Logical Fallacies dalam Dunia Kerja yang Harus Dihindari

11 November 2021

Dunia kerja memaksa setiap orang untuk berpikir cepat dalam mengambil keputusan. Namun, banyak orang yang akhirnya terjebak dalam logical fallacy atau sesat pikir. Kesesatan logika berpikir ini biasanya terjadi dalam sebuah perdebatan atau cara pandang terhadap sesuatu.

Dalam sebuah perdebatan, bisa saja seseorang menyampaikan sebuah premis yang tepat hingga membuat orang yakin. Sayangnya, kesimpulan yang disebutkan sangat menyimpang jauh. Kesesatan logika dalam kesimpulan ini yang kadang malah membuat sebuah bisnis hanya berjalan di tempat.

Karena itu, keberhasilan untuk tidak terjerumus dalam logical fallacies perlu diperhatikan oleh semua orang. Lebih pentingnya lagi jika Anda merupakan para pemangku jabatan dan penentu keputusan.

Anda perlu mengetahui berbagai jenis logical fallacies supaya tidak salah melangkah. Berikut beberapa contoh logical fallacies yang sering terjadi di dunia bisnis dan tempat kerja:

1. Argumentum ad hominem

Kesesatan logika yang satu ini sebenarnya melawan argumen dengan argumen. Namun, argumentum ad hominem menggunakan fakta dan logika yang sama sekali di luar dari topik yang dibahas. Cara ini dilakukan untuk melemahkan argumen dari lawan bicara.

Saat argumennya sudah terpatahkan, seseorang dengan sesat pikir akan membicarakan pribadi dari lawan bicara. Topik yang diambil biasanya sangat personal, mulai dari sifat hingga fisik. Tujuannya untuk membangkitkan emosi lawan bicara hingga membuka masalah baru.

2. Argument from authority

Banyak orang yang memakai logical fallacy ini untuk memenangi sebuah perdebatan bahkan menentukan keputusan. Argument from authority melontarkan bahwa orang yang lebih senior, lebih tua, atau posisi yang lebih tinggi pasti punya pendapat yang benar. Orang yang lebih muda wajib mematuhinya tanpa mempertanyakan lagi.

Kesesatan berpikir ini membuat orang tidak mencari tahu kebenaran atau fakta lain dari pendapat tersebut. Sayangnya, cara pandang ini dipakai oleh banyak perusahaan atau bisnis saat keputusan dari atasan bersifat mutlak. Untuk keluar dari pola pikir ini, Anda sebagai pemimpin perlu memberikan ruang kepada orang lain dalam memberikan pendapat mereka.

3. Strawman

Sesat pikir yang satu ini mirip dengan Ad Hominem. Lawan bicara akan menanggapi sesuatu di luar konteks pembicaraan. Pengalihan topik ini membuat mungkin tidak menyerang pribadi lawan bicara. Biasanya topik pembahasan baru yang dipilih sangat dikuasai oleh oleh lawan bicara

Topik yang dipilih biasanya sama sekali belum dibahas dari awal. Malahan, banyak dari kesimpulan yang sangat jauh dari perdebatan. Tak jarang kesimpulan yang dibuat pun benar-benar satu arah.

4. Appeal to popularity

Pandangan lain yang juga bisa dibilang fallacy adalah appeal to popularity. Sesat logika ini malah sering terjadi di masyarakat karena menjadi sesuatu yang dipercaya orang banyak. Seseorang jadi memiliki sebuah pandangan saat sebagian besar masyarakat memercayainya.

Saat banyak merasa investasi crypto menguntungkan, orang-orang mulai melakukannya. Di sisi lain, banyak pilihan investasi lain yang menjanjikan peluang yang sama.

5. Hasty generalization

Banyak pandangan yang membuat Anda tergesa-gesa dalam pengambilan kesimpulan. Di satu sisi, keputusan tersebut hanya didasari oleh secuil informasi yang didapat. Lebih parahnya lagi, data pendukung yang didapat hanya diambil dari internet yang belum terbukti kebenarannya.

Hal ini sering terjadi saat seseorang harus memilih sebuah produk yang dijual hanya melihat tren di internet. Pada kenyataannya, tren tersebut hanya dibuat oleh segelintir orang hingga membuat Anda menggeneralisasi semuanya.

6. Circular argument

Istilah ini membawa argumen hanya berputar-putar tidak ada habisnya. Orang dengan sesat pikir ini hanya akan mengulang-ulang pernyataan yang telah dibuatnya tanpa membuat kesimpulan baru.

Premis dan kesimpulan yang diambil hanya dilihat dari satu sisi tanpa memerhatikan sisi lainnya. Kekeliruan cara berpikir ini seolah-olah menjadi argumen. Namun, jika ditelaah kembali, hal tersebut hanya menyatakan kembali asumsi seseorang.

7. Appeal to tradition

Saat seseorang sudah terbiasa dengan sesuatu, mereka akan menganggap hal tersebut benar. Pola pikir ini sering terjadi dalam lingkup pekerjaan. Banyak orang yang tidak mau menerima sesuatu yang baru karena menganggap cara lama sudah paling benar.

Jika ini terjadi dalam bisnis, Anda akan seperti berjalan di tempat atau bahkan mundur ke belakang. Pasalnya, era teknologi membuat banyak orang harus mencoba hal baru untuk mencari keefisienan dalam bekerja.Memang untuk menghindari beragam logical fallacies tersebut perlu waktu dan wawasan yang lebih luas. Selain itu, Anda pun perlu belajar caranya untuk keluar dari pikiran-pikiran yang salah. Jika hal ini sudah dipahami, proses pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan lebih cepat dan tepat. 

Dunia kerja memaksa setiap orang untuk berpikir cepat dalam mengambil keputusan. Namun, banyak orang yang akhirnya terjebak dalam logical fallacy atau sesat pikir. Kesesatan logika berpikir ini biasanya terjadi dalam sebuah perdebatan atau cara pandang terhadap sesuatu.

Dalam sebuah perdebatan, bisa saja seseorang menyampaikan sebuah premis yang tepat hingga membuat orang yakin. Sayangnya, kesimpulan yang disebutkan sangat menyimpang jauh. Kesesatan logika dalam kesimpulan ini yang kadang malah membuat sebuah bisnis hanya berjalan di tempat.

Karena itu, keberhasilan untuk tidak terjerumus dalam logical fallacies perlu diperhatikan oleh semua orang. Lebih pentingnya lagi jika Anda merupakan para pemangku jabatan dan penentu keputusan.

Anda perlu mengetahui berbagai jenis logical fallacies supaya tidak salah melangkah. Berikut beberapa contoh logical fallacies yang sering terjadi di dunia bisnis dan tempat kerja:

1. Argumentum ad hominem

Kesesatan logika yang satu ini sebenarnya melawan argumen dengan argumen. Namun, argumentum ad hominem menggunakan fakta dan logika yang sama sekali di luar dari topik yang dibahas. Cara ini dilakukan untuk melemahkan argumen dari lawan bicara.

Saat argumennya sudah terpatahkan, seseorang dengan sesat pikir akan membicarakan pribadi dari lawan bicara. Topik yang diambil biasanya sangat personal, mulai dari sifat hingga fisik. Tujuannya untuk membangkitkan emosi lawan bicara hingga membuka masalah baru.

2. Argument from authority

Banyak orang yang memakai logical fallacy ini untuk memenangi sebuah perdebatan bahkan menentukan keputusan. Argument from authority melontarkan bahwa orang yang lebih senior, lebih tua, atau posisi yang lebih tinggi pasti punya pendapat yang benar. Orang yang lebih muda wajib mematuhinya tanpa mempertanyakan lagi.

Kesesatan berpikir ini membuat orang tidak mencari tahu kebenaran atau fakta lain dari pendapat tersebut. Sayangnya, cara pandang ini dipakai oleh banyak perusahaan atau bisnis saat keputusan dari atasan bersifat mutlak. Untuk keluar dari pola pikir ini, Anda sebagai pemimpin perlu memberikan ruang kepada orang lain dalam memberikan pendapat mereka.

3. Strawman

Sesat pikir yang satu ini mirip dengan Ad Hominem. Lawan bicara akan menanggapi sesuatu di luar konteks pembicaraan. Pengalihan topik ini membuat mungkin tidak menyerang pribadi lawan bicara. Biasanya topik pembahasan baru yang dipilih sangat dikuasai oleh oleh lawan bicara

Topik yang dipilih biasanya sama sekali belum dibahas dari awal. Malahan, banyak dari kesimpulan yang sangat jauh dari perdebatan. Tak jarang kesimpulan yang dibuat pun benar-benar satu arah.

4. Appeal to popularity

Pandangan lain yang juga bisa dibilang fallacy adalah appeal to popularity. Sesat logika ini malah sering terjadi di masyarakat karena menjadi sesuatu yang dipercaya orang banyak. Seseorang jadi memiliki sebuah pandangan saat sebagian besar masyarakat memercayainya.

Saat banyak merasa investasi crypto menguntungkan, orang-orang mulai melakukannya. Di sisi lain, banyak pilihan investasi lain yang menjanjikan peluang yang sama.

5. Hasty generalization

Banyak pandangan yang membuat Anda tergesa-gesa dalam pengambilan kesimpulan. Di satu sisi, keputusan tersebut hanya didasari oleh secuil informasi yang didapat. Lebih parahnya lagi, data pendukung yang didapat hanya diambil dari internet yang belum terbukti kebenarannya.

Hal ini sering terjadi saat seseorang harus memilih sebuah produk yang dijual hanya melihat tren di internet. Pada kenyataannya, tren tersebut hanya dibuat oleh segelintir orang hingga membuat Anda menggeneralisasi semuanya.

6. Circular argument

Istilah ini membawa argumen hanya berputar-putar tidak ada habisnya. Orang dengan sesat pikir ini hanya akan mengulang-ulang pernyataan yang telah dibuatnya tanpa membuat kesimpulan baru.

Premis dan kesimpulan yang diambil hanya dilihat dari satu sisi tanpa memerhatikan sisi lainnya. Kekeliruan cara berpikir ini seolah-olah menjadi argumen. Namun, jika ditelaah kembali, hal tersebut hanya menyatakan kembali asumsi seseorang.

7. Appeal to tradition

Saat seseorang sudah terbiasa dengan sesuatu, mereka akan menganggap hal tersebut benar. Pola pikir ini sering terjadi dalam lingkup pekerjaan. Banyak orang yang tidak mau menerima sesuatu yang baru karena menganggap cara lama sudah paling benar.

Jika ini terjadi dalam bisnis, Anda akan seperti berjalan di tempat atau bahkan mundur ke belakang. Pasalnya, era teknologi membuat banyak orang harus mencoba hal baru untuk mencari keefisienan dalam bekerja.Memang untuk menghindari beragam logical fallacies tersebut perlu waktu dan wawasan yang lebih luas. Selain itu, Anda pun perlu belajar caranya untuk keluar dari pikiran-pikiran yang salah. Jika hal ini sudah dipahami, proses pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan lebih cepat dan tepat. 

Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat, Jakarta 12430
Indonesia
Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat,
Jakarta 12430
Indonesia