Pandemi Covid-19 membuat banyak perubahan dalam bentuk komunikasi. Tidak hanya secara personal, pandemi juga berdampak sangat kuat pada sektor bisnis. Anda harus bisa fokus pada pasar agar dapat bertahan di tengah perubahan yang sangat cepat. Tidak dapat dimungkiri, marketing juga sangat bergantung pada pemanfaatan teknologi (digital).
Meski di tengah keterbatasan, persaingan pasar digital menjadi semakin sulit. Semua sektor industri berusaha membaca kebutuhan pasar dan melakukan inovasi dengan cepat. Agar dapat bertahan dengan perubahan yang terjadi di masa pandemi, berikut strategi marketing yang perlu Anda perhatikan.
Pandemi Covid-19 telah membuktikan bahwa sebuah bisnis harus dapat mengomunikasikan brandnya dengan sangat lokal dan tepat sasaran. Bukan hanya soal geografi, pesan yang disampaikan melalui strategi marketing harus relevan secara pribadi, selaras dengan situasi dan nilai individu. Hal ini berbeda dengan demografi seperti usia dan jenis kelamin.
Penting untuk dapat menciptakan hubungan pribadi dan manusiawi dalam setiap pesan komersial. Segmen konsumen perlu digambarkan melalui persona psikografis hingga karakteristik sikapnya. Memanfaatkan segmentasi dan persona dapat membawa wawasan yang lebih dalam ke strategi media dan pendekatan pemasaran kreatif.
Ketika virus corona menyerang, transformasi digital dapat terjadi dengan sangat cepat dalam semalam. Pada waktunya, hal ini dapat membuat ekspektasi konsumen meroket dalam segala hal yang ditawarkan sebuah produk dengan pengalaman yang lebih digital.
Artinya, dalam hal ini sebuah bisnis tidak lagi hanya bersaing dengan kompetitornya. Setiap orang kini berharap untuk mendapatkan pengalaman yang paling nyaman dengan kualitas produk terbaik. Karena itulah, pemanfaatan data seperti data pribadi dan customer journey akan sangat bermanfaat untuk kebutuhan marketing yang tersegmentasi.
Pandemi benar-benar menantang loyalitas dari setiap brand. EY Future Consumer Index menemukan bahwa berdasarkan kategorinya, hingga 61% konsumen bersedia untuk mempertimbangkan produk white label. Dinamika itu ditambah dengan meningkatnya kesadaran konsumen yang dipicu selama intrik sosial selama 2020 sehingga brand harus sangat fokus pada nilai-nilai yang mereka ekspresikan.
Tema utama dari penelitian EY menunjukkan bahwa meskipun kualitas, kenyamanan, dan harga masih sangat penting bagi pilihan konsumen, faktor-faktor seperti keberlanjutan, kepercayaan, sumber etis, dan tanggung jawab sosial semakin penting dalam cara konsumen memilih produk dan layanan mereka. Karena itulah, value yang diyakini sebuah brand dalam hal membedakan pasar pascapandemi telah mengubah preferensi konsumen.
Untuk waktu yang lama, marketing sebagian besar tentang jangkauan yang dilakukan secara massal atau jangkauan yang ditargetkan dengan harga terbaik. Pada dasarnya, strategi marketing dilakukan seperti pergi ke pesta atau bar sebanyak mungkin untuk menemukan seseorang yang cocok. Itu adalah dunia spontan, terus terang, dan banyak pertemuan tatap muka.
Hal ini berbeda dengan kencan online dengan swipe melalui aplikasi. Sekarang, menemukan pasangan sempurna mungkin lebih sedikit tentang peluang dan lebih banyak tentang data dan algoritma. Dalam istilah pemasaran, dapat dilihat pergeseran dari brand marketing menjadi performance marketing yang dapat menghasilkan prospek. Akselerasi pandemi saluran digital hanya memperburuk tren itu.
Jika standar terus meningkat, brand perlu mencita-citakan nilai baru seputar pengalaman pelanggan baik dalam konteks B2C dan B2B. Konsumen berharap bahwa pengalaman apa pun akan berlangsung mulus. Konsumen hanya peduli untuk mendapatkan yang mereka inginkan saat menginginkannya
Menciptakan pengalaman ini mengharuskan perusahaan untuk menempatkan data dan teknologi sebagai inti dari bisnisnnya mereka. Tidak heran jika ada kemungkinan yang dilakukan pebisnis besar untuk membangun pembelajaran mesin dan/atau kecerdasan buatan ke dalam campuran.
Data memungkinkan bisnis untuk menciptakan pengalaman yang lebih relevan di satu atau beberapa dimensi dari empat C:
- Content: dapat diberikan dalam pengalaman seperti email atau aplikasi seluler
- Commerce: ritel fisik, e-commerce, atau gabungan keduanya
- Community: mengumpulkan pembeli B2B di pameran dagang virtual atau menyelenggarakan webinar tentang perbaikan rumah untuk konsumen
- Convenience: menawarkan kupon atau manfaat dari program loyalitas kepada konsumen
Penting untuk dapat menyelaraskan daya tarik sebuah brand dengan cara komunikasi yang dilakukan kepada konsumen. Karena itulah, prasmul eli menyusun program Integrated Marketing Communication dan Strategic Brand Management untuk mengombinasikan keduanya. Dengan begitu, Anda bisa menjaga bisnis tetap berkembang meski diterjang pandemi.