Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Mengenal Work Burnout dan Cara Mengatasinya


22 June 2022
Banner-Article-Sohibi-JUNE-Burnout.jpg

Istilah work burnout (kelelahan di tempat kerja) merupakan sesuatu yang semakin jamak ditemui di kalangan pekerja. Di beberapa industri, bahkan fenomena ini sudah menjadi sesuatu yang dianggap wajar, dikarenakan tingginya tuntutan atas tugas dan pekerjaan. Padahal work burnout yang berkepanjangan tidak hanya dapat berdampak buruk pada karyawan, tetapi juga bagi perusahaan. Apabila banyak dari karyawan di sebuah perusahaan mengalami work burnout, maka, mereka umumnya akan akan lebih mungkin untuk menjadi stres, menjadi kurang produktif, dan bahkan berdampak pada tingkat turnover yang tinggi. Hal ini tentunya dapat menghambat operasional perusahaan serta meningkatkan biaya yang tidak perlu. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk sesegera mungkin mengidentifikasi gejala work burnout dan mengambil langkah yang diperlukan

 

Apa itu Work Burnout?

World Health Organization mendefinisikan work burnout sebagai fenomena di tempat kerja yang dicirikan dengan perasaan lelah, pandangan negatif terhadap pekerjaan, dan menurunnya kemampuan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan  secara efisien

  1. Perasaan lelah (exhaustion), merupakan gejala utama pada burnout, yang terdiri atas kelelahan fisik, kognitif, dan mental, yang menghalangi seseorang untuk bekerja secara efektif dan merasa positif atas apa yang mereka lakukan

  2. Pandangan negatif terhadap pekerjaan (cynicism), merupakan gejala lain di mana karyawan kehilangan minat atas pekerjaan dan secara psikologis menjauhkan diri dari pekerjaan. Alih-alih merasa terlibat dengan proyek, rekan kerja, atau klien, karyawan justru memandangnya sebagai sesuatu yang negatif dan justru ingin dijauhi.

  3. Menurunnya kemampuan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan  secara efisien (inefficiency) merupakan perasaan seseorang menjadi inkompeten, tidak produktif, atau kurang berprestasi. Gejala burnout ini umumnya ditandai dengan kekhawatiran dan keraguan bahwa seseorang tidak akan dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik

Meskipun memiliki beberapa gejala yang mirip, burnout sendiri tidak sama dengan stress. Stress dapat menyebabkan karyawan untuk terlalu terlibat (over engagement) dengan lingkungan kerja mereka. Dalam beberapa situasi, stress dapat mendorong karyawan untuk menjadi cemas sehingga membuat mereka menunjukkan perilaku hiperaktif yang mengedepankan urgensi, sehingga membuat mereka lebih menonjol dibandingkan orang lain. Burnout, sendiri terjadi akibat stres yang terus menerus. Apabila seorang karyawan mengalami burnout maka ia tidak lagi menjadi terlalu terlibat dengan pekerjaan, melainkan menjadi menghindari untuk terlibat (disengagement)  dan menjadi tidak produktif.

 Beberapa gejala burnout lain di antaranya adalah:

  1. Sulit tidur (Insomnia) dan mudah lelah

Kesulitan untuk tidur dan mimpi buruk yang terus menerus merupakan salah satu gejala awal dari burnout. Hal ini disebabkan stres yang berkepanjangan dapat mengganggu sistem hormon yang meregulasi pola tidur. Bahkan meskipun seseorang bisa tidur selama beberapa jam, tapi, tidak jarang, ketika bangun, ia tetap merasa lelah dan terlihat kurang berenergi dalam menjalani keseharian di tempat kerja. Di samping itu, mereka juga tidak jarang mengalami sakit kepala serta sakit perut secara berkepanjangan. 

 

  1. Perubahan pola makan

Seseorang yang mengalami burnout dapat mengalami perubahan pada pola makan mereka, entah menjadi lebih banyak makan atau justru kehilangan nafsu makan. Ketika karyawan terlalu sibuk atau terlalu banyak memikirkan mengenai pekerjaan, mereka mungkin akan makan lebih sedikit, atau di sisi lain, mereka justru mengkonsumsi lebih banyak makanan atau minuman untuk membantu merasa lebih tenang.

 

  1. Sering merasa cemas dan frustasi

Perasaan cemas dan frustasi merupakan gejala psikis yang muncul seiring dengan perasaan burnout. Pada umumnya, karyawan yang mengalami burnout  merasa tidak nyaman dengan pikiran dan perasaan mereka, sehingga mereka menjadi sulit berkonsentrasi dan lebih sensitif secara emosional. Dalam hal ini, mereka menjadi lebih mudah merasa kesal dengan orang lain, menunjukkan sikap negatif terhadap pekerjaan dan rekan kerja, bersikap sinis terhadap kehidupan dan pekerjaan, serta merasa tidak yakin mengenai kemampuan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan.

 

  1. Menurunnya produktivitas

Beberapa gejala yang sekaligus juga menjadi dampak dari burnout adalah menurunnya produktivitas di lingkungan kerja. Ketika karyawan mengalami burnout, mereka akan lebih mungkin untuk kesulitan memenuhi deadline, menunda-nunda pekerjaan, melakukan kesalahan, kurang menunjukkan komitmen atas perannya di dalam tim, dan bahkan terlihat kurang peduli dengan hasil dan proses kerjanya. Bahkan tidak jarang, mereka pada akhirnya memutuskan untuk resign dari tempat kerja saat ini 

 

Hal yang Dapat Dilakukan untuk Mengatasi Work Burnout

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi work burnout

  1. Perhatikan gejala burnout pada karyawan

Penurunan kualitas pada hasil maupun proses pekerjaan pada umumnya dapat menjadi indikasi gejala awal munculnya burnout pada karyawan. Perhatikan apabila karyawan secara terus menerus tidak menunjukkan hasil kerja yang memuaskan, atau menyampaikan pandangan negatif terhadap pekerjaan, karena bisa jadi, mereka mengalami gejala burnout.

 

  1. Ajak karyawan untuk mendiskusikan mengenai kondisi fisik dan psikis mereka

Apabila seorang karyawan terlihat mengalami gejala burnout, lakukan pendekatan secara personal untuk mengetahui kondisi fisik dan psikis mereka serta mendiskusikan apa yang dapat dilakukan untuk menanganinya, seperti membuat kesepakatan untuk tidak membahas pekerjaan di luar jam kerja.  Bahkan meskipun mereka tidak menunjukkan gejala burnout, tidak ada salahnya untuk sesekali menanyakan kondisi fisik dan psikis mereka untuk memastikan mereka dapat berkinerja secara prima. Tunjukkan kepedulian dan dukungan kepada karyawan mengenai well being mereka.

 

  1. Berikan karyawan kesempatan untuk menurunkan stress 

Burnout pada dasarnya adalah berasal dari akumulasi stress di tempat kerja, sehingga memberikan kesempatan untuk meredakan stress akan dapat membantu karyawan dalam menghadapi burnout. Menyediakan timeout atau memberikan izin cuti kepada karyawan, atau bahkan sekadar mengadakan sesi untuk mendengarkan keluh kesah karyawan,   akan dapat membantu karyawan dalam menurunkan stress, yang nantinya akan berdampak pada penurunan burnout

 

  1. Lihat kembali  struktur / beban kerja dan budaya di organisasi atau tim kerja

Burnout tidak jarang disebabkan oleh tuntutan kerja yang terlalu tinggi, atau sistem kerja yang kurang terorganisasi dengan baik sehingga mengakibatkan beban kerja yang tidak perlu. Burnout sendiri tidak selalu disebabkan beban kerja yang terlalu tinggi (overload burnout), tetapi tidak menutup kemungkinan seseorang mengalami burnout karena kurang tantangan (under-challenged burnout) atau ketika karyawan merasa tidak mampu untuk secara profesional menyelesaikan pekerjaannya (neglect burnout)


Gejala burnout merupakan sesuatu yang perlu untuk segera diidentifikasi untuk menghindari karyawan kehilangan motivasi dan produktivitasnya. Mengetahui faktor yang dapat membuat karyawan termotivasi dan sebaliknya akan sangat membantu untuk memahami potensi burnout.  Oleh sebab itu, asesmen dini atas potensi, kompetensi, dan kapabilitas karyawan dapat menjadi penting untuk dapat membantu mengambil langkah dan strategi yang tepat untuk meminimalkan risiko burnout pada karyawan.

Ditulis oleh Herjuno Tisnoaji - Resident Assessor prasmul-eli

ARTIKEL TERKAIT