Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

7 Macam Gaya Kepemimpinan Dalam Bisnis


31 January 2023
Banner-Article-7Gaya.jpg

Kepemimpinan merupakan soft skill yang perlu dipelajari dengan baik bagi para karyawan maupun orang-orang yang mempunyai organisasi atau bisnis. Dalam penerapannya, ada berbagai macam gaya kepemimpinan yang dapat kamu pelajari.

Pemimpin yang baik nantinya akan mampu menarik perhatian para bawahannya agar terus mengikuti arahan dan petunjuk yang diberikan. Hal inilah yang nantinya mampu menimbulkan keharmonisan dalam suatu tim. Dampaknya, bisnis perusahaan akan berjalan dengan baik sehingga mendapatkan apresiasi dari bos kamu.

Untuk menjadi pemimpin yang baik, kamu bisa mempelajari gaya-gaya yang telah diterapkan oleh orang sekelilingmu maupun tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam hidupmu.

Di sisi lain, kamu juga bisa mempelajari berbagai macam gaya kepemimpinan di bawah ini supaya mampu menjalankan tugas dengan baik.

  1. Gaya Demokratis

Demokrasi merupakan salah satu hal yang disenangi oleh bawahan atau karyawan. Bagaimana tidak, sistem ini sangat menguntungkan bagi para karyawan karena mereka berhak mengambil suara atas keputusan yang akan diambil oleh atasan.

Gaya kepemimpinan demokratis bisa kamu terapkan dengan baik untuk membuat karyawan menyukai kepemimpinanmu. Setiap kamu hendak membuat keputusan, kamu harus menanyakan pendapat kepada para karyawan terkait keputusan tersebut.

Hal ini dilakukan supaya karyawan merasa dilibatkan dari setiap keputusan yang kamu buat. Pada akhirnya, karyawan atau bawahan kamu akan percaya terhadap kepemimpinan yang dibangun selama membimbing mereka.

Lambat laun, semangat para karyawan akan muncul dari gaya demokratis yang kamu tanam. Dengan demikian, maka tidak menutup kemungkinan akan tercipta lingkungan kerja yang positif antara karyawan dan atasan.

  1. Gaya Afiliasi

Kamu suka mengobrol dan membangun relasi yang kuat dengan orang-orang di sekitar? Berusaha untuk membangun segi emosional mereka supaya lebih terbuka antara satu sama lain?

Gaya afiliasi bisa menjadi opsi yang tepat untuk kamu pelajari dalam memimpin sebuah tim dengan melibatkan pendekatan antara atasan dan karyawan melalui obrolan-obrolan.

Ketika kamu menerapkan ini, maka kamu lebih memilih untuk selalu memperhatikan kondisi maupun emosi yang dirasakan oleh karyawan atau bawahan. 

Dengan begitu, maka mereka akan merasa dekat dengan kamu dan tidak sungkan untuk menceritakan semua masalah yang dirasakan selama bekerja di dalam tim tersebut.

Gaya ini juga cocok diterapkan untuk menjadi penengah ketika ada konflik yang terjadi dalam sebuah tim. Sebab, kamu akan menjadi mediator untuk menenangkan semua pihak di dalamnya.

  1. Gaya Otokratis

Pada umumnya, gaya kepemimpinan otokratis tidak begitu cocok untuk diterapkan di era sekarang, di mana orang-orang ingin mempunyai pemimpin yang demokratis supaya mendengarkan pendapatnya.

Dengan kata lain, pemimpin yang mempunyai gaya kepemimpinan satu ini akan mengatakan bahwa bawahan harus melakukan apa yang pemimpin katakan tanpa adanya demokrasi maupun campur tangan dari pihak bawahan.

Tidak heran kalau banyak orang tidak menyukai pemimpinnya yang terkesan otoriter atau semaunya sendiri.

Kendati demikian, jenis gaya yang satu ini bisa kamu terapkan pada saat situasi tertentu. Sebagai contoh, ketika Anda sebagai seorang pemimpin sudah mempunyai pengetahuan yang mumpuni terkait suatu proyek dan dituntut untuk langsung mengambil keputusan secepatnya.

  1. Gaya Transaksional

Seperti namanya, gaya kepemimpinan transaksional memilih untuk memberikan penawaran kepada para anggotanya. 

Ketika orang sudah setuju untuk menjadi anggota dalam tim, maka anggota tersebut harus menyetujui keputusan pemimpin dengan berbagai macam penawaran yang diberikan.

Jenis gaya ini memiliki ciri-ciri yaitu menyukai untuk memberikan hadiah kepada para karyawannya yang berprestasi serta memberi sanksi bagi karyawannya yang melanggar peraturan.

Selain itu, gaya transaksional cenderung kepada pencapaian target dan tidak terlalu terbuka kepada kreativitas para anggotanya.

Kendati demikian, kepemimpinan transaksional juga selalu menawarkan berbagai macam arahan dan petunjuk kepada para anggotanya sehingga anggota pun merasa nyaman saat dipimpin olehnya.

  1. Gaya Suportif

Gaya Suportif kerapkali diterapkan oleh para pemimpin di era sekarang. Sebab, gaya suportif cenderung untuk memperhatikan keadaan dan kebutuhan para anggotanya.

Jadi, bukannya ia hanya menyuruh bawahannya, tetapi ia langsung turun tangan sendiri untuk bisa berbaur dengan anggota timnya.

Selain itu, gaya suportif juga seringkali melakukan hubungan personal kepada para anggotanya sehingga tercipta ikatan yang erat antar tim.

  1. Gaya Transformasional

Jenis gaya ini bisa dibilang merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang paling efektif secara individu.

Bagaimana tidak, orang dengan gaya kepemimpinan transformasional cenderung mempunyai tingkat kecerdasaan yang bagus serta motivasi yang tinggi.

Bahkan, mereka juga sangat bergairah untuk membangun perusahaan dengan konsisten dan juga menumbuhkan motivasi kepada para anggotanya.

  1. Gaya Laissez-Faire

Gaya kepemimpinan yang satu ini sangat bertolak belakang dengan gaya otokratis. Pasalnya, orang dengan gaya laissez-faire cenderung tidak terlalu ikut campur kepada para anggotanya dan hanya sedikit pengawasannya.

Dengan kata lain, anggota timnya bisa sepuasnya untuk mengemukakan pendapat ataupun bertindak sesukanya.

Meski terdengar menyenangkan, tetapi jenis yang satu ini bisa berbahaya untuk anggota timnya. Sebab, bisa saja para anggotanya kehilangan arah dan tersesat sehingga tidak mengembangkan bisnis perusahaan dengan maksimal.

Itu dia 7 gaya kepemimpinan yang bisa coba kamu terapkan ketika berada di suatu perusahaan atau organisasi. 

Dari gaya-gaya di atas, kira-kira kamu lebih cenderung ke arah mana? Apabila masih bingung, kamu tinggal mencocokkan gaya kepemimpinan di atas dengan kepribadianmu sehingga merasa nyaman saat mempraktikkannya. 

Dengan begitu, kamu bisa menemukan gaya yang tepat sehingga menciptakan lingkungan kerja yang positif antar tim di perusahaan atau organisasi.

ARTIKEL TERKAIT
Banner-Article-Feb-18 (1).jpg
Cara Berkomunikasi pada Atasan jika Kelebihan Workload
03 June 2024

Setiap karyawan tentunya punya kapasitas terkait beban pekerjaan yang bisa diselesaikan. Mendapatkan tambahan pekerjaan tentunya akan membuat kualitas pekerjaan menurun, begitu pun dengan kesehatan dari karyawan tersebut. Jika Anda sedang mengalaminya, pastinya untuk bilang ke atasan bahwa Anda mengalami kelebihan workload.

Sayangnya, situasi ini kadang kurang menguntungkan untuk banyak karyawan. Banyak atasan yang kerap menilai mereka yang kelebihan pekerjaan hanyalah karyawan pemalas dan tukang mengeluh. Untuk itu, Anda perlu sebuah strategi dalam berkomunikasi dengan atasan supaya mendapatkan hasil terbaik.

Cara Mengatakan Anda Kelebihan Pekerjaan kepada Atasan

Hal yang perlu diperhatikan memang menjauhkan dari kesan mengeluh atau mencari enaknya saja. Berikut sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk bilang ke atasan bahwa Anda kelebihan beban pekerjaan.

1. Merencanakan meeting

Mengingat ini urusan pekerjaan, Anda tetap harus melakukan dengan cara profesional. Carilah waktu yang tepat untuk mengajak atasan membicarakan masalah ini secara empat mata. Dengan sebuah meeting terjadwal, Anda akan membuat obrolan ini menjadi penting bagi semua pihak.

Lebih baiknya lagi tidak melakukan meeting mendadak. Dengan begitu, Anda bisa mencatat semua hal yang perlu dibahas dalam meeting tersebut.

Lebih baiknya lagi jika Anda memberikan pembahasan singkat tentang agenda meeting tersebut. Hal ini pun akan memberikan kesempatan untuk atasan Anda memikirkan solusi dari segala kemungkinan tentang hasil meeting.

2. Memberikan solusi tanpa mengeluh

Sebuah cara mengekspresikan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap sebuah situasi pastinya sebuah keluhan. Jika ini yang dilakukan, Anda akan dicap sebagai karyawan pemalas.

Cara untuk menghindari keluhan itu keluar dari mulut Anda adalah memberikan solusi terkait dengan beban pekerjaan tersebut. Sampaikan bahwa ini merupakan masalah tim dan bukanlah persoalan individu. Jika pekerjaan tersebut terlalu banyak, solusi yang perlu dilakukan adalah menambah jumlah personil untuk menyelesaikannya atau membuat skala prioritas.

Mungkin solusi menambah karyawan bisa jadi sebuah masalah baru bagi semua perusahaan. Namun, membuat skala prioritas seharusnya bisa dilakukan oleh siapa saja. Atasan Anda harus tahu mana pekerjaan yang perlu diselesaikan lebih dulu dan mana yang bisa dikesampingkan atau bahkan dihilangkan.

3. Berkata jujur berdasarkan pengalaman

Anda juga perlu berkata jujur tentang pengalaman dalam menyelesaikan pekerjaan. Uraikan semua pekerjaan yang ada dan faktor yang perlu diperhatikan saat mengerjakannya. Faktor-faktor tersebut tentunya akan mempengaruhi waktu pengerjaan dan tingkat kesulitan dari sebuah pekerjaan.

Lalu, buat sebuah pengandaian jika satu atau dua pekerjaan bisa didelegasikan atau dikerjakan bersama dengan orang lain. Mungkin saja waktu yang dibutuhkan bisa jauh lebih singkat. Sampaikan juga bahwa waktu yang singkat ini juga akan jadi nilai lebih untuk finansial perusahaan.

4. Memberikan pandangan tentang mendelegasi pekerjaan

Selalu ada baik dan buruk dalam mengambil sebuah langkah. Namun, atasan Anda perlu tahu tentang pandangan delegasi pekerjaan dalam sebuah bisnis dan karyawan. Tentu setiap orang akan mendapatkan imbas dari pekerjaan ini.

Mengambil pekerjaan dari Anda dan memberikan pekerjaan kepada orang lain mungkin akan membuat mereka benci kepada Anda. Bisa jadi hal ini akan menimbulkan konflik baru di dalam tim. Tentu saja risiko ini tidak akan diambil oleh atasan Anda.

Di sisi lain, ada hal baik yang bisa didapatkan dari mendelegasi pekerjaan ini. Pertama, workload Anda tentu akan berkurang sehingga Anda bisa menjaga kualitas dari hasil pekerjaan. Hal ini pasti akan disukai oleh semua atasan.

Kedua, orang yang diberikan tambahan beban dari Anda pun akan mendapatkan pengalaman baru. Hal ini tentunya akan baik untuk karyawan tersebut karena dapat pengalaman dan skill tambahan. Tentu saja ini juga akan menjadi nilai tambah untuk perusahaan.

5. Mengajak rekan kerja untuk membantu

Mengharapkan atasan untuk memahami segala hal yang Anda katakan juga kadang tidak bijaksana. Bisa jadi atasan Anda tidak akan melakukan perubahan terkait dengan workload milik Anda. Jika memang hal itu yang terjadi, cobalah untuk memberikan sebuah sinyal ke rekan kerja Anda.

Anda bisa mengharapkan untuk seseorang bisa mengambil sebagian pekerjaan untuk meringankan beban Anda. Jika mereka tidak melakukannya, setidaknya Anda sudah memberikan peringatan kepada rekan kerja. Kalau semua kondisi tidak kunjung berubah, berarti waktunya Anda mencari pekerjaan baru.

Itulah cara yang bisa dilakukan untuk memberikan sinyal kepada atasan bahwa Anda kelebihan beban pekerjaan. Mengkomunikasikan hal ini membuat seluruh tim tetap bisa melakukan pekerjaan dengan nyaman dalam pengembangan bisnis.

Banner-Article-Feb-15.jpg
Cara Memulai Self Improvement yang Praktis di Tempat Kerja
31 May 2024

Perjalanan karier terkadang membuat seseorang merasa sulit atau kurang motivasi. Namun, hal ini biasanya juga memberikan dorongan untuk melakukan self improvement. Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk terus memahami situasi yang terjadi di tempat kerja.

Jika sudah memiliki prinsip hidup yang kokoh, seseorang cenderung tidak gentar di posisi sulit. Namun, diperlukan dukungan yang kuat pula untuk dapat mencapai posisi tersebut. Hal ini tidak hanya bisa dicapai dengan upaya sendiri, tapi juga dukungan lingkungan Anda.

Melakukan self improvement bisa mendorong seseorang untuk lebih termotivasi dan bahkan mampu menginspirasi diri sendiri dan orang di sekitarnya. Karena itulah, Anda dapat melakukan self improvement sebagai salah satu cara menemukan potensi diri.

Apa Itu Self Improvement?

Proses yang terjadi saat melakukan self improvement bukan hanya terjadi sebagai sebuah pencapaian ke titik akhir. Anda mungkin harus melalui beberapa tahap hingga akhirnya mencapai sebuah tujuan yang ingin direalisasikan sejak awal.

Self improvement adalah proses panjang yang melibatkan kesadaran diri, pembelajaran baru, dan bahkan penemuan atas potensi diri untuk beralih dari satu situasi ke situasi lain. Perlu diingat pula bahwa proses self improvement tidak terjadi secara instan, Anda mungkin perlu mengatasi ketakutan untuk bisa bergerak dan mengembangkan diri.

Meski tidak mudah, self improvement merupakan bagian penting dari hidup seseorang. Hal ini merupakan proses memahami segala situasi sebagai hal yang normal dan manusiawi.

Cara Melakukan Self Improvement

Saat bekerja, Anda tentu menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja sehingga banyak hal yang terjadi di sana. Agar bisa melalui prosesnya dengan baik, berikut ini cara melakukan self improvement di tempat kerja.

1. Fokus pada kekuatan Anda

Proses pengembangan diri sebaiknya tidak dipahami sebagai cara untuk menutupi kelemahan karena hal ini akan membuat prosesnya sulit. Anda harus melakukan self-improvement dengan tujuan mengembangkan bakat atau unggul dalam hal-hal yang disukai.

2. Declutter

Proses decluttering berarti melepaskan bagian-bagian diri dan lingkungan yang tidak lagi berguna bagi Anda. Saat melakukan decluttering, Anda memberikan ruang atas pengalaman baru. Hal ini akan berdampak pada kesadaran dan kebebasan atas pertumbuhan diri seseorang dan memungkinkan Anda untuk melihat arah yang ingin diambil.

3. Lakukan refleksi diri

Berikan pertanyaan-pertanyaan yang kritis atas diri Anda. Dapatkan insight yang berarti tentang cara menginspirasi orang lain. Pikirkan kesan yang ingin Anda buat di hadapan orang lain saat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Anda juga bisa mencari feedback yang konstruktif untuk dapat menanggapi orang lain dengan lebih baik. Hal ini membuat Anda berkembang dengan lebih cepat karena orang lain mengungkapkan sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh diri sendiri. Dari tahap itulah Anda bisa melakukan penyesuaian, lebih banyak bermimpi, dan melakukan achievement.

4. Bermitra dengan mentor

Temukan mentor atau teman yang bisa menjadi pendamping yang bertanggung jawab. Anda bisa mengandalkan mereka untuk memberikan dukungan agar tetap berada di jalur yang benar. Peran mereka dapat menjadi mekanisme kuat yang bisa membantu Anda bergerak maju dan mencapai hasil yang diinginkan dengan cara yang halus.

5. Mulailah dari yang kecil

Pencapaian seseorang dilakukan melalui langkah-langkah kecil dan konsisten. Meskipun memungkinkan, Anda tidak perlu melakukan lompatan besar sekaligus. Hal tersebut tidak selalu menjadi awal yang baik. Jika ragu, mulailah dari tindakan kecil untuk menghasilkan pencapaian demi pencapaian positif dimulai dari diri Anda sendiri.

6. Teruslah bergerak

Kesalahan terbesar yang sering kali dilakukan saat melakukan pengembangan diri adalah menyerah pada suatu proses. Jika Anda memilih untuk menantang diri Anda sendiri dan berkembang, pertahankan. Proses pembelajaran tidak hanya memerlukan masa stabil, tapi juga momen kesuksesan dan kegagalan.

7. Selalu ingin tahu

Rasa ingin tahu mendorong Anda untuk selalu mencari tahu lebih lanjut, mempertanyakan, dan merespons dengan bijaksana. Rasa ingin tahu muncul setiap kali Anda mengadopsi “beginner’s mind”. Anda mengatur ulang semua yang telah diketahui untuk melihat segala sesuatu seolah-olah untuk pertama kali agar bebas dari bias dan pengalaman sebelumnya.

Itulah cara yang bisa dilakukan untuk dapat memulai self improvement di tempat kerja. Proses ini harus dipahami sebagai rangkaian proses panjang untuk bisa mengembangkan kemampuan diri Anda agar tetap termotivasi di lingkungan kerja. Dengan begitu, Anda akan tetap merespons segala situasi dengan positif sekaligus menginspirasi orang lain.

22-Banner-Article-INERTIA.jpg
Inertia of a Young Leader
14 December 2023

“Untuk berhasil adalah untuk berkembang dan dihormati.”

Harapan adalah landasan dari semua tindakan. Ini mendorong seorang siswa sekolah dasar untuk begadang sepanjang malam sebelum hari ujian. Harapan mendorong seorang atlet untuk menunjukkan performa terbaiknya dalam kompetisi. Harapan juga mendorong para pemimpin bisnis untuk menerapkan perubahan penting, untuk mendorong perusahaan mereka maju tidak hanya dalam waktu krusial tetapi juga selama periode pertumbuhan berkelanjutan dan perubahan lanskap pasar yang terus berkembang. Harapan, memberikan panduan individu untuk melangkah maju.

Sebagai anggota masyarakat, harapan juga tidak terelakkan bagi generasi muda. Generasi muda ini membawa harapan dan ekspektasi untuk menjadi pemimpin berikutnya. Mereka dituntut untuk unggul dan berhasil dalam segala hal sejak mereka masih muda; untuk diprogram bahwa beban untuk menciptakan lingkungan dan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat, keluarga, dan diri mereka adalah beban yang harus mereka pikul. Proposisi ini tidak sepenuhnya salah karena harapan seperti itu adalah mantra yang membentuk individu menjadi kontributor proaktif untuk kemajuan masyarakat, keluarga, dan kesejahteraan pribadi mereka. Namun, bagi beberapa orang, harapan tersebut juga merupakan ancaman bagi generasi muda karena masalah dengan harapan adalah bahwa itu tidak datang sendirian tetapi dengan tindakan dan hasil. Hasil yang tidak selalu bisa diprediksi sepanjang waktu.

Ketidakpastian itu tampaknya lebih besar dari yang terlihat karena tekanan untuk unggul dapat menyebabkan kecemasan, membuat ketakutan akan membuat kesalahan menjadi sangat parah. Karena itu, beberapa orang mungkin menghindari mengambil tanggung jawab dan peluang yang lebih besar karena hal ini menghadapkan mereka pada risiko dianggap tidak kompeten.

Menerobos Inersia

Dari sudut pandang sumber daya manusia, fenomena seperti ini mengecewakan, karena seseorang dengan banyak potensi mungkin tetap stagnan karena ketakutan. Stagnasi ini tidak hanya merugikan organisasi dari kontribusi berharga yang dapat muncul dari potensi yang belum dimanfaatkan, tetapi juga menghambat pengembangan holistik dan pemenuhan individu dalam konteks profesional. Namun, fenomena seperti ini tidak terikat untuk selamanya. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan seseorang untuk menerobos inersia:

1. Tantang Pikiran Negatif.

Kenali dan hadapi pikiran negatif dan keraguan diri. Gantikan percakapan negatif tentang diri sendiri dengan afirmasi positif dan keyakinan konstruktif tentang kemampuan seseorang. Dengan secara proaktif mengatasi dan mentransformasi pola pikir negatif, individu dapat membentuk pola pikir yang lebih memberdayakan, meningkatkan rasa percaya diri, dan membuka potensi penuh mereka untuk kesuksesan pribadi dan profesional.

2. Kembangkan Pola Pikir Pertumbuhan.

Ambil tantangan sebagai peluang untuk pertumbuhan dan pembelajaran. Akui bahwa keterampilan dapat diasah melalui dedikasi dan usaha dari waktu ke waktu. Mengadopsi pendekatan ini tidak hanya meningkatkan perkembangan pribadi tetapi juga meningkatkan adaptabilitas, ketahanan, dan kapasitas untuk menavigasi tantangan profesional di masa depan dengan percaya diri dan kompeten.

3. Cari Mentor dan Dukungan.

Cari bimbingan dan nasihat dari mentor atau rekan yang berpengalaman sambil juga berbagi kekhawatiran dan tantangan dengan jaringan pendukung untuk mendapatkan sudut pandang berharga. Mengadopsi pendekatan kolaboratif ini tidak hanya memperkaya perkembangan pribadi tetapi juga memfasilitasi pertukaran wawasan yang dinamis, memupuk budaya pembelajaran berkelanjutan dan pertumbuhan profesional.

4. Ambil Langkah Nyata.

Dengan mengambil langkah nyata, seseorang dapat membangun momentum dan kepercayaan diri dalam kemampuan mereka untuk menangani tanggung jawab yang lebih besar. Setiap langkah yang selesai berfungsi sebagai bukti kompetensi Anda dan berkontribusi pada tujuan keseluruhan pertumbuhan profesional. Ingatlah bahwa kehidupan merupakan platform pembelajaran yang berkelanjutan bagi orang-orang untuk tumbuh.

 

Artikel oleh Arvica Salwa Fitriani Masrukin