ESG (Environmental Social, and Governance) menjadi cukup populer dalam operasional perusahaan sejak 2005, mengalahkan popularitas dari istilah CSR (corporate social responsibility).
Banyak bisnis dan perusahaan yang menerapkan ESG dalam implementasi praktik bisnis mereka dan bagian tujuan perusahaan.
Hal ini terbukti dari Sustainability reporting in focus dari G&A Institute tahun 2021 yang menyebutkan bahwa lebih dari 90% perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham S&P 500(Standard & Poor's 500) di Amerika Serikat telah mempublikasikan laporan ESG dalam berbagai format.
Pasca COVID-19, sebuah observasi yang dilakukan oleh Centre for Corporate Reputation Oxford University, menemukan bahwa perusahaan-perusahaan ketika pasar bursa saham kolaps, perusahaan-perusahaan di Nasdaq yang memiliki jejak implementasi ESG yang kuat bisa lebih unggul dibanding perusahaan yang jejak ESG-nya rendah.
Menerapkan ESG dalam bisnis bukan lagi sekadar mengikuti tren semata, namun sebagai tanggung jawab sosial, kepedulian pada lingkungan, dan konservasi sumber daya alam.
Dunia bisnis saat ini tidak bisa hanya fokus mengejar finansial semata. Perlu seimbang antara aspek lingkungan dan sosial dengan tujuan profit yang dikejar.
Dengan memahami ESG, perusahaan tidak hanya menyeimbangkan proses bisnisnya, tapi juga mampu mengidentifikasi hingga mitigasi risiko bisnis.
Untuk itu, artikel ini akan membahas tentang apa itu ESG dan bagaimana peran ESG dalam mitigasi risiko bisnis.
Environmental Social and Governance (ESG) adalah sebuah kerangka bisnis yang digunakan sebagai paramater dalam operasional perusahaan yang berfokus pada dampak lingkungan dan sosial.
ESG memiliki kaitan erat dengan keberlanjutan dan bisnis jangka panjang. Isu tentang keberlanjutan menjadi perhatian banyak pihak. Fokus pada nilai keberlanjutan bukan hanya opsi tapi sudah menjadi hal yang esensial bagi bisnis.
Di Indonesia sendiri, OJK telah merilis mandat peraturan bagi perusahaan swasta, perusahaan yang terdaftar beroperasi di Indonesia, dan perusahaan keuangan untuk menyerahkan sustainability report melalui Peraturan OJK Nomor 51/POJK.03/2017.
ESG memiliki tiga komponen utama yang berguna untuk mengukur aspek keberlanjutan, dampak sosial serta tata kelola dari sebuah perusahaan.
Tiga komponen utama dalam ESG adalah environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola)
Implementasi ESG yang tepat bisa mendorong kinerja perusahaan yang berujung pada meningkatnya profit perusahaan hingga bisa mitigasi risiko.
Berikut ini adalah tiga komponen utama dari ESG
Fokus pada bagaimana perusahaan beroperasi memberi dampak pada lingkungan. Ini mencakup isu-isu seperti pengelolaan emisi karbon, penggunaan energi terbarukan, keberlanjutan sumber daya alam, pengelolaan limbah, dan dampak lainnya terhadap ekosistem.
Komponen sosial ini mengukur bagaimana perusahaan memperlakukan pemangku kepentingan sosialnya. Ini meliputi hak asasi manusia, kondisi kerja, keterlibatan komunitas, keanekaragaman dan inklusi, serta hubungan perusahaan dengan konsumen dan masyarakat.
Berfokus pada bagaimana perusahaan dikelola dan diawasi. Ini mencakup transparansi dalam pengambilan keputusan, struktur kepemimpinan, pengelolaan risiko, perlindungan pemegang saham minoritas, serta etika dalam menjalankan bisnis.
Seiring meningkatnya perhatian terhadap keberlanjutan dan investasi yang bertanggung jawab, ESG telah menjadi faktor yang semakin penting dalam pengambilan keputusan investasi dan strategi bisnis di seluruh dunia.
Apa saja yang menjadi indikator untuk mengukur suksesnya penerapan ESG? Indikator berikut ini menjadi ketentuan untuk merencanakan bisnis yang berkelanjutan.
Berikut indikator ESG yang sering perusahaan terapkan.
Indikator lingkungan meliputi bagaimana dampak operasional dari hulu ke hilir memberi dampak pada lingkungan. Indikatornya meliputi beberapa hal berikut:
Indikator yang diukur dalam aspek sosial tidak hanya pada sumber daya manusia yang ada dalam internal perusahaan, tapi juga eksternal perusahaan. Berikut ini indikator sosial yang bisa menjadi parameter:
Tata kelola yang transparan dan efektif menjadi parameter untuk operasional perusahaan yang memiliki dampak positif. Berikut beberapa indikator terkait tata kelola organisasi:
Berinvestasi pada penerapan ESG (Environmental, Social, and Governance) dalam perusahaan bukan hanya soal memenuhi tuntutan sosial dan regulasi, tetapi juga merupakan langkah strategis yang dapat meningkatkan kinerja finansial dan daya saing jangka panjang.
Berikut ini beberapa manfaat yang perusahaan dapat dengan menerapkan ESG:
ESG dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko yang berhubungan dengan faktor eksternal, yang mungkin tidak tercermin dalam analisis finansial tradisional.
Dalam wawancara McKinsey dengan mantan CFO UPS menyatakan bahwa mengadopsi kerangka kerja seperti Sustainability Accounting Standards Board (SASB) membantu perusahaan mengukur, mengelola, dan mengungkapkan risiko ESG yang material. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi potensi risiko lebih awal dan mengambil langkah mitigasi yang tepat.
Dengan melibatkan prinsip-prinsip ESG, perusahaan dapat mengurangi potensi risiko yang berasal dari:
Perubahan iklim, regulasi lingkungan yang lebih ketat, dan potensi kerusakan ekosistem dapat mengancam operasi perusahaan. Perusahaan yang proaktif dalam mengurangi emisi karbon dan mengadopsi praktik bisnis ramah lingkungan dapat lebih siap menghadapi tantangan ini dan mengurangi risiko yang terkait dengan kerusakan reputasi dan kepatuhan hukum.
Isu sosial seperti ketidakadilan tenaga kerja, hak asasi manusia, dan keberagaman dalam perusahaan dapat menimbulkan risiko litigasi atau reputasi. Integrasi prinsip sosial dalam ESG, seperti memastikan lingkungan kerja yang adil dan mendukung keragaman, membantu memitigasi potensi konflik sosial atau ketidakpuasan pelanggan dan karyawan.
Praktik tata kelola yang buruk, seperti kurangnya transparansi dan pengawasan, dapat meningkatkan risiko penipuan, korupsi, atau kesalahan pengambilan keputusan. Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang kuat dan transparan memiliki ketahanan yang lebih besar terhadap risiko hukum dan reputasi yang dapat muncul dari kesalahan pengelolaan.
Dengan secara aktif mengelola dan memitigasi risiko ESG, perusahaan tidak hanya memperbaiki ketahanan mereka terhadap masalah eksternal, tetapi juga menciptakan peluang untuk pertumbuhan jangka panjang.
Manajemen risiko yang efektif melalui penerapan ESG menawarkan berbagai manfaat langsung dan tidak langsung bagi perusahaan, yang mencakup:
Integrasi ESG dalam manajemen risiko melibatkan beberapa langkah strategis, seperti berikut ini:
Identifikasi isu-isu ESG yang relevan dan material bagi perusahaan Anda. Isu material ini adalah faktor-faktor yang memiliki dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan pemangku kepentingan (investor, konsumen, regulator, dll).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam identifikasi isu material ESG antara lain:
Setelah mengidentifikasi isu material, langkah berikutnya adalah menilai potensi risiko ESG yang bisa mempengaruhi perusahaan. Ini adalah langkah yang sangat penting untuk memahami dampak yang mungkin timbul dari setiap isu ESG yang teridentifikasi.
Melalui penilaian risiko ini, perusahaan dapat memahami dampak dan probabilitas risiko yang mungkin muncul dari isu-isu ESG yang ada, serta cara untuk menilai seberapa besar pengaruhnya terhadap keberlanjutan dan reputasi perusahaan.
Setelah menilai risiko ESG, langkah selanjutnya adalah mengembangkan strategi untuk mengurangi atau menghindari risiko tersebut. Strategi mitigasi ini harus mencakup langkah-langkah konkret yang bisa diambil perusahaan untuk mengurangi dampak negatif dari isu-isu ESG yang teridentifikasi.
Strategi ini harus disesuaikan dengan prioritas bisnis perusahaan dan dapat melibatkan perubahan dalam proses operasional, kebijakan internal, serta pelatihan untuk karyawan dan manajemen.
Langkah terakhir adalah memantau dan melaporkan kemajuan implementasi ESG dalam mitigasi risiko. Ini penting untuk memastikan bahwa perusahaan tetap berada di jalur yang benar dalam upaya mitigasi risiko ESG dan dapat mengevaluasi seberapa efektif strategi yang diterapkan.
Proses pemantauan dan pelaporan ini juga akan membantu perusahaan untuk membuat penyesuaian lebih lanjut pada strategi mitigasi yang telah diterapkan jika diperlukan.
Pada tahun 2024, London Stock Exchange Group (LSEG) merilis daftar 50 perusahaan Indonesia dengan skor ESG terbaik.
Penilaian dilakukan dengan kombinasi kualitatif dan kuantitatif untuk menjaga keakuratan dan konsistensi data.
Dalam skala 1-100 berikut ini skor ESG yang didapatkan oleh 10 perusahaan besar Indonesia yang masuk dalam daftar 50 perusahaan Indonesia dengan skor ESG terbaik:
Manajemen risiko tidak hanya berpatokan pada laporan keuangan. Namun, sekarang bisa dilihat dari parameter ESG. Sehingga risiko bisnis yang terlihat bisa lebih luas lagi.
Dengan mampu mengidentifikasi dan mitigasi risiko bisnis, hal ini mencegah kerugian yang lebih mendalam. Bahkan bisa mengidentifikasi peluang yang ada dari setiap risiko.
Perusahaan yang mengelola risiko ESG dengan baik dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap krisis, memperoleh keuntungan kompetitif, dan menarik lebih banyak investor dan pelanggan yang peduli dengan keberlanjutan.
Apakah perusahaan Anda sudah mulai mengintegrasikan ESG dalam strategi bisnis?
Workshop ESG in Action: From Plan to Impact dari prasmul-eli bisa menjadi landasan utama untuk menyamakan pemahaman tentang penerapan ESG dalam strategi bisnis.
Mari mitigasi risiko bisnis untuk peluang yang lebih baik.