadap tekanan eksternal. 

Berdasarkan artikel dari Harvard Business Publishing tahun 2023, banyak individu bertindak berdasarkan asumsi tanpa menyadari pola pikir dan proses pengambilan keputusan mereka.

Hal ini dikenal sebagai The Ladder of Inference, di mana seseorang langsung menarik kesimpulan tanpa mengkaji data atau fakta yang mendasarinya secara objektif.

Di sisi lain, studi dari Springer tahun 2024 menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti burnout, tekanan sosial, dan budaya kerja yang tidak memberdayakan karyawan, membuat individu kehilangan rasa kepemilikan (ownership) atas pekerjaannya. 

Tanpa dukungan terhadap pengembangan keterampilan pribadi, self-leadership menjadi konsep yang sulit diwujudkan.

Sebagai pimpinan organisasi, Anda perlu menyadari bahwa tujuan dari pengembangan keterampilan dalam self-leadership bagi karyawan bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga ekosistem kerja yang Anda bangun. Maka dari itu, pelatihan dan pengembangan kapasitas dalam hal ini perlu diprioritaskan.

7 Keterampilan yang Dibutuhkan untuk Membangun Self-Leadership

Self-leadership bukan sekadar kemampuan mengatur waktu atau menyelesaikan pekerjaan secara mandiri.

Ia adalah kumpulan keterampilan yang saling berhubungan dan mendukung individu untuk bekerja secara proaktif, resilien, dan penuh makna.

Berikut tujuh keterampilan utama yang perlu dikembangkan:

1. Self-Awareness (Kesadaran Diri)

Kesadaran diri adalah fondasi utama dari self-leadership. Ini mencakup kemampuan mengenali pikiran, emosi, nilai, dan kecenderungan perilaku pribadi. 

Tanpa self-awareness, individu akan bertindak secara reaktif dan tidak mampu mengidentifikasi kekuatan atau area pengembangan dirinya.

Harvard Business Review menekankan pentingnya self-awareness dalam memutus siklus asumsi yang merugikan. 

Dengan kesadaran diri, karyawan dapat membuat keputusan yang lebih jernih, menghindari konflik interpersonal yang tidak perlu, serta menjadi pemimpin yang lebih empatik dan efektif.

2. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional)

Self-leadership sangat erat kaitannya dengan kecerdasan emosional. Ini mencakup kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain.

Dalam tim, individu yang cakap secara emosional mampu menjaga dinamika kerja yang sehat, menanggapi tekanan dengan tenang, serta memotivasi dirinya dan orang lain secara positif.

Menurut riset dari Springer tahun 2024, kecerdasan emosional memiliki korelasi tinggi dengan peningkatan produktivitas dan ketahanan kerja.

3. Self-Discipline (Disiplin Diri)

Disiplin diri adalah kemampuan untuk menunda kepuasan jangka pendek demi tujuan jangka panjang. 

Dalam konteks pekerjaan, ini berarti mampu fokus pada prioritas, menghindari distraksi, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.

Karyawan yang memiliki disiplin diri tidak hanya bisa bekerja tanpa pengawasan ketat, tetapi juga menjadi teladan profesionalisme di lingkungan kerjanya. Mereka andal, konsisten, dan dapat diandalkan dalam situasi apa pun.

4. Purpose Orientation (Orientasi pada Tujuan)

Self-leadership menjadi lebih kuat ketika seseorang bekerja berdasarkan nilai dan tujuan pribadi yang selaras dengan visi organisasi. Purpose orientation membuat individu merasa pekerjaannya bermakna, sehingga lebih termotivasi secara intrinsik.

Studi menunjukkan bahwa individu yang memiliki “why” yang kuat dalam bekerja akan lebih tahan terhadap tekanan eksternal dan lebih gigih dalam menghadapi tantangan. 

Sebagai pemimpin, Anda perlu memastikan bahwa setiap anggota tim memahami peran strategis mereka dalam pencapaian misi perusahaan.

5. Constructive Cognitive (Pola Pikir Konstruktif)

Pola pikir atau cognitive framing memengaruhi cara seseorang menafsirkan situasi dan bertindak. Pola pikir konstruktif meliputi optimisme, mindset bertumbuh (growth mindset), dan kemampuan melihat tantangan sebagai peluang belajar.

Self-leadership berkembang ketika individu mampu mengelola narasi internal secara positif. Mereka tidak terjebak dalam self-doubt, melainkan aktif mencari solusi dan mengambil tanggung jawab penuh atas tindakan mereka.

6. Behaviour-Focused Strategies (Strategi Perilaku Terarah)

Self-leadership bukan hanya soal niat baik, tapi juga strategi konkret untuk membentuk kebiasaan efektif. Behaviour-focused strategies mencakup perencanaan tindakan, pemantauan diri, evaluasi hasil, serta pemberian self-reward atas pencapaian kecil.

Dalam lingkungan kerja yang kompleks, strategi ini membantu individu tetap berada di jalur, bahkan saat menghadapi kegagalan atau hambatan. Pelatihan berbasis behavioural self-management terbukti meningkatkan performa dan ketekunan karyawan.

7. Well-being Strategies (Strategi Pemeliharaan Kesejahteraan)

Karyawan yang tidak menjaga kesehatan fisik dan mentalnya tidak akan mampu menjalankan self-leadership secara berkelanjutan. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu memiliki strategi pemeliharaan diri, termasuk manajemen stres, tidur cukup, olahraga, dan batasan kerja yang sehat.

Organisasi yang mendorong budaya well-being tidak hanya meningkatkan kepuasan kerja, tetapi juga menciptakan individu yang lebih resilien dan produktif. 

Seperti yang dijelaskan dalam artikel Springer tahun 2024, kesejahteraan adalah prasyarat penting bagi otonomi kerja dan pengambilan keputusan yang sehat.

Bekali Karyawan Anda dengan Kemampuan Self Leadership

Sebagai pimpinan, Anda memiliki peran sentral dalam menciptakan ekosistem kerja yang memungkinkan self-leadership tumbuh dan berkembang. Karyawan yang memiliki self-leadership akan menjadi aset berharga. 

Mereka bekerja dengan inisiatif, mampu mengelola dirinya di bawah tekanan, dan memberikan kontribusi nyata terhadap tujuan strategis perusahaan.

Namun, self-leadership tidak muncul begitu saja. Ia perlu dilatih, dipelihara, dan didukung melalui program pengembangan yang tepat.

Investasi dalam pelatihan self-leadership bukan hanya meningkatkan performa individu, tetapi juga memperkuat budaya kerja yang adaptif dan inovatif.

Apabila Anda ingin membangun tim yang lebih otonom, tangguh, dan bertanggung jawab, pengembangan self-leadership harus menjadi prioritas dalam strategi pengembangan SDM perusahaan Anda.

Investasi pada program pelatihan self-leadership bukan hanya akan meningkatkan performa kerja individu, tetapi juga memperkuat budaya organisasi yang adaptif, resilien, dan inovatif.

Jika Anda berkomitmen membangun tim yang mandiri, kolaboratif, dan bertanggung jawab, inilah saat yang tepat untuk memulainya.

Pelajari lebih lanjut dan daftarkan tim Anda dalam Program Pelatihan Self-Leadership: Personality Perspective dari prasmul-eli, sebuah langkah nyata menuju transformasi kepemimpinan di seluruh level organisasi.

cover-artikel-putih.jpg
6 Framework Analisis Kompetitor untuk Menentukan Diferensiasi Produk
05 August 2025

Dalam ekosistem bisnis yang terus berkembang dan dipenuhi ketidakpastian, keputusan strategis tidak lagi bisa bersandar pada intuisi semata. Data dan analisis kini menjadi fondasi utama dalam merancang strategi yang unggul. 

Tidak mengherankan jika 90% perusahaan dalam daftar Fortune 500 telah mengadopsi competitive intelligence (CI) sebagai salah satu pilar utama dalam membangun keunggulan kompetitif mereka. 

Bahkan, 73% perusahaan global mengalokasikan hingga 20% dari anggaran teknologi mereka untuk riset dan analitik, hal ini menunjukkan bahwa pemahaman mendalam terhadap pasar dan pesaing telah menjadi investasi prioritas dalam dunia korporasi modern.

Sebagai seorang CEO, Anda tentu memahami bahwa keunggulan kompetitif tidak hanya berasal dari kecepatan berinovasi atau efisiensi biaya. Salah satu aspek krusial yang sering luput dari perhatian adalah kemampuan untuk memahami dengan jernih bagaimana kompetitor bertindak, berpikir, dan berkembang. 

Di sinilah analisis kompetitor menjadi sangat penting. Dengan insight yang kuat mengenai strategi dan posisi pesaing, Anda dapat menentukan diferensiasi produk yang bukan hanya berbeda, tetapi juga relevan dan sulit ditiru.

Lebih jauh lagi, laporan terbaru dari Evalueserve menyatakan bahwa lebih dari 60% perusahaan kini menjadikan competitive intelligence sebagai komponen strategis dalam pengambilan keputusan bisnis. 

Bahkan, 56% eksekutif yang menggunakan CI secara aktif mampu merancang ekspansi pasar dalam jangka tiga tahun ke depan. Artinya, pemahaman yang tepat mengenai medan persaingan dapat membuka jalan bagi pertumbuhan berkelanjutan dan kepemimpinan pasar yang lebih kokoh. 

Maka dari itu, pertanyaannya bukan lagi “Perlukah kita melakukan analisis kompetitor?”, melainkan “Sudahkah tim Anda menggunakannya secara optimal untuk menentukan strategi diferensiasi produk yang benar-benar berdampak?”

Mengapa Analisis Kompetitor Penting untuk Menentukan Diferensiasi Produk

Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif dan dinamis, keunggulan kompetitif tidak lagi hanya ditentukan oleh kecepatan inovasi atau efisiensi operasional. 

Salah satu elemen krusial yang kerap luput dari perhatian para pemimpin bisnis adalah kemampuan untuk memahami lanskap kompetitor secara mendalam. 

Sebagai seorang pemimpin, Anda tentu menyadari bahwa membedakan produk Anda dari pesaing (product differentiation) adalah kunci untuk menciptakan loyalitas pelanggan, meningkatkan margin keuntungan, dan mempertahankan posisi pasar.

Hal tersebut terlihat praktis, tapi bagaimana Anda bisa menentukan diferensiasi yang benar-benar relevan, unik, dan sulit ditiru tanpa terlebih dahulu memahami apa yang ditawarkan oleh para kompetitor Anda?

Menurut laporan dari Evalueserve pada tahun 2023, lebih dari 60% perusahaan global kini menganggap competitive intelligence sebagai komponen strategis dalam pengambilan keputusan bisnis.

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang sukses tidak hanya fokus pada pengembangan internal, tetapi juga secara aktif memetakan kekuatan, kelemahan, serta arah strategi dari para kompetitor mereka.

Dengan melakukan analisis kompetitor secara sistematis, Anda dapat:

  • Mengidentifikasi celah di pasar yang belum dimanfaatkan oleh kompetitor. 
  • Memahami persepsi dan preferensi pelanggan terhadap produk kompetitor.
  • Menghindari "blind spot" dalam strategi produk Anda sendiri
  • Menentukan elemen pembeda (unique value proposition) yang paling berdampak

Sederhananya, diferensiasi produk yang efektif tidak dapat dicapai tanpa pemahaman mendalam terhadap medan persaingan.

Namun, mengapa banyak perusahaan gagal mendiferensiasi produk mereka?

Banyak perusahaan terjebak dalam perang harga atau mencoba meniru fitur dari kompetitor tanpa memahami konteks dan kebutuhan pelanggan. 

Padahal, diferensiasi bukan hanya soal "berbeda", melainkan berbeda secara bermakna. Inilah sebabnya mengapa pendekatan yang terstruktur terhadap analisis kompetitor sangat penting. 

Anda tidak hanya perlu mengetahui siapa kompetitor Anda, tetapi juga apa yang mereka lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan bagaimana posisi mereka di mata konsumen.

6 Framework Analisis Kompetitor untuk Memetakan Differensiasi Produk dari Competitor

Memahami posisi perusahaan Anda terhadap para pesaing adalah kunci untuk merancang strategi diferensiasi produk yang efektif dalam dunia bisnis yang kompetitif dan dinamis. 

Analisis kompetitor yang mendalam memungkinkan Anda untuk mengidentifikasi keunggulan unik, mengantisipasi langkah pesaing, dan menemukan celah di pasar yang dapat dimanfaatkan. 

Berikut adalah enam framework analisis kompetitor yang dapat membantu Anda dalam memetakan strategi diferensiasi produk:

1. SWOT Analysis

SWOT Analysis (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah alat analisis kompetitor klasik yang membantu perusahaan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal.

Dengan menganalisis SWOT kompetitor, Anda dapat memahami area di mana mereka unggul dan area yang dapat menjadi peluang bagi perusahaan Anda.

Sebagai contoh, dengan mengetahui kekuatan kompetitor dalam hal distribusi, Anda dapat mencari cara untuk meningkatkan efisiensi distribusi Anda atau menemukan saluran distribusi alternatif yang belum dimanfaatkan.

Demikian pula, dengan memahami kelemahan kompetitor, seperti kurangnya inovasi produk, Anda dapat menekankan inovasi sebagai keunggulan kompetitif Anda.

Analisis SWOT juga membantu dalam mengidentifikasi peluang pasar yang belum dimanfaatkan dan ancaman yang mungkin dihadapi, memungkinkan Anda untuk merancang strategi yang proaktif dan adaptif. 

Dengan demikian, SWOT Analysis menjadi dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan strategis dalam diferensiasi produk.

2. Porter’s Five Forces

Porter’s Five Forces adalah model analisis kompetitor dengan menganalisis lima kekuatan yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri yakni ancaman pendatang baru, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, ancaman produk pengganti, dan persaingan antar perusahaan yang ada.

Dengan memahami kelima kekuatan ini, Anda dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas dan merancang strategi diferensiasi yang efektif.

Misalnya, jika ancaman produk pengganti tinggi, Anda perlu memastikan bahwa produk Anda memiliki fitur atau nilai tambah yang tidak dimiliki oleh produk pengganti tersebut. 

Demikian pula, jika kekuatan tawar pembeli tinggi, Anda harus mencari cara untuk meningkatkan loyalitas pelanggan melalui layanan pelanggan yang unggul atau program loyalitas.

Dengan menganalisis kelima kekuatan ini, Anda dapat memahami struktur industri dan posisi kompetitor, serta merancang strategi yang memungkinkan Anda untuk menonjol di pasar.

Porter’s Five Forces membantu Anda dalam mengidentifikasi area di mana diferensiasi produk dapat memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

3. Competitive Positioning Map

Competitive Positioning Map adalah alat visual yang membantu Anda memetakan posisi produk Anda dibandingkan dengan kompetitor berdasarkan dua atau lebih dimensi, seperti harga dan kualitas.

Dengan visualisasi ini, Anda dapat mengidentifikasi celah di pasar dan menentukan posisi yang optimal untuk produk Anda.

Sebagai contoh, jika peta menunjukkan bahwa sebagian besar kompetitor berada di segmen harga tinggi dengan kualitas tinggi, Anda mungkin menemukan peluang di segmen harga menengah dengan kualitas tinggi. 

Dengan demikian, Anda dapat menyesuaikan strategi produk dan pemasaran untuk menargetkan segmen pasar yang kurang dilayani.

Competitive Positioning Map juga membantu dalam mengkomunikasikan posisi merek Anda kepada pemangku kepentingan internal dan eksternal, serta dalam merancang strategi diferensiasi yang jelas dan terfokus.

Dengan memahami posisi Anda di pasar, Anda dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dalam pengembangan produk dan strategi pemasaran.

4. Strategic Group Mapping

Strategic Group Mapping mengelompokkan perusahaan dalam industri berdasarkan kesamaan strategi atau karakteristik, seperti saluran distribusi atau segmen pasar yang dilayani. Dengan memahami kelompok strategis ini, Anda dapat mengidentifikasi area persaingan langsung dan peluang untuk diferensiasi.

Sebagai contoh, jika Anda berada dalam kelompok strategis yang fokus pada harga rendah dan volume tinggi, Anda dapat mempertimbangkan untuk beralih ke kelompok yang fokus pada kualitas tinggi dan layanan pelanggan unggul, jika pasar tersebut kurang dilayani.

Dengan demikian, Anda dapat menghindari persaingan langsung dan menemukan ceruk pasar yang lebih menguntungkan.

Strategic Group Mapping juga membantu dalam memahami hambatan mobilitas antar kelompok strategis, serta dalam merancang strategi yang memungkinkan Anda untuk berpindah ke kelompok yang lebih menguntungkan atau untuk memperkuat posisi Anda dalam kelompok saat ini.

5. Benchmarking Analysis

Benchmarking Analysis melibatkan perbandingan kinerja perusahaan Anda dengan standar industri atau pesaing terkemuka. Melalui benchmarking, Anda dapat mengidentifikasi praktik terbaik dan area yang memerlukan perbaikan, serta menetapkan target kinerja yang realistis.

Sebagai contoh, dengan membandingkan waktu respons layanan pelanggan Anda dengan pesaing, Anda dapat mengidentifikasi area di mana Anda tertinggal dan merancang inisiatif untuk meningkatkan kinerja. 

Demikian pula, dengan memahami fitur produk yang ditawarkan oleh pesaing, Anda dapat mengidentifikasi fitur yang perlu ditambahkan atau ditingkatkan dalam produk Anda.

Benchmarking Analysis membantu dalam mengidentifikasi keunggulan kompetitif dan area untuk diferensiasi, serta dalam merancang strategi yang memungkinkan Anda untuk mencapai atau melampaui standar industri. 

Dengan demikian, benchmarking analysis menjadi alat yang penting dalam pengembangan produk dan peningkatan kinerja perusahaan.

6. Four Corners Model (Michael Porter)

Four Corners Model adalah alat analisis strategis yang dikembangkan oleh Michael Porter untuk memprediksi tindakan kompetitor dengan menganalisis empat aspek utama yakni motivasi masa depan, asumsi, strategi saat ini, dan kapabilitas. 

Dengan memahami keempat aspek ini, Anda dapat memprediksi tindakan kompetitor dan merancang strategi diferensiasi yang proaktif.

Sebagai contoh, jika Anda mengetahui bahwa kompetitor memiliki motivasi untuk memperluas pangsa pasar dan memiliki kapabilitas untuk meluncurkan produk baru, Anda dapat mempercepat peluncuran produk Anda sendiri atau meningkatkan fitur produk untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. 

Demikian pula, dengan memahami asumsi kompetitor tentang pasar, Anda dapat mengeksploitasi kesalahan asumsi tersebut untuk keuntungan Anda.

Four Corners Model membantu dalam merancang strategi yang tidak hanya reaktif terhadap tindakan kompetitor, tetapi juga proaktif dalam mengantisipasi langkah mereka. Dengan demikian, model ini menjadi alat yang berharga dalam perencanaan strategis dan diferensiasi produk.

Apakah Tim Produk Anda sudah Menentukan Differensiasi Produk?

Seperti yang telah dibahas, pemahaman mendalam terhadap posisi dan strategi pesaing akan membantu Anda merancang diferensiasi produk yang tidak hanya unik, tetapi juga bermakna dan berkelanjutan. 

Jika Anda ingin memperdalam kemampuan dalam membangun brand yang unggul melalui strategi yang berbasis analisis, saatnya Anda mengambil langkah nyata. 

Ikuti program Strategic Brand Management dari prasmul-eli dan pelajari bagaimana merancang diferensiasi merek yang kuat berbasis wawasan kompetitif.

cover-artikel-putih.jpg
Bagaimana Strategi Problem Solving dalam Bisnis ala Bill Gates?
31 July 2025

Perubahan dalam kondisi pasar bisa menyebabkan masalah bagi bisnis. Masalah dalam bisnis bisa beragam, tidak ada perusahaan yang bebas dari masalah. Untuk itu, penting bagi para pemimpin perusahaan untuk memiliki strategi problem solving yang kuat. 

Memecahkan sebuah masalah dalam bisnis tidak hanya melihat dari permukaannya saja. Bahkan, seringkali yang terjadi masalah di permukaan adalah akibat dari akar masalah yang tidak diurai selama sekian waktu. 

Bagaimana strategi problem solving yang kuat dan bisa menghasilkan solusi progresif untuk bisnis? Mari kita belajar strategi problem solving ala Bill Gates. Perusahaan yang ia bangun dari dulu hingga kini, Microsoft, masih menjadi pemimpin pasar dalam industri perangkat lunak. 

Rahasia Microsoft bisa bertahan menjadi pemimpin pasar hingga saat ini salah satunya karena memiliki proses problem solving yang kuat. 

Berdasarkan riset dari McKinsey menunjukkan bahwa organisasi dengan kemampuan problem solving terbaik dalam level top quartile akan menghasilkan 3,5 kali lipat memiliki total return to shareholders (TRS) 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang berada di kuartil bawah.  

Penemuan tersebut menunjukkan bagaimana seorang pemimpin wajib memiliki kemampuan problem solving yang baik di era disrupsi dan tantangan bisnis yang semakin tidak terprediksi.

Pertanyaan yang Bill Gates Gunakan untuk Mengatasi Masalah 

Belajar dari cara berpikir Bill Gates sangatlah menarik, ketika ada masalah yang terjadi dalam bisnis, ia bukan panik, tapi justru mengajukan pertanyaan pada pikirannya. 

Kebiasaan itu terbentuk sejak ia masih remaja, kemudian diimplementasikan pada Microsoft hingga saat ini. 

Ada dua pertanyaan yang selalu Bill Gates ajukan ketika mengatasi masalah dalam bisnis atau kesehariannya.

Pertanyaan pertama adalah siapa yang sudah mengani masalah ini dengan baik? 

Lanjut ke pertanyaan kedua yakni apa yang bisa kita pelajari dari mereka?

Dua pertanyaan yang sangat sederhana dan sepertinya mudah dijawab, bukan? Namun, kenyataannya pertanyaan itu termasuk sulit untuk dijawab.

Dua pertanyaan sederhana itu akan susah dijawab apabila sudah menyangkut masalah yang tidak dialami oleh banyak orang. 

Seperti yang dialami Bill Gates ketika menyangkut masalah kesehatan global. Sehingga ia terus melakukan riset mendalam tentang kesehatan global.

Lantas, Bill Gates tidak hanya berhenti pada dua pertanyaan itu saja, dia selalu menanyakan pertanyaan refleksi seperti,

  • Apa yang membuat saya bersemangat memecahkan masalah ini?
  • Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik lagi?
  • Apakah saya mempelajari cukup banyak hal baru

Belajar dari Bill Gates, ternyata dasar dari membuat strategi problem solving adalah mengajukan pertanyaan yang tepat. 

Adopsi Strategi Problem Solving dalam Bisnis Ala Bill Gates 

Ada beragam cara untuk membuat strategi problem solving dalam bisnis. Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan sesuai dengan cara Bill Gates dan cara lainnya yang disarankan oleh Harvard University. 

  1. Mengajukan Pertanyaan yang Tepat

Saat terjadi masalah, jangan hanya fokus pada siapa yang berbuat salah. Namun, tanyakan pertanyaan yang bisa menemukan akar masalah tersebut. Seperti dua pertanyaan yang Bill Gates selalu ajukan yakni siapa yang sudah mengani masalah ini dengan baik? Dan apa yang bisa kita pelajari dari mereka?

  1. Memetakan Masalah (Problem Framing)

Sebelum Anda memutuskan solusi untuk masalah dalam bisnis, penting untuk Anda memetakan masalah yang terjadi, menetapkan batasan, konteks, dan perspektif. 

Contohnya, bayangkan Anda memimpin perusahaan konsultan teknologi dan ternyata dalam setahun terakhir terjadi penurunan pendapatan. Ketika masalah itu terjadi cobalah memetakan dengan pertanyaan yang tepat seperti:

  • Apakah masalahnya ada di produk jasa konsultasi kita?
  • Apakah kita perlu meningkatkan kualitas jasa konsultasi teknologi kita?
  • Apakah ini karena proses marketing yang kurang berjalan dengan baik? 

Dan pertanyaan lain yang bisa memetakan dari berbagai konteks. Tidak ada cara tepat dan terbaik untuk memetakan masalah. Pastikan Anda sebagai pemimpin bisa mengajak tim Anda untuk memetakan masalah dengan hal yang bermanfaat. 

  1. Memprioritaskan Empati

Prioritaskan empati ketimbang emosi dalam membuat strategi problem solving. Empati ini adalah kemampuan seseorang untuk bisa merasakan apa yang dirasakan dan dialami oleh tim kita. 

Empati ini dibutuhkan untuk mengurai akar permasalahan. Jika masalah penurunan penjualan terjadi, Anda dan tim bisa mendatangi konsumen untuk menanyakan apa yang mereka rasakan dan alami terkait produk perusahaan Anda. 

Dengan mendengarkan konsumen dan berempati, Anda bisa mendapatkan ide yang bisa digunakan untuk mengurai permasalahan bahkan membuat solusi.

  1. Melepaskan dari Cara Berpikir Lama (Breaking Fixed Cognitive)

Breaking Fixed Cognitive ini menggambarkan sebuah kondisi dimana seseorang menyelesaikan masalah berdasarkan pengalamannya di masa lalu. Padahal masalah yang terjadi sekarang belum tentu relevan dengan masa kini.

Terkadang sebuah masalah tidak bisa dipecahkan dengan pola lama. Untuk itu, Anda dan tim bisa saling berkolaborasi untuk mencari perspektif baru dalam memecahkan sebuah permasalahan bisnis.

  1. Bangun Ekosistem yang Aman Secara Psikologis

Tugas utama Anda sebagai seorang pemimpin adalah untuk menciptakan lingkungan dan ekosistem yang kondusif untuk melakukan pemecahan masalah. Bangunlah suasana di mana tim merasa aman untuk menyampaikan ide tanpa takut dikritik dan tetap merasa dihargai.

Empat Langkah Inti Merancang Strategi Pemecahan Masalah

Bukan langkah bijak, jika ada masalah, pemimpin langsung menyalahkan timnya. Justru ketika ada masalah, pemimpin akan menjadi garda terdepan untuk mengajak timnya menyelesaikan masalah.

Karena masalah yang dilakukan oleh tim adalah tanggung jawab dari seorang pemimpin. Umumnya berikut ini ada empat langkah inti strategi problem solving yang biasanya dilakukan menurut Ken Watanabe dalam bukunya Problem Solving 101

  1. Pahami Situasinya

Jika ada masalah, tenang sejenak. Perhatikan apa yang sebenarnya terjadi, pahami situasi yang terjadi bukan dari satu pihak saja tapi dari berbagai pihak dan sudut pandang.

Dengan memahami situasinya maka kita akan bisa mendefinisikan masalahnya. Misalkan ada penurunan penjualan, kemudian kita meminta pemahaman situasi dan data dari tim penjualan dan kita bisa mendefinisikan bahwa penjualan menurun karena di wilayah X terjadi penurunan distributor. 

  1. Identifikasi Akar Masalah

Anda akan dihadapkan pada masalah yang berulang jika tidak mampu mengidentifikasi akar masalah yang ada. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi akar masalah seperti logic tree, 5 Whys, dan sebab-akibat.

Cara logic tree ini menganalogikan bahwa masalah layaknya pohon. Masalah utama layaknya bagian atas pohon. Cabang-cabangnya mewakili penyebab utama atau dimensi dari masalah tersebut.

Sub-cabang yang menjabarkan lebih lanjut rincian dari setiap penyebab. Sehingga pada akhirnya berakhir pada hipotesis atau solusi potensial.

Cara 5 Whys ini adalah dengan menanyakan lima kali pertanyaan “kenapa” hingga menghasilkan hipotesis atau akar masalah potensial.

  1. Mengembangkan dan Memilih Solusi Terbaik

Lakukan brainstorm berbagai ide solusi dengan tim, kemudian lakukan analisis pro dan kontra serta efektivitasnya, dan yang paling penting adalah memilih yang paling masuk akal dan berdampak besar.

  1. Buat Rencana Aksi yang Konkret

Setelah menemukan dan memilih ide solusi terbaik, ini saatnya untuk membuat rencana aksi yang konkret dan langsung bisa dieksekusi. Buatlah rencana tersebut dengan detail meliputi siapa melakukan apa, bagaimana, kapan, dimana, dan bagaimana evaluasinya nanti. 

Bagaimana Mengasah Kemampuan Problem Solving?

Kemampuan strategi problem solving akan terasah seiring jam terbang Anda sebagai pemimpin dalam menghadapi masalah. 

Tantangan yang dihadapi pemimpin dalam menghadapi masalah datang dari berbagai sisi yang sering kali membuat pemimpin kewalahan.

Untuk mengatasi kewalahan itu pemimpin perlu mengasah kemampuan problem solving-nya kembali dengan belajar strategi pemecahan masalah yang kreatif, rasional, efektif, dan optimal. 

Cara pemecahan masalah dengan cara kreatif, rasional, efektif, serta optimal bisa dipelajari di pelatihan problem solving & decision making dari prasmul-eli. 

Mari konsisten untuk memecahkan masalah dengan kepala dingin agar solusi terbaik yang datang menangani masalah bisnis Anda.

cover-artikel-putih.jpg
Bagaimana Proses Training Need Analysis di Perusahaan Multinasional untuk Menentukan Pelatihan yang Efektif?
29 July 2025

Pemilihan pelatihan yang tepat untuk manajer atau pun karyawan akan berdampak positif bagi perusahaan. Agar pelatihan yang dipilih tepat guna dan sesuai sasaran maka perlu adanya proses training need analysis.

Setiap perusahaan memiliki proses training need analysis yang berbeda-beda. Semakin besar skala perusahaannya maka semakin rapi proses analisis kebutuhan pelatihannya. 

Namun, ada temuan dalam Journal of Personal Selling and Sales Management tahun 1991 yang menyatakan bahwa sebagian besar organisasi cenderung lebih mengandalkan manajemen puncak untuk mengatur pelatihan, mulai dari pemilihan karyawan yang akan mengikuti pelatihan hingga besaran anggaran yang akan diinvestasikan untuk pelatihan tersebut. 

Fakta lain di lapangan juga menemukan bahwa pelatihan yang biasanya dilakukan di organisasi tidak mencerminkan tujuan strategis perusahaan, sehingga upaya tersebut tidak memberikan kontribusi kembali kepada organisasi karena kebutuhan pelatihan tidak dianalisis dengan tepat.

Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini akan dikupas bagaimana proses training need analysis di perusahaan multinasional yang skalanya sudah global untuk menentukan pelatihan yang efektif. 

Proses Training Need Analysis

Dalam buku yang ditulis oleh William McGhee dan Paul W. Thayer yang berjudul Training and Business Industry, disebutkan bahwa untuk menentukan pelatihan yang tepat bagi perusahaan ada tiga level analisis untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk organisasi maupun karyawannya. 

  1. Analisis Organisasi

Ini adalah proses paling awal dalam proses training need analysis yang tujuan utamanya adalah memahami kebutuhan pelatihan berdasarkan tujuan dan strategi organisasi secara keseluruhan.

Bagaimana proses analisis organisasi ini? Jadi, ini adalah proses untuk meninjau lingkungan internal organisasi yang meliputi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan serta kesesuaiannya dengan tujuan, strategi, dan sasaran organisasi. 

Pada tahap ini, organisasi fokus menganalisis arah dan prioritas perusahaan dalam periode tertentu, sehingga pelatihan yang direncanakan dapat disesuaikan dan diselaraskan secara optimal dengan kebutuhan strategis perusahaan.

Proses ini penting agar pelatihan tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga mendukung pencapaian visi jangka panjang.

  1. Analisis Tugas atau Operasional

Proses lanjutannya lebih spesifik yakni melakukan analisis tugas atau operasional  yang biasa orang kenal dengan job analysis atau task analysis. 

Proses ini dilakukan untuk memeriksa pekerjaan tertentu guna menentukan kebutuhan atau persyaratan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja kerja yang diharapkan. 

Dengan memahami apa yang harus diselesaikan oleh karyawan dalam tugasnya, organisasi dapat merancang pelatihan yang tepat sasaran untuk mengatasi permasalahan kinerja yang spesifik dan meningkatkan efektivitas operasional.

  1. Analisis Individual

Langkah ketiga semakin spesifik yakni analisis per individu untuk memeriksa apakah posisi yang mereka tempati sekarang ini sudah memiliki keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan agar dapat melaksanakan tugasnya secara optimal.

Informasi terkait kinerja dan kebutuhan pelatihan individu ini biasanya dikumpulkan melalui wawancara, survei dengan para subject matter experts, manajer, dan karyawan berprestasi tinggi.

Analisis individual ini memastikan pelatihan yang diberikan pada orang yang tepat sehingga hasilnya bisa maksimal. 

Dari ketiga proses training need analysis tersebut, apakah perusahaan Anda sudah menerapkan semua proses tersebut?

Proses Training Need Analysis di Perusahaan Multinasional

Sekarang Anda akan mengetahui bagaimana penerapan proses training need analysis (TNA) di perusahaan multinasional. 

Proses analisis ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh mahasiswa dari University Teknologi Malaysia yang mempelajari penerapan proses TNA di perusahaan multinasional yang ada di Malaysia.

  1. Years of Practice (Tahun Praktek)

Perusahaan multinasional umumnya telah menjalankan proses TNA selama bertahun-tahun dengan pengalaman yang bervariasi, mulai dari 5 sampai lebih dari 10 tahun.

Pengalaman ini menunjukkan bahwa TNA sudah menjadi bagian terintegrasi dalam manajemen sumber daya manusia untuk memastikan pelatihan yang efektif dan tepat sasaran. 

  1. TNA Mode

Ada dua jenis mode TNA yang diterapkan. Pertama yakni TNA secara formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan sistematis sebagai bagian dari proses perencanaan pelatihan. 

Kedua adalah mode pelaksanaan TNA secara informal yang dilakukan secara ad hoc atau berdasarkan kebutuhan mendesak tanpa prosedur resmi.

Dari kedua jenis mode TNA, tentunya mode TNA secara formal lebih umum dilakukan untuk menjamin keselarasan dengan strategi perusahaan global.

  1. Metode Pengumpulan Data

Perusahaan selalu memutuskan segala sesuatu berbasis data. Termasuk ketika menentukan pelatihan yang tepat untuk karyawan. Beberapa metode pengumpulan data dalam TNA yang digunakan perusahaan multinasional. 

Survei dan kuesioner merupakan metode mengajukan selebaran atau formulir berisikan pertanyaan yang diberikan kepada karyawan dan manajer untuk mendapatkan gambaran kebutuhan pelatihan. 

Untuk mendapatkan gambaran lebih mendalam, metode wawancara pun dilakukan dengan manajemen, subject matter experts (SMEs), dan peserta pelatihan. 

Selain itu observasi langsung terhadap aktivitas kerja pun menjadi salah satu metode pengumpulan data. 

Dan terdapat analisis dokumen seperti laporan kinerja dan data HR. Perusahaan bisa melakukan metode campuran ini untuk memperoleh data yang komprehensif dan akurat. 

  1. Memilih Peserta Pelatihan

Tentunya perusahaan akan melakukan pemilihan peserta pelatihan. Dalam menentukan peserta pelatihan yang tepat, perusahaan akan melibatkan beberapa peran berikut:

  • Karyawan yang akan mengikuti pelatihan.
  • Manajer lini yang memahami kebutuhan dan kinerja timnya
  • Subject matter experts (SMEs) yang menguasai materi atau proses kerja spesifik. 
  • Departemen HR sebagai fasilitator dan evaluator. 

Pemilihan peserta disesuaikan dengan tujuan dan tingkat pelatihan yang akan diberikan. 

  1. Proses Training Need Analysis

Berikut ini langkah-langkah utama dalam proses TNA di perusahaan multinasional yang bisa diduplikasi perusahaan lain. Proses berikut ini dilakukan secara iteratif untuk memastikan relevansi dan efektivitas pelatihan.

  • Identifikasi tujuan organisasi dan strategi bisnis. 

  • Analisis tugas dan kebutuhan operasional.

  • Penilaian kebutuhan pelatihan individu.

  • Pengumpulan dan analisis data melalui berbagai metode.

  • Penyusunan rekomendasi pelatihan yang spesifik.

  • Implementasi dan evaluasi hasil pelatihan. 

 

  1. Orang yang Melakukan TNA

Pihak yang melakukan TNA dalam perusahaan multinasional adalah sebagai berikut:

  • Departemen HRD/ Training & Development/ Learning & Development yang memiliki keahlian dalam analisis kebutuhan pelatihan. 

  • Manajer lini terkait yang memberikan input tentang kebutuhan langsung timnya.

  • Konsultan eksternal untuk memberikan perspektif objektif dan spesialisasi tertentu.

  • Subject Matter Experts (SMEs) sebagai sumber teknis dan konten pelatihan.

 

  1. Pengukuran Training Need Analysis

Langkah terakhir yang pasti dilakukan perusahaan multinasional adalah mengukur keberhasilan TNA melalui evaluasi feedback dari peserta, analisis perbandingan kinerja sebelum dan sesudah pelatihan, penilaian pencapaian target pelatihan, dan monitoring dampak pelatihan terhadap produktivitas dan efektivitas organisasi. 

Pengukuran ini penting untuk menyempurnakan proses TNA dan memastikan investasi pelatihan memberikan hasil optimal.

Adopsi Proses Training Need Analysis di Perusahaan Anda

Apakah perusahaan Anda sudah melakukan proses TNA dengan tepat? Apakah hasil dan dampak pelatihan yang Anda selenggarakan sudah tepat sesuai tujuan. 

Jika perusahaan Anda ingin mengadopsi proses training need analysis yang sudah disebutkan pada penjelasan diatas, tapi terkendala tidak mengerti harus mulai dari mana. Maka Anda bisa berkolaborasi dengan prasmul-eli dengan program customized assessment yang bisa disesuaikan untuk menganalisis kebutuhan pelatihan yang tepat untuk perusahaan Anda. 

Optimalkan budget perusahaan dengan pelatihan yang tepat dan efektif untuk menunjang tujuan perusahaan. 

cover-artikel-putih.jpg
Bagaimana Strategi Marketing Komunikasi untuk Meningkatkan Citra Merek Perusahaan?
28 July 2025

Semakin berkembangnya sosial media hingga socio-commerce, membuat konsumen lebih memilih sebuah brand yang punya kredibilitas dan visibilitas yang tinggi. Brand perusahaan yang memiliki visibilitas yang tinggi secara daring bisa mengoptimalkan strategi marketing komunikasi mereka. 

Peran marketing komunikasi sangat penting bagi perusahaan karena membantu perusahaan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan perilaku konsumen. 

Ketika perubahan terjadi begitu cepat, strategi marketing komunikasi yang tepat akan mempercepat inovasi sebuah produk, perubahan promosi atau strategi sesuai tren dan kebutuhan pasar. 

Sekarang ini peran marketing komunikasi menjadi lebih kompleks bahkan pihak manajemen memiliki harapan tinggi bagi departemen marketing.

Riset dari McKinsey menyebutkan bahwa 83% CEO menjadikan proses marketing sebagai salah satu penggerak pertumbuhan perusahaan. 

Pertumbuhan perusahaan bisa dilakukan dengan terus meningkatkan citra merek perusahaan di mata konsumen melalui berbagai channel baik secara online maupun offline.

Dalam pembahasan ini akan diulas apa saja tantangan departemen marketing untuk meningkatkan citra merek perusahaan. 

Apa yang Dimaksud Dengan Marketing Komunikasi?

Bapak marketing dunia, Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management mendefinisikan apa itu marketing komunikasi.

Marketing komunikasi adalah cara perusahaan menyampaikan informasi, membujuk, dan mengingatkan konsumen tentang produk dan merek mereka secara langsung atau tidak langsung. 

Proses penyampaian pesan-pesan pemasaran dilakukan secara terintegrasi dan strategis kepada target pasar untuk bisa mencapai tujuan perusahaan seperti membangun hubungan, meningkatkan kesadaran merek, mempengaruhi perilaku konsumen, hingga titik akhirnya bisa mendorong penjualan produk atau jasa. 

Era digitalisasi ini tidak hanya menuntut tim marketing komunikasi untuk menyampaikan pesan dengan jelas. Namun, tuntutan lainnya berupa kecepatan, kolaborasi, dan fokus pada konsumen. 

Pada intinya di era marketing yang lebih modern ini, para tim marketing komunikasi secara tidak langsung untuk menyesuaikan lagi proses bekerja tim marketing komunikasi. 

Tantangan Yang Dihadapi Tim Marketing Komunikasi Untuk Meningkatkan Citra Merek

Dalam prosesnya untuk meningkatkan citra merek, tim marketing komunikasi mengalami berbagai tantangan baik dari sisi internal maupun eksternal. 

  1. Keterbatasan Anggaran dan Sumber Daya

Meningkatkan citra merek membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan holistik di seluruh channel pemasaran. Dengan anggaran terbatas, tim marketing komunikasi mengalami kesulitan untuk menjalankan strategi yang optimal dan konsisten. 

  1. Persaingan Pasar yang Ketat

Kondisi pasar sekarang sudah memilki banyak alternatif dari sebuah merek. Jika pesaing kita memiliki sumber daya yang lebih besar atau punya kekuatan pada brand awareness yang lebih tinggi maka akan menjadi tantangan besar bagi tim marketing komunikasi. 

  1. Perubahan Perilaku Konsumen

Selain dihadapkan dengan persaingan pasar yang ketat, perusahaan juga dihadapkan pada tren dan preferensi konsumen yang berubah cepat. Sehingga strategi branding yang berhasil saat ini belum tentu akan berhasil di masa depan. 

  1. Sulit Mengukur Dampak Branding

Citra sebuah merek adalah aset intangible sehingga sulit untuk mengukur dampak konkret dari aktivitas branding secara kuantitatif baik bagaimana kontribusinya terhadap penjualan atau loyalitas pelanggan. 

  1. Kesulitan Membangun Hubungan Emosional dengan Konsumen

Selain berebut atensi di era digitalisasi ini, hal yang paling penting untuk mendapatkan atensi konsumen adalah dengan membangun hubungan emosional. Pada perjalanannya menciptakan hubungan emosional yang kuat dengan konsumen adalah proses panjang dan menantang, terutama jika merek belum memiliki legacy yang kuat.

  1. Keterbatasan Waktu untuk Inovasi

Seperti hasil penemuan dari McKinsey yang menyebutkan bahwa 83% CEO mengharapkan aktivitas marketing bisa mendorong pertumbuhan perusahaan maka tim marketing komunikasi terkadang mendapat tekanan target penjualan dan operasional. Mereka menjadi kesulitan untuk meluangkan waktu untuk eksperimen dan inovasi yang berkelanjutan dalam branding.

  1. Kolaborasi Tim Lintas Departemen yang Kurang Optimal

Untuk mendorong adanya penjualan, tim marketing komunikasi perlu berkolaborasi dengan tim lintas departemen seperti tim sales, produk, dan customer service agar terdapat keselarasan implementasi strategi branding yang efektif. 

Langkah Strategi Marketing Komunikasi Modern Untuk Citra Merek Yang Lebih Baik Lagi

Perusahaan Anda sudah melakukan berbagai strategi marketing komunikasi, tapi belum juga kunjung meningkatkan citra merek yang lebih baik lagi. Berikut ini ada strategi marketing komunikasi modern yang disarankan dari McKinsey. 

  1. Integrasi Data dan Teknologi untuk Pengalaman Pelanggan yang Konsisten.

Perusahaan harus mengintegrasikan berbagai sumber data dan teknologi pemasaran agar dapat memahami pelanggan secara menyeluruh dan menyajikan pengalaman yang konsisten di semua saluran.

Integrasi ini memungkinkan penyampaian pesan yang relevan dan seragam, baik melalui digital, offline, maupun layanan pelanggan. 

Dengan sistem data terintegrasi, perusahaan bisa mengelola interaksi dengan pelanggan secara efektif sehingga citra merek terjaga dan pengalaman konsumen menjadi mulus.
 

  1. Pendekatan Agile dan Kolaboratif dalam Pengembangan Konten

Strategi modern menuntut tim pemasaran untuk bekerja secara agile yakni fleksibel dan cepat menyesuaikan dengan perubahan tren dan kebutuhan pasar. 

Proses pembuatan konten dilakukan secara kolaboratif antar departemen (marketing, kreatif, teknologi, hingga sales), sehingga konten yang dihasilkan lebih relevan, tepat waktu, dan terkoordinasi.

Pendekatan ini mempercepat inovasi dan memastikan pesan merek tetap segar serta menarik bagi audiens.

 

  1. Personalisasi Berdasarkan Data untuk Meningkatkan Keterlibatan Pelanggan

Pemanfaatan data pelanggan secara cermat memungkinkan perusahaan untuk menyampaikan pesan yang dipersonalisasi sesuai preferensi, perilaku, dan tahap perjalanan pelanggan.

Personalisasi ini meningkatkan keterlibatan karena pelanggan merasa pesan yang diterima sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka, sehingga memperkuat hubungan emosional dengan merek dan meningkatkan loyalitas.

 

  1. Pengukuran dan Evaluasi Dampak Pemasaran secara Holistik

Strategi komunikasi modern menekankan pentingnya pengukuran yang komprehensif dan holistik terhadap semua aktivitas pemasaran. Tidak hanya mengukur metrik tradisional seperti penjualan atau awareness, tapi juga analisis efektivitas kanal, pengalaman pelanggan, dan ROI. 

Evaluasi yang menyeluruh membantu perusahaan untuk melakukan iterasi strategi dengan lebih cepat dan akurat, memastikan investasi pemasaran memberikan dampak positif pada citra merek dan hasil bisnis.
 

  1. Penyampaian Pesan Merek di Semua Channel yang Berhubungan dengan Pelanggan

Konsistensi pesan merek harus ditegakkan di setiap titik interaksi pelanggan, baik secara online maupun offline. Hal ini memastikan pelanggan mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan nilai dan positioning merek. 

Penyampaian janji merek yang konsisten memperkuat kepercayaan pelanggan dan memperbaiki persepsi positif terhadap merek secara keseluruhan.
 

Sudahkah Perusahaan Anda Menerapkan Strategi Marketing Komunikasi yang Agile? 

Untuk meningkatkan citra merek di era modern ini, strategi marketing komunikasi yang diperlukan adalah strategi yang berbasis integrasi data, agility personalisasi, pengukuran holistik, dan konsistensi pesan merek di seluruh channel konsumen. Hal tersebut menjadi kunci kuat untuk membangun citra merek di era digital. 

Untuk membantu perusahaan Anda meningkatkan citra merek perusahaan melalui strategi marketing komunikasi, prasmul-eli menyediakan program marketing management.

Mari ubah strategi marketing komunikasi yang lebih agile dan adaptif untuk meningkatkan citra merek.