Re-Skilling and Up-Skilling: Perspektif Dari Eksekutif Senior

10 October 2023

Dalam lanskap bisnis saat ini, permintaan untuk pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan meningkat secara eksponensial. Perusahaan-perusahaan menyadari pentingnya mengembangkan dan memelihara keterampilan karyawan mereka agar tetap kompetitif di pasar yang berkembang pesat.

Menurut PwC Asia Pacific Workforce Hopes and Fears Survey 2023 (2023), 59% eksekutif senior di Asia Pasifik percaya bahwa keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka akan berubah secara signifikan dalam lima tahun ke depan. Statistik ini menyoroti pengakuan di antara para eksekutif senior akan perlunya beradaptasi dan tetap relevan dalam lingkungan bisnis yang terus berubah. Selain itu, survei ini juga menemukan bahwa para eksekutif senior memiliki kemungkinan tertinggi untuk mengakses peluang pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan.

Temuan ini mungkin berasal dari fakta bahwa eksekutif senior sering kali memiliki lebih banyak sumber daya dan pengaruh dalam organisasi mereka untuk mengejar inisiatif pengembangan profesional. Selain itu, para eksekutif senior mungkin juga memiliki kesadaran yang lebih kuat tentang perlunya terus belajar dan beradaptasi untuk mempertahankan posisi kepemimpinan mereka dan secara efektif menavigasi tantangan lingkungan bisnis yang dinamis.

Namun, tantangan unik muncul ketika harus memberikan pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan kepada para eksekutif senior yang biasanya berasal dari Generasi X dan Baby Boomer. Generasi yang lebih tua ini mungkin memiliki perspektif yang berbeda tentang pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan dibandingkan dengan mayoritas tenaga kerja, yang terdiri dari generasi milenial (The World Economic Forum, 2021).

Selain itu, sementara karyawan yang lebih muda sering kali melihat reskilling dan upskilling sebagai peluang untuk pertumbuhan dan kemajuan, eksekutif senior yang lebih tua mungkin melihatnya sebagai ancaman terhadap keahlian dan otoritas yang sudah mapan (Mande, W., 2019). Persepsi ini dapat menciptakan resistensi terhadap perubahan dan menghambat adopsi keterampilan baru dalam peran kepemimpinan senior.

Namun demikian, sangat penting bagi para eksekutif senior untuk menyadari pentingnya pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan, terutama dalam menghadapi transformasi digital dan kemajuan teknologi (Meng, A. et al., 2022). Seperti yang disoroti oleh berbagai penelitian, keterampilan yang dibutuhkan untuk ekonomi berubah dengan cepat, dan eksekutif senior harus tetap relevan dan mudah beradaptasi untuk memenuhi tuntutan baru ini. 

Sebuah esai dari Deddi Tedjakumara berjudul "Can you teach an old dog new tricks?, Overcoming Challenges of Re-Skilling and Up-Skilling" (2023) menunjukkan bahwa melatih ulang dan meningkatkan keterampilan generasi yang lebih tua mungkin lebih sulit, tetapi bukan tidak mungkin, karena adanya konsep neuroplastisitas. Neuroplastisitas mengacu pada kemampuan otak untuk mengatur ulang dan membentuk koneksi saraf baru sepanjang hidup seseorang. Ini berarti bahwa berapapun usianya, setiap orang memiliki potensi untuk memperluas pengetahuan dan memperoleh keterampilan baru. Selain itu, kedalaman fokus pada topik tertentu juga dapat berperan dalam kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru. Sebagai contoh, individu yang memiliki pengalaman belajar yang lebih beragam mungkin akan lebih mudah untuk menyerap dan menerapkan pengetahuan baru, dibandingkan dengan ahli yang fokus pada satu bidang keahlian.

Peluang pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan untuk pekerja yang lebih tua, terutama eksekutif senior, sangat penting untuk menjembatani kesenjangan keterampilan antara generasi yang berbeda di tempat kerja dan memastikan transisi yang lancar dalam lanskap bisnis yang berkembang pesat. Selain itu, peluang pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan tidak hanya bermanfaat bagi para eksekutif senior itu sendiri, tetapi juga memiliki implikasi yang signifikan bagi organisasi dan ekonomi secara keseluruhan. 

Sebagaimana disebutkan dalam laporan World Economic Forum, pelatihan ulang sangat penting bagi karyawan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi baru (The World Economic Forum, 2020). Hal ini sangat penting dalam konteks inovasi digital, yang dengan cepat mengubah industri. Dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan, organisasi dapat memastikan bahwa tenaga kerja mereka tetap dibekali dengan keterampilan yang diperlukan untuk berkembang di era digital.

 

Referensi

Tedjakumara, D. (2023). Can you teach an old dog new tricks?, Overcoming Challenges of Re-Skilling and Up-Skilling (1-8).

The World Economic Forum (2021). How can we best engage older workers in reskilling efforts?. 

Available at: https://www.weforum.org/agenda/2021/05/how-can-we-engage-older-workers-in-reskilling-efforts-jobs-reset-summit-ageing-workforce-longevity-upskilling/.

Mande, W. (2019) Searching for Common Threads: Understanding the Role of Age Diversity in Organizational Performance. 

Available at: https://scite.ai/reports/10.24940/theijbm/2019/v7/i7/bm1907-062.

Meng, A. et al. (2022) New Technology and Loss of Paid Employment among Older Workers: Prospective Cohort Study. 

Available at: https://scite.ai/reports/10.3390/ijerph19127168

The World Economic Forum (2020). We need a global reskilling revolution. 

Available at: https://www.weforum.org/agenda/2020/01/reskilling-revolution-jobs-future-skills/

Dalam lanskap bisnis saat ini, permintaan untuk pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan meningkat secara eksponensial. Perusahaan-perusahaan menyadari pentingnya mengembangkan dan memelihara keterampilan karyawan mereka agar tetap kompetitif di pasar yang berkembang pesat.

Menurut PwC Asia Pacific Workforce Hopes and Fears Survey 2023 (2023), 59% eksekutif senior di Asia Pasifik percaya bahwa keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka akan berubah secara signifikan dalam lima tahun ke depan. Statistik ini menyoroti pengakuan di antara para eksekutif senior akan perlunya beradaptasi dan tetap relevan dalam lingkungan bisnis yang terus berubah. Selain itu, survei ini juga menemukan bahwa para eksekutif senior memiliki kemungkinan tertinggi untuk mengakses peluang pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan.

Temuan ini mungkin berasal dari fakta bahwa eksekutif senior sering kali memiliki lebih banyak sumber daya dan pengaruh dalam organisasi mereka untuk mengejar inisiatif pengembangan profesional. Selain itu, para eksekutif senior mungkin juga memiliki kesadaran yang lebih kuat tentang perlunya terus belajar dan beradaptasi untuk mempertahankan posisi kepemimpinan mereka dan secara efektif menavigasi tantangan lingkungan bisnis yang dinamis.

Namun, tantangan unik muncul ketika harus memberikan pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan kepada para eksekutif senior yang biasanya berasal dari Generasi X dan Baby Boomer. Generasi yang lebih tua ini mungkin memiliki perspektif yang berbeda tentang pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan dibandingkan dengan mayoritas tenaga kerja, yang terdiri dari generasi milenial (The World Economic Forum, 2021).

Selain itu, sementara karyawan yang lebih muda sering kali melihat reskilling dan upskilling sebagai peluang untuk pertumbuhan dan kemajuan, eksekutif senior yang lebih tua mungkin melihatnya sebagai ancaman terhadap keahlian dan otoritas yang sudah mapan (Mande, W., 2019). Persepsi ini dapat menciptakan resistensi terhadap perubahan dan menghambat adopsi keterampilan baru dalam peran kepemimpinan senior.

Namun demikian, sangat penting bagi para eksekutif senior untuk menyadari pentingnya pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan, terutama dalam menghadapi transformasi digital dan kemajuan teknologi (Meng, A. et al., 2022). Seperti yang disoroti oleh berbagai penelitian, keterampilan yang dibutuhkan untuk ekonomi berubah dengan cepat, dan eksekutif senior harus tetap relevan dan mudah beradaptasi untuk memenuhi tuntutan baru ini. 

Sebuah esai dari Deddi Tedjakumara berjudul "Can you teach an old dog new tricks?, Overcoming Challenges of Re-Skilling and Up-Skilling" (2023) menunjukkan bahwa melatih ulang dan meningkatkan keterampilan generasi yang lebih tua mungkin lebih sulit, tetapi bukan tidak mungkin, karena adanya konsep neuroplastisitas. Neuroplastisitas mengacu pada kemampuan otak untuk mengatur ulang dan membentuk koneksi saraf baru sepanjang hidup seseorang. Ini berarti bahwa berapapun usianya, setiap orang memiliki potensi untuk memperluas pengetahuan dan memperoleh keterampilan baru. Selain itu, kedalaman fokus pada topik tertentu juga dapat berperan dalam kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru. Sebagai contoh, individu yang memiliki pengalaman belajar yang lebih beragam mungkin akan lebih mudah untuk menyerap dan menerapkan pengetahuan baru, dibandingkan dengan ahli yang fokus pada satu bidang keahlian.

Peluang pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan untuk pekerja yang lebih tua, terutama eksekutif senior, sangat penting untuk menjembatani kesenjangan keterampilan antara generasi yang berbeda di tempat kerja dan memastikan transisi yang lancar dalam lanskap bisnis yang berkembang pesat. Selain itu, peluang pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan tidak hanya bermanfaat bagi para eksekutif senior itu sendiri, tetapi juga memiliki implikasi yang signifikan bagi organisasi dan ekonomi secara keseluruhan. 

Sebagaimana disebutkan dalam laporan World Economic Forum, pelatihan ulang sangat penting bagi karyawan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi baru (The World Economic Forum, 2020). Hal ini sangat penting dalam konteks inovasi digital, yang dengan cepat mengubah industri. Dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan, organisasi dapat memastikan bahwa tenaga kerja mereka tetap dibekali dengan keterampilan yang diperlukan untuk berkembang di era digital.

 

Referensi

Tedjakumara, D. (2023). Can you teach an old dog new tricks?, Overcoming Challenges of Re-Skilling and Up-Skilling (1-8).

The World Economic Forum (2021). How can we best engage older workers in reskilling efforts?. 

Available at: https://www.weforum.org/agenda/2021/05/how-can-we-engage-older-workers-in-reskilling-efforts-jobs-reset-summit-ageing-workforce-longevity-upskilling/.

Mande, W. (2019) Searching for Common Threads: Understanding the Role of Age Diversity in Organizational Performance. 

Available at: https://scite.ai/reports/10.24940/theijbm/2019/v7/i7/bm1907-062.

Meng, A. et al. (2022) New Technology and Loss of Paid Employment among Older Workers: Prospective Cohort Study. 

Available at: https://scite.ai/reports/10.3390/ijerph19127168

The World Economic Forum (2020). We need a global reskilling revolution. 

Available at: https://www.weforum.org/agenda/2020/01/reskilling-revolution-jobs-future-skills/

Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat, Jakarta 12430
Indonesia
Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat,
Jakarta 12430
Indonesia