Kendala selama WFH membuat karyawan dan perusahaan perlu melakukan adaptasi. Kenali kemungkinan kendala yang muncul agar koordinasi tim tetap baik.
Pergantian kebiasan akibat pandemi secara tiba-tiba berdampak pada seluruh masyarakat, tidak terkecuali karyawan. Para karyawan mau tidak mau harus bekerja secara jarak jauh atau bekerja dari rumah. Kebiasaan ini kemudian sudah dikenal dengan istilah Work from Home (WFH).
Namun, hal ini juga bukan sesuatu yang mudah. Banyak karyawan menghadapi kendala-kendala selama WFH yang juga turut mempengaruhi produktivitasnya. Dalam sebuah tatanan organisasi, berikut beberapa kendala yang dialami karyawan dan perlu diatasi selama WFH.
Lonjakan traffic online yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat sebagian besar penyedia layanan telekomunikasi menghadapi masalah. Peningkatan demand seiring dengan meningkatnya bandwidth sering menimbulkan masalah saat melakukan konferensi video online.
Cara terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah melaporkan keluhan Anda pada layanan telekomunikasi dan menunggu teknisi untuk memperbaiki jaringan. Selain itu, biasanya perusahaan bisa menyediakan modem sebagai koneksi cadangan jika ada kendala yang muncul.
Ada banyak waktu untuk berkomunikasi dengan rekan kerja di kantor, beberapa di antaranya adalah saat sedang istirahat atau coffee break. Namun, opsi ini tidak ada lagi selama melakukan WFH. Komunikasi lewat konferensi video memang membantu, tetapi ada kendala dan batasan tertentu sehingga pertemuan tatap muka memang sering dibutuhkan.
Di saat seperti inilah komunikasi dan pemahaman yang baik sangat dibutuhkan. Komunikasi yang terperinci dan jelas dapat membantu menjabarkan harapan pada hasil akhir pekerjaan. Bicarakan baik-baik pada rekan kerja dan manajer tentang pekerjaan dan tanggung jawab secara rutin sehingga tidak ada kesalahpahaman.
Saat WFH, Anda akan menghabiskan waktu bersama orang-orang di rumah yang tentunya memiliki aktivitas berbeda sehingga sering menjadi kendala dan gangguan. Oleh karena itu, Anda disarankan untuk membuat ruangan atau tempat kerja sendiri.
Berikan pengertian pada orang-orang di rumah bahwa ruangan tersebut tidak boleh diganggu. Jika perlu, Anda bisa membuat tanda bertuliskan “sibuk” atau “tidak bisa diganggu” di depan pintu ruangan kerja Anda.
Jika Anda memiliki anak dan pasangan juga ikut bekerja, buatlah jadwal bersama. Apakah perusahaan memungkinkan Anda untuk bekerja secara shift? Misalnya, Anda bekerja di pagi hari sementara pasangan di sore hari sehingga anak bisa diasuh secara bergantian.
Selama WFH, batas jam kerja dan pribadi menjadi tidak jelas. Tidak jarang jam kerja melebihi waktu yang semestinya. Hal ini menyulitkan pekerja untuk melakukan rutinitas kerja dan pribadi yang tepat sehingga berdampak pada produktivitas.
Untuk mengatasi ini, kenali pola kerja dan patuhi jam kerja Anda. Jadwalkan waktu istirahat makan siang. Jika jam kerja berakhir pada jam 5 sore, setel alarm agar Anda tidak lembur.
Setelah alarm berbunyi matikan semua perangkat kerja dan tinggalkan ruang kerja untuk benar-benar berganti dari mode kerja ke mode pribadi sehingga Anda bisa beristirahat. Atur status standby menggunakan tools kolaborasi perusahaan serta komunikasikan dengan tim.
Jam kerja WFH yang tidak jelas juga berdampak pada peningkatan waktu berada di layar. Ini dapat mengakibatkan penglihatan yang kabur, mata kering, sakit kepala, obesitas, dan stress. Di sela-sela jam kerja, Anda disarankan untuk beristirahat atau setidaknya lakukan peregangan singkat saat kerja.
Meskipun hanya beberapa menit, luangkan waktu untuk komunikasi dengan rekan kerja, teman, dan keluarga secara virtual. Sebab, sesingkat apa pun waktu Anda terhubung dengan orang akan membantu.
Namun, jika Anda sudah merasa stress tak tertolong pertimbangkan untuk bertemu dengan terapis. Tidak perlu merasa malu untuk meminta bantuan. Ini bukan berarti Anda lemah, tapi ini adalah bukti bahwa Anda peduli dengan diri sendiri.
Banyak orang yang berharap untuk kembali beraktivitas seperti biasanya, termasuk kembali bekerja di kantor. Jika Anda sudah mulai merasa bahwa WFH memberikan dampak negatif bagi kesehatan dan kualitas pekerjaan, bicarakanlah dengan atasan.
Untuk menjaga kebutuhan dan penunjang kerja karyawan tetap terakomodasi dengan baik selama WFH, diperlukan komunikasi yang baik dari perusahaan. Hal ini bukan hanya perlu diperhatikan oleh human resources (HR), tapi juga bagi pemangku kepentingan.
Memahami hal tersebut, prasmul eli merancang program HR for Non-HR agar setiap elemen perusahaan dapat memahami pentingnya pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Dengan adanya SDM yang berkualitas, hal ini akan menunjang tercapainya sasaran organisasi.