Cara Memprioritaskan Kesehatan Mental Selama Bekerja

28 April 2023

Kondisi work-life-balance merupakan situasi ideal yang diharapkan oleh banyak pekerja. Hal ini juga sering kali dikampanyekan oleh perusahaan untuk para karyawannya. Meski begitu, pada kenyataannya masih sulit untuk menilai stress dan menyeimbangkannya dengan pekerjaan dan ekspektasi perusahaan.

Bagi para pekerja di Amerika, mengutamakan kesehatan mental bukanlah kebiasaan yang perlu diketahui dalam ruang lingkup professional. Hal yang paling penting adalah waktu dan prioritas, sekalipun berdampak pada stres dan kesehatan mental seseorang.

Meskipun tidak mudah, mengambil langkah kecil yang disengaja sebagai kebiasaan agar menjadi kunci utama untuk membangun identitas yang holistik, berkelanjutan, dan berdaya guna. Setiap pekerja atau karyawan perlu memprioritaskan diri sendiri untuk melakukan hal terbaik dan memulai kebiasaan sehat agar makin bahagia.

Cara Memprioritaskan Kesehatan Mental Saat Bekerja

Tidak terbatas pada masa pandemi, akan selalu ada tantangan ganda untuk mencapai work-life balance yang sehat dan menjaga kesehatan mental. Hal ini dapat menimbulkan banyak pertanyaan dan konflik. Berikut inilah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meluangkan waktu bagi diri sendiri tanpa menghambat pertumbuhan karier profesional.

1. Luangkan waktu untuk tidak melakukan apa pun

Kapan terakhir kalinya Anda duduk di sofa, melamun, tanpa TV atau ponsel di dekat Anda? Bagaimana rasanya? Dengan begitu banyak hal yang harus diperhatikan, sulit untuk mendapatkan beberapa saat untuk diri sendiri. Namun, tidak melakukan apa-apa memberi kesempatan untuk live in the moment tanpa memikirkan masa lalu atau masa depan.

Salah satu cara untuk membangun momen keterputusan yang tulus bisa dilakukan dengan menuliskannya pada jurnal atau buku harian untuk jujur. Buat coretan mengenai apa pun yang terlintas layaknya jurnal tersebut adalah “tempat pembuangan”. Hal ini dapat membantu melepaskan tekanan untuk berdiam diri, merenungkan, atau membuat bencana.

2. Mulai untuk menolak pekerjaan

Belajarlah untuk mengatakan ‘tidak’. Dalam konteks profesionalisme dunia kerja, semuanya terasa penting. Tidak hanya tugas utama, ada proyek baru, meeting, dan aktivitas lain yang diberikan pada satu orang. Setiap peluang dapat menjadi pintu gerbang untuk membangun kredibilitas dan membuktikan kemampuan Anda di tempat kerja. Sayangnya, tekanan ini membuat seseorang enggan menolak meskipun situasi tidak ideal.

Meskipun perasaan itu normal dan pasti melibatkan Anda dalam sebuah alur kerja, Anda perlu memahami batasan yang jelas. Agar dapat menolak permintaan tanpa merasa bersalah, pikirkan bahwa sebuah penolakan sebagai penetapan batasan. Untuk menetapkan batasan yang sehat, tentukan batas fisik dan emosional Anda untuk melakukan sesuatu.

3. Pisahkan pekerjaan dan kehidupan Anda

Jika Anda bekerja di lingkungan hybrid atau bekerja dalam format remote, hal ini mungkin akan sulit dilakukan. Efek samping dari WFH menyebabkan area istirahat dan relaksasi berfungsi ganda sebagai kantor. Hal ini akan membuat seseorang semakin sulit untuk menarik batasan fisik yang jelas antara identitas yang berbeda.

Solusinya bisa dilakukan dengan sengaja menggunakan ruang yang berbeda di dalam rumah Anda. Saat kita bekerja dari ruang yang sama setiap hari, otak membentuk asosiasi dan isyarat yang memungkinkan untuk fokus dan lebih produktif. Hal ini dapat dilakukan secara konsisten sehingga membantu memisahkan pekerjaan dan rumah.

Setelah Anda selesai bekerja, cobalah untuk mematikan notifikasi di ponsel Anda. Kurangi kebiasaan untuk menghabiskan waktu melalui media sosial. Belajarlah untuk membisukan email, Slack, atau aplikasi kerja lainnya untuk membantu Anda benar-benar tidak terhubung dengan pekerjaan.

4. Prioritaskan kualitas tidur

Tidur sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan. Faktanya, tidur dan kesehatan mental terkait secara intrinsik. Tidak cukup tidur dengan batasan minimum tujuh jam tidur per malam untuk orang dewasa dapat mempengaruhi suasana hati secara negatif. Sebuah studi menemukan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan banyak efek suasana hati yang merugikan seperti lekas marah, kesedihan, dan kelelahan mental.

Insomnia dan kesulitan tidur dapat menjadi bagian dari banyak kondisi kesehatan mental umum termasuk kecemasan dan depresi. Pada gilirannya, kurang tidur dapat memperburuk tantangan tersebut. Sebuah studi terhadap orang berusia 20–21 tahun menemukan bahwa orang yang mengalami insomnia lebih berpotensi menghadapi depresi di masa depan.

Penting untuk menciptakan kebiasaan sehat untuk memastikan bahwa Anda mendapatkan kualitas tidur terbaik. Jika memungkinkan, cobalah untuk tidak melakukan pekerjaan di kamar tidur. Anda ingin kamar tidur menjadi tempat nyaman untuk tidur.

Cobalah untuk mulai melepas lelah sekitar satu jam sebelum saya ingin tidur. Sebisa mungkin, dengarkan musik yang tenang, lakukan peregangan tubuh, atau membaca buku. Dengan melakukan berbagai hal untuk membantu memperlambat tubuh dapat membantu meningkatkan kualitas tidur.

5. Jadwalkan waktu untuk pengembangan diri

Hal ini mengacu pada kepentingan pribadi dan profesional. Untuk meningkatkan kesehatan mental dan diri seseorang, pastikan untuk berinvestasi dalam keseimbangan kehidupan kerja yang sehat. Luangkan waktu untuk pengembangan pribadi dan profesional di luar pekerjaan sebagai bentuk memberi kepada diri sendiri secara teratur.

Jika Anda mencoba untuk mengembangkan keterampilan profesional, lakukanlah dengan niat untuk membangun potensi diri Anda, bukan untuk lebih baik dalam pekerjaan. Cara terbaik untuk memastikan Anda memprioritaskan pengembangan profesional Anda adalah dengan menetapkan tujuan mingguan untuk diri sendiri.

Mulailah dengan melakukan hal secara konsisten sebagai sebuah rutinitas dengan durasi 15 menit sehari, atau pastikan mendapatkan 3–5 jam per minggu untuk terlibat dengan materi pengembangan pribadi. Hal ini dapat disusun sesuai keinginan, tapi pastikan untuk tetap memenuhi tujuan yang ingin dicapai untuk diri sendiri.

Topik terkait kesehatan mental bukan hal baru untuk diimplementasikan dalam mewujudkan work-life balance. Namun, beberapa kiat di atas mungkin dapat menjadi hal baru yang bisa dicoba untuk meningkatkan upaya memahami diri dengan lebih baik. Hal ini akan mendorong seseorang agar tetap memahami kebutuhan personal daripada bekerja.

Kondisi work-life-balance merupakan situasi ideal yang diharapkan oleh banyak pekerja. Hal ini juga sering kali dikampanyekan oleh perusahaan untuk para karyawannya. Meski begitu, pada kenyataannya masih sulit untuk menilai stress dan menyeimbangkannya dengan pekerjaan dan ekspektasi perusahaan.

Bagi para pekerja di Amerika, mengutamakan kesehatan mental bukanlah kebiasaan yang perlu diketahui dalam ruang lingkup professional. Hal yang paling penting adalah waktu dan prioritas, sekalipun berdampak pada stres dan kesehatan mental seseorang.

Meskipun tidak mudah, mengambil langkah kecil yang disengaja sebagai kebiasaan agar menjadi kunci utama untuk membangun identitas yang holistik, berkelanjutan, dan berdaya guna. Setiap pekerja atau karyawan perlu memprioritaskan diri sendiri untuk melakukan hal terbaik dan memulai kebiasaan sehat agar makin bahagia.

Cara Memprioritaskan Kesehatan Mental Saat Bekerja

Tidak terbatas pada masa pandemi, akan selalu ada tantangan ganda untuk mencapai work-life balance yang sehat dan menjaga kesehatan mental. Hal ini dapat menimbulkan banyak pertanyaan dan konflik. Berikut inilah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meluangkan waktu bagi diri sendiri tanpa menghambat pertumbuhan karier profesional.

1. Luangkan waktu untuk tidak melakukan apa pun

Kapan terakhir kalinya Anda duduk di sofa, melamun, tanpa TV atau ponsel di dekat Anda? Bagaimana rasanya? Dengan begitu banyak hal yang harus diperhatikan, sulit untuk mendapatkan beberapa saat untuk diri sendiri. Namun, tidak melakukan apa-apa memberi kesempatan untuk live in the moment tanpa memikirkan masa lalu atau masa depan.

Salah satu cara untuk membangun momen keterputusan yang tulus bisa dilakukan dengan menuliskannya pada jurnal atau buku harian untuk jujur. Buat coretan mengenai apa pun yang terlintas layaknya jurnal tersebut adalah “tempat pembuangan”. Hal ini dapat membantu melepaskan tekanan untuk berdiam diri, merenungkan, atau membuat bencana.

2. Mulai untuk menolak pekerjaan

Belajarlah untuk mengatakan ‘tidak’. Dalam konteks profesionalisme dunia kerja, semuanya terasa penting. Tidak hanya tugas utama, ada proyek baru, meeting, dan aktivitas lain yang diberikan pada satu orang. Setiap peluang dapat menjadi pintu gerbang untuk membangun kredibilitas dan membuktikan kemampuan Anda di tempat kerja. Sayangnya, tekanan ini membuat seseorang enggan menolak meskipun situasi tidak ideal.

Meskipun perasaan itu normal dan pasti melibatkan Anda dalam sebuah alur kerja, Anda perlu memahami batasan yang jelas. Agar dapat menolak permintaan tanpa merasa bersalah, pikirkan bahwa sebuah penolakan sebagai penetapan batasan. Untuk menetapkan batasan yang sehat, tentukan batas fisik dan emosional Anda untuk melakukan sesuatu.

3. Pisahkan pekerjaan dan kehidupan Anda

Jika Anda bekerja di lingkungan hybrid atau bekerja dalam format remote, hal ini mungkin akan sulit dilakukan. Efek samping dari WFH menyebabkan area istirahat dan relaksasi berfungsi ganda sebagai kantor. Hal ini akan membuat seseorang semakin sulit untuk menarik batasan fisik yang jelas antara identitas yang berbeda.

Solusinya bisa dilakukan dengan sengaja menggunakan ruang yang berbeda di dalam rumah Anda. Saat kita bekerja dari ruang yang sama setiap hari, otak membentuk asosiasi dan isyarat yang memungkinkan untuk fokus dan lebih produktif. Hal ini dapat dilakukan secara konsisten sehingga membantu memisahkan pekerjaan dan rumah.

Setelah Anda selesai bekerja, cobalah untuk mematikan notifikasi di ponsel Anda. Kurangi kebiasaan untuk menghabiskan waktu melalui media sosial. Belajarlah untuk membisukan email, Slack, atau aplikasi kerja lainnya untuk membantu Anda benar-benar tidak terhubung dengan pekerjaan.

4. Prioritaskan kualitas tidur

Tidur sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan. Faktanya, tidur dan kesehatan mental terkait secara intrinsik. Tidak cukup tidur dengan batasan minimum tujuh jam tidur per malam untuk orang dewasa dapat mempengaruhi suasana hati secara negatif. Sebuah studi menemukan bahwa kurang tidur dapat menyebabkan banyak efek suasana hati yang merugikan seperti lekas marah, kesedihan, dan kelelahan mental.

Insomnia dan kesulitan tidur dapat menjadi bagian dari banyak kondisi kesehatan mental umum termasuk kecemasan dan depresi. Pada gilirannya, kurang tidur dapat memperburuk tantangan tersebut. Sebuah studi terhadap orang berusia 20–21 tahun menemukan bahwa orang yang mengalami insomnia lebih berpotensi menghadapi depresi di masa depan.

Penting untuk menciptakan kebiasaan sehat untuk memastikan bahwa Anda mendapatkan kualitas tidur terbaik. Jika memungkinkan, cobalah untuk tidak melakukan pekerjaan di kamar tidur. Anda ingin kamar tidur menjadi tempat nyaman untuk tidur.

Cobalah untuk mulai melepas lelah sekitar satu jam sebelum saya ingin tidur. Sebisa mungkin, dengarkan musik yang tenang, lakukan peregangan tubuh, atau membaca buku. Dengan melakukan berbagai hal untuk membantu memperlambat tubuh dapat membantu meningkatkan kualitas tidur.

5. Jadwalkan waktu untuk pengembangan diri

Hal ini mengacu pada kepentingan pribadi dan profesional. Untuk meningkatkan kesehatan mental dan diri seseorang, pastikan untuk berinvestasi dalam keseimbangan kehidupan kerja yang sehat. Luangkan waktu untuk pengembangan pribadi dan profesional di luar pekerjaan sebagai bentuk memberi kepada diri sendiri secara teratur.

Jika Anda mencoba untuk mengembangkan keterampilan profesional, lakukanlah dengan niat untuk membangun potensi diri Anda, bukan untuk lebih baik dalam pekerjaan. Cara terbaik untuk memastikan Anda memprioritaskan pengembangan profesional Anda adalah dengan menetapkan tujuan mingguan untuk diri sendiri.

Mulailah dengan melakukan hal secara konsisten sebagai sebuah rutinitas dengan durasi 15 menit sehari, atau pastikan mendapatkan 3–5 jam per minggu untuk terlibat dengan materi pengembangan pribadi. Hal ini dapat disusun sesuai keinginan, tapi pastikan untuk tetap memenuhi tujuan yang ingin dicapai untuk diri sendiri.

Topik terkait kesehatan mental bukan hal baru untuk diimplementasikan dalam mewujudkan work-life balance. Namun, beberapa kiat di atas mungkin dapat menjadi hal baru yang bisa dicoba untuk meningkatkan upaya memahami diri dengan lebih baik. Hal ini akan mendorong seseorang agar tetap memahami kebutuhan personal daripada bekerja.

Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat, Jakarta 12430
Indonesia
Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat,
Jakarta 12430
Indonesia