Pentingnya Work Life Balance untuk Perkembangan Perusahaan

01 February 2022

Hingga kini, terminologi work-life balance masih sering menjadi topik hangat, khususnya di kalangan karyawan maupun pemilik bisnis. Tidak jarang, pemilik bisnis dan rekruter mempromosikan work-life balance saat ingin mempromosikan perusahaan.

Hal ini ditujukan sebagai bagian dari employer branding maupun untuk merekrut karyawan potensial. Terlebih, ketika tenaga kerja saat ini didominasi oleh generasi millenial yang sangat memperhatikan aspek work-life balance di perusahaan yang mereka minati.

Selain dari sisi rekrutmen, work-life balance turut menunjang produktivitas karyawan agar terhindar dari burnt out dan gangguan kesehatan lainnya. Dengan menjaga produktivitas karyawan, work-life balance dapat dijadikan sebagai daya tarik dan faktor untuk menunjang nilai tambah perusahaan.

Penting untuk disadari bahwa work-life balance tidak hanya mengenai durasi jam kerja. Hal ini mencakup terciptanya lingkungan kerja yang positif dan menguntungkan, baik untuk pemilik bisnis, karyawan, maupun stakeholders.

Lalu, apakah arti work-life balance? Bagaimana Anda dapat menerapkannya di perusahaan Anda? Seberapa pentingnya work-life balance untuk bisnis? Simak pemaparannya di bawah ini!

Apa Itu Work-Life Balance?

Work-Life Balance adalah kondisi yang tercipta saat karyawan dapat memenuhi tanggung jawab di perusahaan dengan maksimal sekaligus memiliki kualitas hidup yang baik. Dalam kesehariannya, karyawan juga memiliki tanggung jawab, kebutuhan, serta peran di masyarakat.

Saat karyawan didukung untuk dapat mengatur energi dan waktu mereka untuk memenuhi hal-hal di atas, pemilik bisnis dan perusahaan turut mendapatkan manfaat yang besar dan berkelanjutan.

Ketika karyawan tetap dapat memiliki waktu berkualitas bersama keluarga, kehidupan sosial bersama teman-teman, hobi, atau rekreasi, mereka dapat menikmati pekerjaan mereka dan lebih termotivasi untuk memberikan performa terbaik. 

Cara Menciptakan Work-Life Balance di Perusahaan

Menciptakan work-life balance yang berdampak positif bagi para karyawan tidaklah rumit. Anda dapat memulainya dengan langkah-langkah berikut ini.

1. Cermati Kebutuhan Karyawan dari Berbagai Generasi

Setiap karyawan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda di luar pekerjaan mereka. Hal ini dapat diidentifikasi dengan mengetahui kebutuhan serta prioritas unik dari masing-masing kalangan usia karyawan.

Generasi baby boomers atau mereka yang lahir di rentang tahun 1946-1964 pada umumnya memprioritaskan stabilitas dan kesempatan untuk bertumbuh. Kebutuhan ini dapat diakomodasi dengan memberikan berbagai pilihan untuk mengikuti training atau kursus pengembangan diri.

Cukup berbeda dengan generasi baby boomers, generasi X yang lahir di era 1965 hingga 1980-an, memprioritaskan waktu berkualitas bersama keluarga. Kuantitas serta kesempatan cuti hamil/melahirkan maupun paternity leave merupakan salah satu tolok ukur untuk mendapatkan work-life balance yang baik.

Untuk generasi millennial yang lahir di era 1980an hingga 1999, work-life balance menjadi prioritas utama dalam bekerja. Mereka pada umumnya menganggap work-life balance tercipta ketika mereka memiliki kehidupan sosial di luar pekerjaan mereka, tetap dapat melakukan hobi, dan memiliki waktu rekreasi yang cukup.

2. Bangun Lingkungan Kerja yang Fleksibel

Untuk memenuhi berbagai kebutuhan karyawan yang berbeda, tentu saja tidak dapat dilakukan dengan pendekatan yang kaku. Tawarkan berbagai pilihan metode bekerja untuk karyawan Anda, seperti pilihan bekerja dari rumah (work from home), jam kerja yang fleksibel dengan sistem hours overlap (jam kerja fleksibel minimum yang diatur bersama, agar satu tim dapat berkolaborasi langsung), atau pilihan bekerja dari mana saja (work from anywhere). Hal ini dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan karyawan lintas generasi.

Manfaat Work-Life Balance Bagi Perusahaan dan Karyawan

Banyak manfaat yang dapat diambil dari penerapan work-life balance. Tidak hanya karyawan saja yang dapat menikmatinya, berikut manfaat yang juga bisa didapatkan oleh perusahaan.

1. Meningkatkan Profit dan Pencapaian Target Perusahaan

Stress yang berlebih dan waktu tidur yang kurang cukup dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Apabila work-life balance tercipta, semakin kecil kemungkinan para karyawan memiliki masalah kesehatan. Hal ini turut menjaga angka kehadiran karyawan agar tetap tinggi.

Kesehatan, kehadiran, dan performa karyawan menjadi penting karena menjadi faktor yang menunjang produktivitas perusahaan. Performa karyawan yang terjaga dapat menjaga perusahaan untuk dapat meningkatkan profit dan mengejar target-target pertumbuhan (growth).

2. Retensi Karyawan atau Talenta yang Berkualitas

Karyawan yang memiliki performa dan potensi tinggi cenderung rentan dengan stress, kejenuhan, maupun work-life yang tidak seimbang. Namun, karyawan seperti itu justru merupakan aset penting untuk perusahaan.

Untuk tetap dapat mempertahankan human capital yang sesuai untuk pertumbuhan bisnis, menciptakan work-life balance dapat menjadi strategi yang tepat. Hal ini turut mengurangi angka turnover karyawan dan mengurangi biaya rekrutmen dalam jangka waktu yang panjang.

3. Reputasi Perusahaan yang Positif

Work-life balance selalu menjadi topik diskusi berbagai kalangan. Perusahaan yang dikenal masyarakat luas mempraktikkan konsep work-life balance dengan baik, secara tidak langsung akan membuat masyarakat memandang positif usaha Anda. Hal ini dapat mempengaruhi regulator, investor, mitra, dan top talents agar semakin yakin untuk bekerja sama.

Pentingnya menjaga kesejahteraan karyawan tidak hanya menjadi tanggung jawab bagi human capital. Hal ini juga perlu diinternalisasi oleh para eksekutif perusahaan agar dapat menciptakan company culture yang positif. 

Hingga kini, terminologi work-life balance masih sering menjadi topik hangat, khususnya di kalangan karyawan maupun pemilik bisnis. Tidak jarang, pemilik bisnis dan rekruter mempromosikan work-life balance saat ingin mempromosikan perusahaan.

Hal ini ditujukan sebagai bagian dari employer branding maupun untuk merekrut karyawan potensial. Terlebih, ketika tenaga kerja saat ini didominasi oleh generasi millenial yang sangat memperhatikan aspek work-life balance di perusahaan yang mereka minati.

Selain dari sisi rekrutmen, work-life balance turut menunjang produktivitas karyawan agar terhindar dari burnt out dan gangguan kesehatan lainnya. Dengan menjaga produktivitas karyawan, work-life balance dapat dijadikan sebagai daya tarik dan faktor untuk menunjang nilai tambah perusahaan.

Penting untuk disadari bahwa work-life balance tidak hanya mengenai durasi jam kerja. Hal ini mencakup terciptanya lingkungan kerja yang positif dan menguntungkan, baik untuk pemilik bisnis, karyawan, maupun stakeholders.

Lalu, apakah arti work-life balance? Bagaimana Anda dapat menerapkannya di perusahaan Anda? Seberapa pentingnya work-life balance untuk bisnis? Simak pemaparannya di bawah ini!

Apa Itu Work-Life Balance?

Work-Life Balance adalah kondisi yang tercipta saat karyawan dapat memenuhi tanggung jawab di perusahaan dengan maksimal sekaligus memiliki kualitas hidup yang baik. Dalam kesehariannya, karyawan juga memiliki tanggung jawab, kebutuhan, serta peran di masyarakat.

Saat karyawan didukung untuk dapat mengatur energi dan waktu mereka untuk memenuhi hal-hal di atas, pemilik bisnis dan perusahaan turut mendapatkan manfaat yang besar dan berkelanjutan.

Ketika karyawan tetap dapat memiliki waktu berkualitas bersama keluarga, kehidupan sosial bersama teman-teman, hobi, atau rekreasi, mereka dapat menikmati pekerjaan mereka dan lebih termotivasi untuk memberikan performa terbaik. 

Cara Menciptakan Work-Life Balance di Perusahaan

Menciptakan work-life balance yang berdampak positif bagi para karyawan tidaklah rumit. Anda dapat memulainya dengan langkah-langkah berikut ini.

1. Cermati Kebutuhan Karyawan dari Berbagai Generasi

Setiap karyawan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda di luar pekerjaan mereka. Hal ini dapat diidentifikasi dengan mengetahui kebutuhan serta prioritas unik dari masing-masing kalangan usia karyawan.

Generasi baby boomers atau mereka yang lahir di rentang tahun 1946-1964 pada umumnya memprioritaskan stabilitas dan kesempatan untuk bertumbuh. Kebutuhan ini dapat diakomodasi dengan memberikan berbagai pilihan untuk mengikuti training atau kursus pengembangan diri.

Cukup berbeda dengan generasi baby boomers, generasi X yang lahir di era 1965 hingga 1980-an, memprioritaskan waktu berkualitas bersama keluarga. Kuantitas serta kesempatan cuti hamil/melahirkan maupun paternity leave merupakan salah satu tolok ukur untuk mendapatkan work-life balance yang baik.

Untuk generasi millennial yang lahir di era 1980an hingga 1999, work-life balance menjadi prioritas utama dalam bekerja. Mereka pada umumnya menganggap work-life balance tercipta ketika mereka memiliki kehidupan sosial di luar pekerjaan mereka, tetap dapat melakukan hobi, dan memiliki waktu rekreasi yang cukup.

2. Bangun Lingkungan Kerja yang Fleksibel

Untuk memenuhi berbagai kebutuhan karyawan yang berbeda, tentu saja tidak dapat dilakukan dengan pendekatan yang kaku. Tawarkan berbagai pilihan metode bekerja untuk karyawan Anda, seperti pilihan bekerja dari rumah (work from home), jam kerja yang fleksibel dengan sistem hours overlap (jam kerja fleksibel minimum yang diatur bersama, agar satu tim dapat berkolaborasi langsung), atau pilihan bekerja dari mana saja (work from anywhere). Hal ini dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan karyawan lintas generasi.

Manfaat Work-Life Balance Bagi Perusahaan dan Karyawan

Banyak manfaat yang dapat diambil dari penerapan work-life balance. Tidak hanya karyawan saja yang dapat menikmatinya, berikut manfaat yang juga bisa didapatkan oleh perusahaan.

1. Meningkatkan Profit dan Pencapaian Target Perusahaan

Stress yang berlebih dan waktu tidur yang kurang cukup dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Apabila work-life balance tercipta, semakin kecil kemungkinan para karyawan memiliki masalah kesehatan. Hal ini turut menjaga angka kehadiran karyawan agar tetap tinggi.

Kesehatan, kehadiran, dan performa karyawan menjadi penting karena menjadi faktor yang menunjang produktivitas perusahaan. Performa karyawan yang terjaga dapat menjaga perusahaan untuk dapat meningkatkan profit dan mengejar target-target pertumbuhan (growth).

2. Retensi Karyawan atau Talenta yang Berkualitas

Karyawan yang memiliki performa dan potensi tinggi cenderung rentan dengan stress, kejenuhan, maupun work-life yang tidak seimbang. Namun, karyawan seperti itu justru merupakan aset penting untuk perusahaan.

Untuk tetap dapat mempertahankan human capital yang sesuai untuk pertumbuhan bisnis, menciptakan work-life balance dapat menjadi strategi yang tepat. Hal ini turut mengurangi angka turnover karyawan dan mengurangi biaya rekrutmen dalam jangka waktu yang panjang.

3. Reputasi Perusahaan yang Positif

Work-life balance selalu menjadi topik diskusi berbagai kalangan. Perusahaan yang dikenal masyarakat luas mempraktikkan konsep work-life balance dengan baik, secara tidak langsung akan membuat masyarakat memandang positif usaha Anda. Hal ini dapat mempengaruhi regulator, investor, mitra, dan top talents agar semakin yakin untuk bekerja sama.

Pentingnya menjaga kesejahteraan karyawan tidak hanya menjadi tanggung jawab bagi human capital. Hal ini juga perlu diinternalisasi oleh para eksekutif perusahaan agar dapat menciptakan company culture yang positif. 

Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat, Jakarta 12430
Indonesia
Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat,
Jakarta 12430
Indonesia