Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Cara Mengatasi Konflik Dalam Sebuah Project

1-Maret-Rezky-Article-Web.jpg

Berada di lingkungan kerja akan membuat kita bertemu dengan orang-orang yang sangat beragam. Mulai dari latar belakang sosial, ekonomi, kebiasaan, hingga cara pandang yang berbeda pasti mewarnai situasi di tempat kerja kita. Perbedaan cara pandang maupun prinsip yang dimiliki oleh seseorang terkadang menyebabkan hadirnya konflik di tengah-tengah pekerjaan. Oleh karena itu, konflik menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari di lingkungan kerja, baik itu dalam aktivitas harian maupun ketika sedang mengerjakan suatu proyek.

Seorang ahli psikoanalisis dari Inggris, M. Esther Harding, mengatakan bahwa “Conflict is indeed the beginning of consciousness”. Ungkapan tersebut mencoba mengajak kita untuk melihat konflik melalui sudut pandang lain. Konflik yang mungkin cenderung dihindari oleh sebagian orang, ternyata terdapat makna yang mendalam di baliknya.

Konflik dapat kita maknai sebagai sebuah proses bagi seseorang untuk meningkatkan kemampuannya. Tentu saja hal ini dapat terjadi apabila kita tidak melihat konflik melalui cara pandang yang sempit.

 

Pentingnya Sebuah Konflik dalam Proyek

Ketika konflik itu hadir, jangan dulu terburu-buru menyikapinya dengan pesimis dan menganggap kita pasti akan berakhir dengan kegagalan. Bukalah mata dan pikiran kita, bangun sebuah perspektif bahwa konflik yang muncul ini dapat menjadi momen bagi seluruh anggota tim untuk saling memahami dan mencoba mencari jalan keluar bersama.

Konflik yang muncul di tengah-tengah proyjek akan menuntut setiap orang untuk mencari cara penyelesaian masalah dengan kreatif. Semua pihak yang terlibat pun akan berusaha memahami konflik tersebut untuk dapat menemukan solusinya. Ketika konflik telah teratasi, tentu akan muncul rasa bangga atas keberhasilan kerja sama seluruh tim yang akan menjadi pengalaman berharga.

Kenneth Thomas dan Ralph Kilmann, peneliti di bidang organisasi mengungkapkan terdapat dua kecenderungan seseorang ketika menangani konflik, yaitu bertindak asertif atau kooperatif. Seseorang dengan tingkat asertif tinggi akan lebih mengutamakan penyelesaian konflik berdasarkan caranya sendiri atas orang lain. Sedangkan orang yang kooperatif akan mencoba mengakomodasi pandangan dan kepentingan bersama dalam menangani suatu konflik.

 

Tipe Menghadapi Konflik Dalam Proyek

Thomas dan Kilmann mengelompokkan macam-macam tipe seseorang ketika menghadapi konflik yang umumnya dilakukan. Berikut jenis-jenis menghadapi konflik yang sering dilakukan oleh banyak orang:

1. Berkolaborasi: tingkat asertif tinggi dan kooperatif tinggi, mencari kondisi win-win solution bagi semua pihak yang terlibat.

2. Berkompromi: tingkat asertif sedang dan kooperatif sedang, mencari jalan tengah.

3. Berkompetisi: tingkat asertif tinggi dan kooperatif rendah, berusaha agar caranya yang dipilih sebagai solusi.

4. Mengakomodasi: tingkat asertif rendah dan kooperatif tinggi, tidak berambisi agar caranya yang dipilih.

5. Menghindar: tingkat asertif rendah dan kooperatif rendah, cenderung membiarkan konflik terus terjadi.

Satu hal yang perlu Anda ingat, menghindari konflik atau mengabaikannya tanpa penyelesaian justru dapat berakibat fatal bagi proyek dan juga seluruh tim. Ibarat bom waktu, konflik yang dibiarkan begitu saja akan meledak kapanpun dan menyebabkan masalah yang lebih besar lagi.

Untuk itu, penting sekali bagi seorang pimpinan perusahaan atau proyek agar dapat memahami konflik yang sedang dihadapi dan juga melakukan upaya-upaya resolusi terhadap konflik tersebut. 

Berikut ini beberapa langkah yang dapat Anda lakukan saat berhadapan dengan konflik dalam sebuah proyek:

1. Menerima bahwa konflik memang terjadi

Anda tidak perlu bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Perbedaan pendapat atau gesekan antar pegawai sangat wajar terjadi. Mengakui kehadiran konflik sendiri merupakan langkah awal sebelum Anda berusaha mencari solusi.

2. Memberikan ruang agar terjadi kerja sama

Setelah Anda mengetahui bahwa konflik sedang terjadi, ajaklah setiap anggota tim untuk selalu mengedepankan kepentingan bersama. Setiap orang pasti memiliki pandangan sendiri yang berhak diutarakan. Namun, upayakan agar tetap menekan ego masing-masing demi kebaikan tim secara umum.

3. Pahami masukan dan pandangan setiap anggota tim

Salah satu langkah untuk menemukan akar permasalahan atau penyebab konflik yang terjadi adalah memahami yang setiap anggota inginkan. Namun, sebagai pemimpin Anda harus tetap berada di posisi yang netral dan mampu melihat segala sesuatu secara lebih luas.

4. Kerja sama adalah kunci

Setiap orang di dalam tim harus paham dengan cara mengedepankan kepentingan bersama. Dengan begitu, Anda pun akan mudah ketika mendampingi anggota tim untuk berusaha mencari solusi yang tidak merugikan salah satu pihak.

5. Memegang kendali

Di sinilah peran Anda sebagai pemimpin menjadi sangat penting. Diperlukan peran seseorang yang dapat memastikan semua orang tetap berada di jalur yang sama. Seorang pemimpin pun dibutuhkan kehadirannya untuk membantu tim tetap fokus pada tujuan utama.

6. Ambil hikmah dari setiap kejadian

Walaupun konflik sering kali tidak dapat terhindarkan, Anda pun akan belajar bagaimana merancang suasana kerja kondusif. Setelah berhasil menyelesaikan suatu konflik, jadikan hal tersebut sebagai pengalaman sehingga menekan peluang munculnya konflik-konflik di masa depan.

Konflik yang muncul sebaiknya tidak dilihat sebagai gerbang menuju kegagalan. Namun, jadikan konflik sebagai jalan agar tim Anda dapat mengasah kemampuan dan juga membuat tim menjadi lebih solid. Karena itu, Anda juga perlu tahu cara yang tepat dalam mengatasinya.

Menangani konflik antar tim merupakan salah satu tantangan dalam menjalankan project. Melalui program The Real Project Management, Anda akan mempelajari pengetahuan dasar operasional dan non-operasional, salah satunya dalam menangani konflik di dalam tim. Pengetahuan dasar ini akan dapat diaplikasikan dalam menjalankan projek-projek di perusahaan.

ARTIKEL TERKAIT