Manajemen risiko (risk management) menjadi proses penting yang mampu memberdayakan bisnis dengan alat yang diperlukan. Tujuannya adalah untuk dapat mengidentifikasi dan menangani potensi risiko secara memadai. Setelah mengidentifikasi risiko, akan lebih mudah meminimalisasi dan mengatasinya.
Perilaku individu sebagian didorong oleh lingkungan, termasuk perilaku orang lain. Dalam kondisi seperti ini, pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk budaya pengelolaan risiko dalam sebuah tim. Perilaku pemimpin juga memengaruhi efektivitas manajemen risiko proyek.
Perannya sangat penting dalam suatu organisasi karena tanpa risk management, perusahaan tidak akan mampu menentukan tujuan di masa yang akan datang. Jika sebuah perusahaan mendefinisikan tujuan tanpa mempertimbangkan risiko, perusahaan akan kehilangan arah saat ada risiko muncul. Dalam hal ini, berikut peran kepemimpinan dalam risk management perusahaan.
Para pemimpin yang bertanggung jawab untuk mengatur proyek-proyek besar memiliki tuntutan yang signifikan terhadap manajemen waktu. Meskipun mereka tidak dapat terlibat dalam setiap aspek proses, tetapi sedikit interaksi akan berpengaruh besar.
Mendedikasikan sedikit waktu untuk aktivitas tertentu menandakan pentingnya peran pemimpin dalam sebuah proyek. Fokus pada kemajuan dan efektivitas respons risiko dalam interaksi dengan bawahan langsung akan memperkuat akuntabilitas dalam manajemen risiko.
Memberikan pengakuan positif dan nyata saat memberikan respons dapat mengelola risiko secara aktif. Langkah ini juga akan meningkatkan peluang bahwa orang lain akan melakukan hal yang sama.
Proyek yang prestisius akan selalu muncul dengan target yang ambisius seperti memberikan target yang lebih besar, lebih baik, cepat, dan murah. Hal ini tentunya membantu menarik bakat dan menghasilkan urgensi yang diperlukan untuk mempertahankan sebuah kemajuan.
Kinerja pemimpin seringkali diukur menggunakan sebuah target proyek yang menantang. Sambil menyelaraskan tujuan pribadi dan proyek, hal tersebut dapat menyebabkan beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan.
Dalam melakukan sebuah perubahan, risk manager mungkin mendapatkan dorongan oleh para project manager dengan penilaian yang 'salah' atau 'terlalu pesimis'. Bias konfirmasi dan komitmen akan menjadi faktor yang berpengaruh sehingga seseorang cenderung menolak informasi yang tidak sesuai dengan pandangan dan hasil yang dijanjikan.
Saat seseorang mendapatkan feedback negatif dari seorang manajer, dia akan berpikir dua kali untuk menyajikan informasi serupa di lain waktu. Terlepas dari perannya sebagai analis risiko, manajer proyek, atau direktur program, mendapatkan konsekuensi negatif yang tampaknya tidak berbahaya sekalipun bisa berdampak pada suatu hasil yang tidak diinginkan.
Pemimpin proyek yang baik mendorong tim untuk mencapai target yang menantang. Namun, di sisi lain mereka juga membantu menciptakan lingkungan yang mendukung jika muncul hasil diskusi tertentu yang kurang menguntungkan.
Banyak proyek besar yang sering dilakukan oleh lebih dari satu organisasi. Mendapatkan gambaran risiko yang terjadi dalam sebuah proses bisnis membutuhkan lebih dari sekadar proses terpadu karena hal itu bergantung pada transparansi antara pihak, pemasok, dan pelanggan atau klien.
Misalnya, saat seorang manajer memihak salah satu supplier, hal ini dapat memiliki efek yang kuat pada pendekatan tim untuk berurusan dengan pihak terkait. Dengan kata lain, seorang pemimpin memberikan izin diam-diam untuk melakukan pendekatan konfrontatif sekaligus mempromosikan sikap yang lebih kolaboratif.
Pemimpin juga bertanggung jawab untuk menetapkan prioritas dan tujuan untuk fase proyek. Fokus pada tujuan dapat mementingkan diri sendiri sehingga mengalihkan risiko ke pihak lain. Saat manajer bisa menekan harga, hal itu mungkin memberikan imbalan jangka pendek. Namun, hal ini juga bisa menjadi pendekatan yang cenderung mengakibatkan efek buruk secara keseluruhan.
Manajemen risiko yang efektif bergantung pada kolaborasi dan transparansi antara pihak yang terlibat. Jika kolaborasi yang dibentuk tadi dilakukan dengan adil, artinya semua pihak yang terlibat juga turut melindungi keberhasilan proyek jangka panjang.
Salah satu cara untuk meminimalisasi risiko yang terjadi dalam sebuah proses manajerial adalah membantu orang membuat keputusan. Pengambilan keputusan tidak hanya bisa diputuskan dengan menggunakan logika karena dalam praktiknya orang-orang akan melihat isyarat emosional dari tindakan yang dilakukan oleh seorang pemimpin.
Karena itulah, pemimpin diberikan peran dan tanggung jawab untuk dapat membina hubungan baik dalam kelompok. Para manajer bisa menjadi pemimpin yang efektif dengan mengikuti program First Line Leadership di prasmul eli. Pencapaian tujuan organisasi bisa dilakukan dengan baik sebagaimana para manajer dapat berdiskusi dan berbagi best practice dari berbagai situasi yang berbeda.