Revenue Model untuk Bisnis Software as a Service (SaaS)

22 December 2023

Sebuah perusahaan tidak hanya membuat produk dalam bentuk barang. Saat ini, bisnis juga bisa menghasilkan sebuah layanan dalam bentuk software. Contoh produk Software as a Service (Saas) ini di antaranya Dropbox, Google Workspace, dan Salesforce.

Model SaaS tumbuh dengan kenyataan bahwa software akan dibutuhkan oleh konsumen sesuai permintaan. Harapannya, SaaS juga dapat terus diperbarui agar perusahaan tidak perlu lagi mengirimkan produk dalam bentuk fisik.

Berdasarkan situasi tersebut, perusahaan software perlu membangun model terukur yang memungkinkan adanya perolehan keuntungan. Keuntungan (revenue) tersebut menjadi profit yang didapatkan perusahaan selama bisnisnya masih bernilai bagi konsumen.

Komponen Revenue Model SaaS

Bisnis SaaS yang sukses akan mampu meningkatkan valuasi, melayani pelanggan, dan mengubah cara berpikir industri atas aspek bisnisnya. Jika Anda mempertimbangkan Revenue Model SaaS untuk bisnis, berikut adalah komponen yang perlu dipahami.

Akses, autentikasi, dan tiering

Dalam model SaaS, orang membayar untuk akses software. Jadi, pengguna memerlukan otentikasi sebelum mendapatkan akses ke alat tersebut. Akses mereka juga biasanya terbatas pada fitur-fitur yang tercakup dalam paket berlangganan bulanan.

Teknologi cloud

Perkembangan teknologi cloud berperan penting dalam keberhasilan model SaaS. Membebankan biaya berlangganan untuk men-download software sudah bukan menjadi hal yang sulit. Cloud memungkinkan user untuk dapat mengakses software dengan nyaman sehingga lebih mudah untuk mengendalikan akses dan mengenakan tarif bulanan.

Nilai berkelanjutan

Kemampuan software untuk terus memberikan value merupakan komponen kunci atas bisnis SaaS. Anda harus memastikan produk yang dimiliki dapat digunakan secara reguler untuk para user sehingga mereka akan mempertimbangkan value agar terus berlangganan.

Macam-macam Revenue Model SaaS

Menilai sifat investasi dan dukungan software sebagai produk yang berkelanjutan, Anda dapat mengubah penjualan menjadi continual revenue streams. Karena itu, Anda bisa mengenal dan memilih salah satu dari macam-macam revenue model berikut ini.

1. Ad-based revenue model

Model bisnis ini cukup sederhana, cukup buat website atau aplikasi dengan traffic besar untuk menjual ruang iklan. Daripada membebankan biaya untuk menggunakan produk atau layanan, biaya dikenakan pada pandangan klien ke perusahaan lain. Namun, pastikan hal ini tidak mengganggu user experience karena mereka bisa saja beralih.

2. Affiliate

Model bisnis ini bergantung pada popularitas. Alih-alih mendapatkan uang dari orang-orang yang melihat konten Anda, gunakan link affiliate untuk mendorong penjualan di tempat lain. Hal ini berpotensi menghasilkan lebih banyak uang daripada iklan, tapi berisiko mematikan penonton jika bisnis Anda kehilangan image.

3. Indirect sales

Jika margin keuntungan Anda memungkinkan, cobalah melakukan outsourcing ke pengecer yang sudah memiliki audiens yang besar. Sebagai imbalannya, agen ini akan menjual layanan Anda kepada audiens dengan layanan atau produk yang spesifik.

4. Direct sales

Menjual produk secara langsung ke pelanggan menjamin Anda untuk mendapatkan semua pendapatan. Jika Anda perlu mempekerjakan tenaga penjualan dalam jumlah besar untuk mencapai hal ini, mungkin keuntungannya lebih rendah dibandingkan indirect sales.

5. Model freemium

Bagi pasar B2C, akan lebih sulit untuk mendapatkan calon klien untuk memberikan uang. Dengan menawarkan mereka kesempatan untuk mencoba produk Anda secara gratis, Anda dapat membuktikan value produk yang membuat mereka rela membayar layanan. Contoh produk freemium bisa berupa layanan dengan iklan atau fitur dengan akses terbatas.

6. Produk gratis, layanan berbayar

Dalam beberapa kasus, masuk akal untuk memberi pengguna akses penuh untuk produk dengan harga rendah (atau bahkan gratis). Namun, pengguna bisa dibebankan biaya untuk mendapatkan manfaat produk dari semua layanan.

Misalnya, suatu alat dapat menjalankan fungsi pemantauan jaringan tertentu dengan sangat baik. Namun, perusahaan membebankan biaya atas tenaga kerja yang diperlukan untuk menggunakan alat tersebut secara efektif karena pengoperasian tools juga sulit.

7. Penjualan eceran (retail)

Jika Anda memiliki produk fisik, terkadang model pendapatan ritel dapat memiliki fungsi ganda yaitu menyediakan aliran pendapatan lain sekaligus menjadi marketing tools. Jika Anda memiliki kemasan yang menarik, menjual produk Anda di tempat yang trendi, atau menemukan sesuatu yang menarik, orang-orang akan memposting ke media sosial.

8. Model berlangganan (subscription)

Ini adalah model klasik untuk perusahaan SaaS. Anda membuat produk dan kemudian terus memperbarui paket software sambil membebankan biaya kepada klien dalam skema pembayaran mingguan, bulanan, atau tahunan untuk menggunakannya. 

9. Model pendapatan transaksional

Model ini membebankan biaya kepada pelanggan berdasarkan penggunaan. Beberapa klien, terutama klien kecil mungkin lebih memilih opsi ini karena transparansinya.

10. Penjualan website

Model ini kompatibel dengan penjualan transaksional atau berlangganan, tetapi dilakukan melalui website tertentu. Anda mengarahkan pengunjung ke website dan membiarkannya mengonversi pengunjung untuk melakukan pembelian.

Itulah berbagai macam revenue model untuk bisnis SaaS yang dapat dipilih oleh bisnis. Anda bisa mencoba revenue model yang berbeda untuk melihat eksperimen harga seperti apa yang cocok untuk sebuah produk. Namun, hal terpenting selain menentukan revenue model adalah mempertahankan value bagi produk Anda.

Sebuah perusahaan tidak hanya membuat produk dalam bentuk barang. Saat ini, bisnis juga bisa menghasilkan sebuah layanan dalam bentuk software. Contoh produk Software as a Service (Saas) ini di antaranya Dropbox, Google Workspace, dan Salesforce.

Model SaaS tumbuh dengan kenyataan bahwa software akan dibutuhkan oleh konsumen sesuai permintaan. Harapannya, SaaS juga dapat terus diperbarui agar perusahaan tidak perlu lagi mengirimkan produk dalam bentuk fisik.

Berdasarkan situasi tersebut, perusahaan software perlu membangun model terukur yang memungkinkan adanya perolehan keuntungan. Keuntungan (revenue) tersebut menjadi profit yang didapatkan perusahaan selama bisnisnya masih bernilai bagi konsumen.

Komponen Revenue Model SaaS

Bisnis SaaS yang sukses akan mampu meningkatkan valuasi, melayani pelanggan, dan mengubah cara berpikir industri atas aspek bisnisnya. Jika Anda mempertimbangkan Revenue Model SaaS untuk bisnis, berikut adalah komponen yang perlu dipahami.

Akses, autentikasi, dan tiering

Dalam model SaaS, orang membayar untuk akses software. Jadi, pengguna memerlukan otentikasi sebelum mendapatkan akses ke alat tersebut. Akses mereka juga biasanya terbatas pada fitur-fitur yang tercakup dalam paket berlangganan bulanan.

Teknologi cloud

Perkembangan teknologi cloud berperan penting dalam keberhasilan model SaaS. Membebankan biaya berlangganan untuk men-download software sudah bukan menjadi hal yang sulit. Cloud memungkinkan user untuk dapat mengakses software dengan nyaman sehingga lebih mudah untuk mengendalikan akses dan mengenakan tarif bulanan.

Nilai berkelanjutan

Kemampuan software untuk terus memberikan value merupakan komponen kunci atas bisnis SaaS. Anda harus memastikan produk yang dimiliki dapat digunakan secara reguler untuk para user sehingga mereka akan mempertimbangkan value agar terus berlangganan.

Macam-macam Revenue Model SaaS

Menilai sifat investasi dan dukungan software sebagai produk yang berkelanjutan, Anda dapat mengubah penjualan menjadi continual revenue streams. Karena itu, Anda bisa mengenal dan memilih salah satu dari macam-macam revenue model berikut ini.

1. Ad-based revenue model

Model bisnis ini cukup sederhana, cukup buat website atau aplikasi dengan traffic besar untuk menjual ruang iklan. Daripada membebankan biaya untuk menggunakan produk atau layanan, biaya dikenakan pada pandangan klien ke perusahaan lain. Namun, pastikan hal ini tidak mengganggu user experience karena mereka bisa saja beralih.

2. Affiliate

Model bisnis ini bergantung pada popularitas. Alih-alih mendapatkan uang dari orang-orang yang melihat konten Anda, gunakan link affiliate untuk mendorong penjualan di tempat lain. Hal ini berpotensi menghasilkan lebih banyak uang daripada iklan, tapi berisiko mematikan penonton jika bisnis Anda kehilangan image.

3. Indirect sales

Jika margin keuntungan Anda memungkinkan, cobalah melakukan outsourcing ke pengecer yang sudah memiliki audiens yang besar. Sebagai imbalannya, agen ini akan menjual layanan Anda kepada audiens dengan layanan atau produk yang spesifik.

4. Direct sales

Menjual produk secara langsung ke pelanggan menjamin Anda untuk mendapatkan semua pendapatan. Jika Anda perlu mempekerjakan tenaga penjualan dalam jumlah besar untuk mencapai hal ini, mungkin keuntungannya lebih rendah dibandingkan indirect sales.

5. Model freemium

Bagi pasar B2C, akan lebih sulit untuk mendapatkan calon klien untuk memberikan uang. Dengan menawarkan mereka kesempatan untuk mencoba produk Anda secara gratis, Anda dapat membuktikan value produk yang membuat mereka rela membayar layanan. Contoh produk freemium bisa berupa layanan dengan iklan atau fitur dengan akses terbatas.

6. Produk gratis, layanan berbayar

Dalam beberapa kasus, masuk akal untuk memberi pengguna akses penuh untuk produk dengan harga rendah (atau bahkan gratis). Namun, pengguna bisa dibebankan biaya untuk mendapatkan manfaat produk dari semua layanan.

Misalnya, suatu alat dapat menjalankan fungsi pemantauan jaringan tertentu dengan sangat baik. Namun, perusahaan membebankan biaya atas tenaga kerja yang diperlukan untuk menggunakan alat tersebut secara efektif karena pengoperasian tools juga sulit.

7. Penjualan eceran (retail)

Jika Anda memiliki produk fisik, terkadang model pendapatan ritel dapat memiliki fungsi ganda yaitu menyediakan aliran pendapatan lain sekaligus menjadi marketing tools. Jika Anda memiliki kemasan yang menarik, menjual produk Anda di tempat yang trendi, atau menemukan sesuatu yang menarik, orang-orang akan memposting ke media sosial.

8. Model berlangganan (subscription)

Ini adalah model klasik untuk perusahaan SaaS. Anda membuat produk dan kemudian terus memperbarui paket software sambil membebankan biaya kepada klien dalam skema pembayaran mingguan, bulanan, atau tahunan untuk menggunakannya. 

9. Model pendapatan transaksional

Model ini membebankan biaya kepada pelanggan berdasarkan penggunaan. Beberapa klien, terutama klien kecil mungkin lebih memilih opsi ini karena transparansinya.

10. Penjualan website

Model ini kompatibel dengan penjualan transaksional atau berlangganan, tetapi dilakukan melalui website tertentu. Anda mengarahkan pengunjung ke website dan membiarkannya mengonversi pengunjung untuk melakukan pembelian.

Itulah berbagai macam revenue model untuk bisnis SaaS yang dapat dipilih oleh bisnis. Anda bisa mencoba revenue model yang berbeda untuk melihat eksperimen harga seperti apa yang cocok untuk sebuah produk. Namun, hal terpenting selain menentukan revenue model adalah mempertahankan value bagi produk Anda.

Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat, Jakarta 12430
Indonesia
Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat,
Jakarta 12430
Indonesia