Apa Itu Human-centered Design dan Prinsip-prinsipnya

04 December 2023

Saat menjalankan perencanaan proyek atau sebuah bisnis, Anda harus mampu untuk membuat barang atau jasa yang diterima oleh pasar. Dengan menciptakan solusi atas masalah konsumen, bisnis Anda akan mampu bertahan dan terus berkembang.

Agar mampu menciptakan nilai produk yang tepat dan sesuai kebutuhan pasar, riset bisnis harus dilakukan dengan baik. Anda harus melakukan identifikasi kebutuhan, memvalidasi ide, dan melibatkan calon konsumen dengan memanfaatkan human-centered design.

Apa Itu Human-centered Design?

Human-centered design adalah teknik pemecahan masalah yang menempatkan manusia sebagai pusat proses pengembangan. Cara ini memungkinkan Anda untuk menciptakan produk dan layanan yang sesuai dan disesuaikan dengan kebutuhan calon konsumen Anda.

Tujuan dari human-centered design mengutamakan keinginan, permasalahan, dan preferensi pengguna selama setiap fase proses. Hasilnya, Anda bisa membuat produk yang lebih intuitif dan mudah diakses untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.

Prinsip-prinsip Human-centered Design

Saat Anda berfokus pada aspek-aspek kemanusiaan, perluas cakupannya pada masyarakat untuk memahami human-centered design. Sistem sosial yang makin kompleks mendorong bisnis untuk tetap memiliki desain produk dengan implementasi prinsip-prinsip berikut.

1. Klarifikasi (clarify)

Tahap pertama perlu dimulai dengan mengumpulkan data dan mengamati konsumen untuk memperjelas masalah dan cara menyelesaikannya. Ketimbang hanya membuat produk berdasarkan asumsi, lakukan riset pengguna, buat penilaian kebutuhan konsumen untuk menentukan apa yang mereka inginkan.

Fase klarifikasi membutuhkan empati yaitu kemampuan memahami kondisi dan emosi orang lain. Anda perlu mempertimbangkan perspektif konsumen untuk merumuskan produk apa yang saat ini digunakan, alasan mereka memilihnya, dan cara menggunakannya, serta tantangan yang mereka coba selesaikan.

Selama fase ini, Anda akan mencoba menemukan titik kesulitan konsumen. Menurut Dean Datar, pada researchers peneliti perlu menggali pengalaman tersebut dengan mengamati, mendengarkan, dan mencobanya sendiri untuk mendapatkan titik-titik kelemahan yang mengarah pada inovasi transformatif.

Dengan setiap jawaban, manfaatkan insight untuk membuat pernyataan masalah dari sudut pandang pengguna Anda. Itulah yang akan Anda coba selesaikan pada fase berikutnya.

2. Ide

Inspirasi yang Anda kumpulkan di fase pertama akan membawa Anda ke fase kedua yaitu ide. Selama tahap ini, Anda dapat menerapkan cara berbeda seperti brainstorming untuk mengatasi ketetapan kognitif yaitu asumsi bahwa hanya ada satu cara menafsirkan situasi.

Mengatasi ketetapan kognitif ditujukan untuk dapat menghasilkan lusinan ide yang memperkuat kreativitas. Hal ini memastikan tidak ada seorang pun yang terikat pada solusi potensial sebelum solusi tersebut diuji.

3. Mengembangkan

Fase pengembangan adalah saat menggabungkan dan mengkritik ide-ide yang telah Anda curahkan untuk menciptakan beberapa kemungkinan solusi. Dengan menggabungkan dan mengevaluasi ide-ide, Anda dapat memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih baik.

Anda bisa menentukan apa yang ingin dilakukan dalam pembuatan prototype untuk mengurangi biaya, menghemat waktu, dan meningkatkan kualitas akhir produk Anda.

Tiga karakteristik desain yang berpusat pada manusia yang penting untuk dipertimbangkan ketika mengkritik ide adalah keinginan, kelayakan, dan kelangsungannya (viability). Saat mulai membuat prototype, Anda harus sudah menduga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini sehingga Anda dapat mempelajari lebih lanjut konsep Anda dengan efisien.

4. Implementasi

Tahap terakhir dari proses ini adalah implementasi. Pada tahap ini, komunikasikan nilai inovasi Anda kepada stakeholder internal dan eksternal, termasuk kolega dan konsumen. Hal ini penting agar berhasil memasarkannya, mengadopsi, dan mempertahankan pertumbuhan produknya.

Pada fase implementasi, luangkan waktu untuk merefleksikan budaya organisasi dan menilai dinamika kelompok. Tim Anda perlu diberdayakan untuk mengembangkan dan mengulangi solusi yang berfokus pada pengguna dalam budaya yang tepat.

Meski sudah sampai di fase akhir, ingatlah bahwa keinginan dan kebutuhan pelanggan akan terus berkembang. Anda perlu beradaptasi untuk menghadapinya. Seiring dengan terus berkembangnya kebutuhan tersebut, Anda tetap perlu berfokus pada kebutuhan manusia (human-centered) untuk berinovasi dan mencapai kesesuaian produk di pasar.

Saat menjalankan perencanaan proyek atau sebuah bisnis, Anda harus mampu untuk membuat barang atau jasa yang diterima oleh pasar. Dengan menciptakan solusi atas masalah konsumen, bisnis Anda akan mampu bertahan dan terus berkembang.

Agar mampu menciptakan nilai produk yang tepat dan sesuai kebutuhan pasar, riset bisnis harus dilakukan dengan baik. Anda harus melakukan identifikasi kebutuhan, memvalidasi ide, dan melibatkan calon konsumen dengan memanfaatkan human-centered design.

Apa Itu Human-centered Design?

Human-centered design adalah teknik pemecahan masalah yang menempatkan manusia sebagai pusat proses pengembangan. Cara ini memungkinkan Anda untuk menciptakan produk dan layanan yang sesuai dan disesuaikan dengan kebutuhan calon konsumen Anda.

Tujuan dari human-centered design mengutamakan keinginan, permasalahan, dan preferensi pengguna selama setiap fase proses. Hasilnya, Anda bisa membuat produk yang lebih intuitif dan mudah diakses untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.

Prinsip-prinsip Human-centered Design

Saat Anda berfokus pada aspek-aspek kemanusiaan, perluas cakupannya pada masyarakat untuk memahami human-centered design. Sistem sosial yang makin kompleks mendorong bisnis untuk tetap memiliki desain produk dengan implementasi prinsip-prinsip berikut.

1. Klarifikasi (clarify)

Tahap pertama perlu dimulai dengan mengumpulkan data dan mengamati konsumen untuk memperjelas masalah dan cara menyelesaikannya. Ketimbang hanya membuat produk berdasarkan asumsi, lakukan riset pengguna, buat penilaian kebutuhan konsumen untuk menentukan apa yang mereka inginkan.

Fase klarifikasi membutuhkan empati yaitu kemampuan memahami kondisi dan emosi orang lain. Anda perlu mempertimbangkan perspektif konsumen untuk merumuskan produk apa yang saat ini digunakan, alasan mereka memilihnya, dan cara menggunakannya, serta tantangan yang mereka coba selesaikan.

Selama fase ini, Anda akan mencoba menemukan titik kesulitan konsumen. Menurut Dean Datar, pada researchers peneliti perlu menggali pengalaman tersebut dengan mengamati, mendengarkan, dan mencobanya sendiri untuk mendapatkan titik-titik kelemahan yang mengarah pada inovasi transformatif.

Dengan setiap jawaban, manfaatkan insight untuk membuat pernyataan masalah dari sudut pandang pengguna Anda. Itulah yang akan Anda coba selesaikan pada fase berikutnya.

2. Ide

Inspirasi yang Anda kumpulkan di fase pertama akan membawa Anda ke fase kedua yaitu ide. Selama tahap ini, Anda dapat menerapkan cara berbeda seperti brainstorming untuk mengatasi ketetapan kognitif yaitu asumsi bahwa hanya ada satu cara menafsirkan situasi.

Mengatasi ketetapan kognitif ditujukan untuk dapat menghasilkan lusinan ide yang memperkuat kreativitas. Hal ini memastikan tidak ada seorang pun yang terikat pada solusi potensial sebelum solusi tersebut diuji.

3. Mengembangkan

Fase pengembangan adalah saat menggabungkan dan mengkritik ide-ide yang telah Anda curahkan untuk menciptakan beberapa kemungkinan solusi. Dengan menggabungkan dan mengevaluasi ide-ide, Anda dapat memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih baik.

Anda bisa menentukan apa yang ingin dilakukan dalam pembuatan prototype untuk mengurangi biaya, menghemat waktu, dan meningkatkan kualitas akhir produk Anda.

Tiga karakteristik desain yang berpusat pada manusia yang penting untuk dipertimbangkan ketika mengkritik ide adalah keinginan, kelayakan, dan kelangsungannya (viability). Saat mulai membuat prototype, Anda harus sudah menduga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini sehingga Anda dapat mempelajari lebih lanjut konsep Anda dengan efisien.

4. Implementasi

Tahap terakhir dari proses ini adalah implementasi. Pada tahap ini, komunikasikan nilai inovasi Anda kepada stakeholder internal dan eksternal, termasuk kolega dan konsumen. Hal ini penting agar berhasil memasarkannya, mengadopsi, dan mempertahankan pertumbuhan produknya.

Pada fase implementasi, luangkan waktu untuk merefleksikan budaya organisasi dan menilai dinamika kelompok. Tim Anda perlu diberdayakan untuk mengembangkan dan mengulangi solusi yang berfokus pada pengguna dalam budaya yang tepat.

Meski sudah sampai di fase akhir, ingatlah bahwa keinginan dan kebutuhan pelanggan akan terus berkembang. Anda perlu beradaptasi untuk menghadapinya. Seiring dengan terus berkembangnya kebutuhan tersebut, Anda tetap perlu berfokus pada kebutuhan manusia (human-centered) untuk berinovasi dan mencapai kesesuaian produk di pasar.

Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat, Jakarta 12430
Indonesia
Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat,
Jakarta 12430
Indonesia