Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Pengertian Design Thinking dan Pentingnya dalam Inovasi Bisnis

cover-artikel-putih.jpg

Inovasi dalam sebuah bisnis mutlak adanya. Dengan inovasi, bisnis akan terus relevan ketika perubahan terus terjadi. Untuk terus mendorong inovasi dalam sebuah bisnis, bisa menggunakan Design Thinking. Apa itu Design Thinking dan bagaimana perannya dalam sebuah inovasi? Mari kita bedah pengertian design thinking dan bagaimana implementasinya dalam sebuah bisnis. 

Awalnya Design Thinking hanya populer di kalangan desainer saja. Namun, ternyata Design Thinking ini bisa diterapkan di berbagai bidang baik untuk bidang kreatif maupun bisnis. Karena Design Thinking memiliki pendekatan berbasis pada sudut pandang manusia. 

Apa Itu Design Thinking?

Design Thinking adalah pendekatan untuk menyelesaikan masalah dan mendapatkan solusi terbaik secara kreatif yang berfokus pada manusia.

Merujuk pada definisi dari IDEO, Design Thinking adalah sebuah pendekatan berinovasi yang berpusat pada manusia dengan menggunakan perangkat kerja desainer untuk mengintegrasikan kebutuhan customer, kemungkinan teknologi, dan persyaratan untuk kesuksesan bisnis. Design Thinking ini mulai dipopulerkan oleh IDEO sejak tahun 1991.

Akhir-akhir ini Design Thinking menjadi sangat populer penggunaannya. Design Thinking menjadi salah satu kunci sukses perusahaan besar yang ada di dunia seperti Google, Toyota, Apple, dan masih banyak perusahaan besar lainnya.

Design Thinking menggabungkan pemikiran kreatif dan kritis. Meskipun diawali dengan kata "design," pendekatan ini tidak hanya mencakup aspek kreatif, tetapi juga aspek analitis.

Dengan Design Thinking, proses memecahkan masalah dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan intuitif dalam memahami akar masalah yang terjadi.

Lalu bagaimana Design Thinking dapat diimplementasikan dalam bisnis?

Setelah menggunakan kemampuan intuitif maka selanjutnya adalah menggunakan kemampuan rasional dan analitik. Karena bisnis tidak bisa berjalan hanya dengan modal perasaan. Perlu pemikiran yang rasional.

Apa Tujuan dari Design Thinking?

Tujuan utama dari Design Thinking adalah memberikan solusi dari sebuah permasalahan yang dihadapi oleh manusia.

Namun, karena penggunaan Design Thinking ini telah sampai pada tingkat bisnis dan perusahaan maka beragam harapan dan tujuan pun sangat diharapkan dari implementasi Design Thinking ini.

Adapun tujuan Design Thinking yang biasa perusahaan harapkan adalah sebagai berikut:

  1. Menghasilkan produk/layanan baru yang bisa relevan dengan pasar dan menjawab permasalahan target pasar.

  2. Membantu mengembangkan kemampuan praktis dan inovatif tim untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam perusahaan.

Apakah Fokus Utama dari Design Thinking?

Design Thinking ini memiliki fokus yang berbeda dengan pendekatan inovasi lainnya.

Pendekatan inovasi lainnya ada yang technology-based dan competitor-based. Sedangkan Design Thinking ini termasuk pendekatan inovasi yang customer-centric. Fokus utama dari Design Thinking adalah fokus untuk mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah dengan solusi yang berpusat pada manusia. Sehingga solusi yang dihasilkan kemudian adalah solusi yang benar-benar dibutuhkan oleh manusia.

Bagaimana Cara Kerja Design Thinking?

Secara sederhana Design Thinking menggabungkan sudut pandang manusia dengan teknologi apa yang layak dan model bisnis yang tepat juga.

Bila divisualisasikan maka Design Thinking berada ditengah arsiran antara Desirability, Viability, dan Feasibility.

Desirability: Apa yang dibutuhkan oleh orang?

Feasibility: Apa yang secara teknis mungkin terjadi di masa depan?

Viability: Apa yang mungkin bisa dijadikan model bisnis yang berkelanjutan?

5 Tahapan Design Thinking

Lantas bagaimana sebenarnya cara berpikir menggunakan Design Thinking ini?

Design Thinking membantu Anda untuk mengubah ide atau pikiran yang masih abstrak menjadi implementasi yang konkret. Ide-ide yang berasal dari tim bisnis Anda akan lebih terstruktur dan terorganisasi hingga menghasilkan inovasi produk dan layanan. 

Lantas apa saja langkah yang perlu dilakukan untuk menggunakan Design Thinking?

Dalam Design Thinking Model Stanford ada lima tahapan yang perlu dilalui yakni empathize, define, ideate, prototype, dan test.

1. Empathize

Setiap terjadi sebuah masalah atau permasalahan,  perlu diidentifikasi apa yang sebenarnya terjadi atau apa akar utama sebuah permasalahan. 

Untuk bisa menemukan akar utama permasalahan maka kita perlu menggunakan kemampuan nurani kita dengan berempati.

Empati juga menjadi awal yang penting untuk menciptakan inovasi yang berarti. Karena hal terpenting dari inovasi adalah seberapa kita mengetahui tentang pengguna produk kita dan kehidupannya.

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan atau pengalaman orang lain seolah-olah kita mengalaminya sendiri.

Lantas apa yang perlu dilakukan dalam tahap empati ini. Anda bisa melakukan hal berikut:

  1. Wawancara
  2. Shadowing, metode untuk mengungkapkan bagaimana orang yang diamati berperilaku dalam konteks tertentu dan bagaimana dia mengalami situasi tersebut.

Dari cara diatas, wawancara menjadi cara yang paling efektif untuk menggali permasalahan dari konsumen kita. Sedangkan shadowing efektif untuk melihat kebutuhan atau potensi yang tak dikenali oleh konsumen kita.

Hal yang perlu diingat adalah ketika berempati dengan masalah pengguna, jangan mencoba untuk menghakimi, cobalah untuk memunculkan rasa ingin tahu yang tinggi, berpikiran terbuka, optimis, dan saling menghargai.

2. Define

Setelah menggali apa yang sebenarnya konsumen kita keluhkan dan butuhkan, langkah selanjutnya adalah mendefinisikan apa yang sedang terjadi.

Terkadang pengguna sadar bahwa ia mengalami kendala dalam melakukan hal tertentu, tapi mereka tidak bisa memberi nama apa masalah yang sedang terjadi tersebut.

Dalam tahapan ini penting untuk mendefinisikan kebutuhan konsumen. Hal terpenting dalam tahap define adalah membingkai masalah yang dihadapi oleh konsumen dengan tepat untuk menghasilkan solusi yang terbaik.

Contoh kasus misalkan sebuah perusahaan e-commerce ingin meningkatkan pengalaman pengguna dalam proses checkout yang sering kali ditinggalkan oleh pelanggan sebelum menyelesaikan pembelian.

Setelah melakukan observasi dan wawancara, ditemukanlah masalah utamanya yakni banyak pengguna yang merasa proses checkout terlalu panjang dan rumit.

Akar masalah utama telah ditemukan, selanjutnya masalah tersebut perlu didefinisikan. Proses pendefinisian ini seperti proses perumusan masalah dalam sebuah karya ilmiah. Dari contoh kasus tersebut, masalah tersebut didefinisikan dalam sebuah pertanyaan berikut ini:

"Bagaimana cara menyederhanakan proses checkout agar pelanggan merasa lebih mudah dan cepat dalam menyelesaikan pembelian?"

Dengan tahap define yang tepat, tim dapat memastikan bahwa semua solusi yang dihasilkan benar-benar berfokus pada masalah yang relevan bagi pengguna.

3. Ideate

Setelah Anda bisa mendefinisikan masalah dengan jelas dan tepat maka ini saatnya untuk bereksplorasi dengan mengeluarkan ide-ide cemerlang dan brilian.

Namun, hal yang perlu diingat adalah dalam tahapan ideate ini bukan tentang ide yang tepat saja, tapi proses menghasilkan banyak ide solusi dan kemungkinan sebanyak mungkin.

Hal terpenting dalam tahapan ideate ini adalah menciptakan, menghasilkan, atau memunculkan ide berdasarkan perspektif yang tepat.

Hasil yang diharapkan dari tahapan ideate ini adalah mendapatkan sebanyak mungkin ide yang dapat menjawab kebutuhan, ketakutan, masalah dari target pengguna kita.

Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan dalam menggali ide yakni:

  1. Riset
  2. Brainstorm
  3. Berdiskusi

Ada cara mudah untuk menghasilkan ide solusi sebanyak mungkin dengan formula "How Might We". Pertanyakan segala kemungkinan dengan "How Might We."

  • How: Asumsikan bahwa terdapat solusi dari setiap tantangan/permasalahan.
  • Might: Tidak masalah apabila ternyata tidak ada solusinya
  • We: Sesuatu yang kita anggap bisa  dicapai.

4. Prototype

Ide-ide solusi telah didapatkan, kini saatnya membuat prototype dari ide Anda untuk mewujudkannya menjadi hal yang konkret dari ide yang masih abstrak.

Tujuan dari tahapan prototype ini adalah untuk memastikan bahwa produk/layanan/solusi yang dibuat sesuai dengan target konsumen.

Selain itu, tujuan lainnya adalah merencanakan nantinya produk/layanan/solusi ini mendapatkan umpan balik yang positif dari pengguna.

Dalam membuat prototype ini, Anda tidak perlu menunggu sempurna sampai segala fiturnya terlengkapi. Anda bisa membuat prototype versi minimumnya atau yang biasa disebut dengan Minimum Viable Product (MVP).

5. Test

Setelah prototype sudah dibuat, untuk mengetahui efektivitas dari prototype tersebut maka perlu untuk diujikan langsung pada calon konsumen. 

Inilah tahapan dimana Anda bisa menguji hipotesa yang Anda buat dan tuangkan dalam bentuk prototype, menguji empati Anda, dan siap-siap mendapatkan umpan balik dari konsumen produk Anda.

Ujilah dan ukur pengalaman pengguna dalam kaitannya dengan customer journey.

Tahapan ini juga penting untuk memahami solusi yang telah Anda buat dan kebutuhan konsumen Anda.

Apa Kelebihan dari Design Thinking?

Manfaat Design Thinking tidak hanya dirasakan oleh bisnis dan perusahaani, tapi juga individu. Berikut kelebihan Design Thinking yang dirasakan oleh setiap individu dalam sebuah organisasi:

  1. Membuat Anda bisa berpikir out of the box.
  2. Membuat Anda mendobrak batasan pikiran yang Anda buat sendiri.
  3. Mengasah cara Anda berpikir secara kritis dan kreatif.

Sedangkan inilah kelebihan Design Thinking dari sisi bisnis:

  1. Memahami masalah konsumen secara mendalam
  2. Menurunkan risiko kegagalan ide solusi karena sudah dilakukan uji coba
  3. Ide solusi yang terkumpul datang dari berbagai pihak.
  4. Adanya iterasi prototype sehingga ide solusi dapat diadopsi dengan cepat.
  5. Meningkatkan kolaborasi yang lebih baik.

Apa Kelemahan dari Design Thinking?

Dibalik ketenarannya, ada berbagai kritik yang menandai adanya kelemahan dari Design Thinking. Berikut ini beberapa kelemahan Design Thinking:

  1. Proses Design Thinking yang terlalu terstruktur dianggap oleh para desainer membatasi cara berpikir kreatif.
  2. Design Thinking dijadikan glorifikasi dua hari workshop yang menuntaskan segala permasalahan perusahaan. Padahal tidak seperti itu, Anda tetap perlu beriterasi bahkan setelah workshop berakhir.
  3. Bila gagal memaknai atau mendefinisikan masalah pengguna maka ancaman gagal pun akan ada di depan mata.

Apa Hubungan Design Thinking dengan Bisnis?

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat dalam Intelectual Economic tahun 2016, Design Thinking memiliki hubungan erat dengan bisnis yakni sebagai alat yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan untuk mengenali pendorong baru dalam berinovasi sesuai pemikiran desain.

Selain itu, hubungan dengan bisnis lainnya adalah untuk memastikan bahwa bisnis Anda akan terus menghasilkan nilai yang bermanfaat bagi pengguna. Bisnis terus memberikan inovasi yang bernilai bagi konsumen. 

Dengan tujuan utamanya adalah agar bisnis Anda tetap bertahan dalam situasi yang semakin kompetitif dan penuh ketidakpastian.

Kapan Anda Perlu Menggunakan Design Thinking?

Waktu yang tepat untuk menggunakan Design Thinking adalah ketika Anda menemukan masalah kompleks dalam bisnis yang berkaitan dengan manusia.

Atau ketika Anda ingin berinovasi dengan mengembangkan produk baru dalam jangka waktu yang lebih cepat.

Waktu yang tepat untuk menggunakan Design Thinking adalah ketika:

  1. Menghadapi masalah kompleks yang tidak memiliki solusi jelas.
  2. Membutuhkan pemahaman mendalam tentang pengguna.
  3. Ingin menciptakan solusi yang berfokus pada pengguna.
  4. Berada dalam lingkungan yang cepat berubah. 
  5. Memerlukan kolaborasi lintas disiplin. 

Apakah Perusahaan Anda Sudah Mulai Menerapkan Design Thinking?

Keberadaan Design Thinking menjadi penting untuk mengembangkan inovasi produk dari sebuah bisnis. Inovasi membuat bisnis tetap relevan, asal inovasi yang dilakukan berlandaskan kebutuhan konsumen. 

Apakah Anda ingin belajar dan mengimplementasikan Design Thinking untuk perusahaan Anda? Prasmul-Eli menyediakan pelatihan Design Thinking secara on-site untuk Anda dan tim agar mampu mendorong inovasi bisnis dalam sebuah perusahaan. Anda akan belajar didampingi oleh para professional coach. Pelatihan Design Thinking dari Prasmul-Eli pun sudah tersertifikasi ISO 9001:2015. 

Apakah perusahaan Anda sudah siap berinovasi menggunakan Design Thinking?

ARTIKEL TERKAIT