ESG Framework kini bukan sekadar jargon dalam dunia bisnis modern yang mana telah menjadi kompas strategis bagi perusahaan yang ingin tetap relevan di era transparansi dan keberlanjutan.
Laporan PwC tahun 2023 mengungkap bahwa lebih dari 76% investor global mempertimbangkan kinerja keberlanjutan (ESG) sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan investasi.
Sementara itu, Bloomberg Intelligence memproyeksikan bahwa nilai aset global berbasis ESG akan menyentuh angka USD 53 triliun pada tahun 2025, mencakup lebih dari sepertiga total aset global.
Angka-angka ini mencerminkan pergeseran besar dalam paradigma bisnis: tidak cukup hanya mencetak keuntungan, perusahaan kini dituntut untuk membuktikan dampak sosial dan lingkungan yang positif.
Di tengah tekanan regulasi dan harapan pasar yang terus berkembang, memahami apa itu ESG Framework bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan strategis.
ESG sendiri merupakan singkatan dari Environmental, Social, dan Governance, yakni tiga pilar utama yang membentuk fondasi keberlanjutan sebuah perusahaan.
Framework ini berfungsi sebagai panduan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan melaporkan isu-isu keberlanjutan secara terstruktur dan transparan.
Dengan menerapkan ESG Framework yang tepat, perusahaan tak hanya memperkuat reputasi dan loyalitas stakeholder, tetapi juga meningkatkan ketahanan bisnis dalam menghadapi risiko jangka panjang.
Di sinilah ESG Framework berperan bukan hanya sebagai alat pelaporan, melainkan sebagai poros transformasi bisnis masa depan.
Apa Itu ESG Framework?
Dalam dunia bisnis yang semakin terdorong oleh transparansi dan keberlanjutan, ESG Framework kini menjadi standar baru yang tidak bisa diabaikan.
Laporan dari PwC (2023) menunjukkan bahwa lebih dari 76% investor global menilai kinerja keberlanjutan (ESG) sebagai faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi mereka.
Bahkan, Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa aset global berbasis ESG akan mencapai USD 53 triliun pada 2025, atau lebih dari sepertiga total aset global.
Angka ini menggambarkan perubahan besar dalam lanskap bisnis, di mana perusahaan tak hanya dituntut mencetak laba, tetapi juga membuktikan tanggung jawab sosial dan lingkungan secara konkret.
Inilah mengapa memahami ESG Framework bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan strategis.
ESG adalah akronim dari tiga pilar utama: Environmental (Lingkungan), Social (Sosial), dan Governance (Tata Kelola).
Ketiganya mencerminkan tanggung jawab perusahaan di luar aspek keuangan tradisional. Pilar Environmental menyoroti isu seperti emisi karbon, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah.
Sementara itu, aspek Social mencakup hak pekerja, keanekaragaman tenaga kerja, hingga dampak sosial di komunitas sekitar.
Terakhir, pilar Governance mengacu pada tata kelola perusahaan yang transparan dan etis, termasuk struktur dewan direksi, audit, dan manajemen risiko.
Mengelola ketiga aspek ini secara komprehensif memberikan Anda gambaran utuh tentang bagaimana perusahaan berdampak pada lingkungan dan masyarakat, sekaligus bagaimana perusahaan dijalankan.
ESG bukan hanya tentang citra, tetapi tentang menciptakan nilai yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Ini juga menjadi alat bantu penting untuk membangun kepercayaan dengan investor, pelanggan, hingga regulator.
Secara sederhana, ESG Framework adalah kerangka kerja yang membantu Anda mengidentifikasi, mengukur, mengelola, dan melaporkan isu-isu keberlanjutan.
Dengan framework ini, perusahaan memiliki peta jalan yang jelas tentang bagaimana menghadapi risiko non-keuangan yang kian relevan di tengah perubahan iklim, disrupsi sosial, dan tuntutan akan tata kelola yang transparan.
Framework ini juga mengintegrasikan ESG ke dalam strategi perusahaan. Bukan hanya soal pelaporan tahunan atau memenuhi regulasi, tetapi sebagai bagian dari pengambilan keputusan strategis.
Perusahaan yang menerapkan ESG Framework secara serius biasanya mampu membaca arah tren pasar lebih cepat, merespons ekspektasi stakeholder lebih tepat, dan meningkatkan ketahanan bisnis dalam jangka panjang.
Seiring dengan meningkatnya tuntutan global terhadap transparansi dan keberlanjutan, ESG Framework tak lagi hanya dilihat sebagai pelengkap pelaporan, melainkan sebagai tulang punggung dalam strategi bisnis.
Laporan Deloitte (2024) menekankan bahwa perusahaan yang mengintegrasikan ESG ke dalam inti bisnisnya memiliki peluang 2,6 kali lebih besar untuk mempertahankan keunggulan kompetitif jangka panjang.
Bahkan, menurut McKinsey, perusahaan dengan inisiatif ESG yang matang cenderung mengalami peningkatan valuasi pasar sebesar 10–20%. Angka-angka ini tidak sekadar menggambarkan tren, tetapi perubahan paradigma bisnis yang menuntut perusahaan untuk tidak hanya menghasilkan keuntungan, tapi juga memberikan dampak positif.
Lalu, apa saja sebenarnya fungsi utama dari ESG Framework dan bagaimana penerapannya dapat memperkuat posisi bisnis Anda?
ESG Framework membantu Anda untuk mengkuantifikasi berbagai risiko dan peluang non-keuangan, yang sebelumnya sulit diukur.
Contohnya, jejak karbon, kualitas hubungan dengan komunitas lokal, hingga praktik kerja yang adil.
Semua ini memiliki pengaruh nyata terhadap reputasi dan performa jangka panjang perusahaan.
Dengan pendekatan berbasis data, ESG membantu perusahaan membuat keputusan yang lebih tepat.
Anda tidak lagi hanya mengandalkan intuisi atau narasi korporat, tetapi berdasarkan angka dan indikator yang dapat diaudit dan dilaporkan secara terbuka.
ESG bukan hanya laporan tambahan; ia adalah bagian dari strategi bisnis itu sendiri. Dengan ESG Framework, Anda bisa memastikan bahwa pertumbuhan bisnis tetap selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan, tanpa mengorbankan profitabilitas.
Contohnya, perusahaan dapat mengarahkan investasi ke teknologi rendah karbon, atau meningkatkan keterlibatan karyawan lewat program sosial yang relevan.
Semua inisiatif ini bukan hanya meningkatkan loyalitas pelanggan dan karyawan, tapi juga mengurangi risiko jangka panjang.
Kepercayaan adalah mata uang baru dalam dunia bisnis. ESG Framework memungkinkan Anda membangun komunikasi yang terstruktur dan kredibel dengan stakeholder seperti investor, regulator, pelanggan, dan masyarakat umum.
Dengan menyampaikan laporan ESG secara rutin dan berdasarkan framework yang diakui global, Anda memperkuat posisi perusahaan sebagai entitas yang bertanggung jawab.
Hal ini akan meningkatkan daya tarik bagi investor institusional dan memudahkan proses kepatuhan terhadap regulasi yang kian ketat, seperti EU CSRD atau peraturan OJK terkait keberlanjutan.
Saat ini, konsumen dan investor tak hanya melihat angka profit, tapi juga bagaimana bisnis berkontribusi pada lingkungan dan sosial.
ESG Framework menjadi alat bantu untuk menyelaraskan tujuan perusahaan Anda dengan nilai-nilai yang dipegang oleh pasar dan generasi masa depan.
Dengan menyusun strategi berdasarkan ESG, Anda menunjukkan bahwa perusahaan siap menjawab tantangan masa depan dan memimpin perubahan positif.
Ini bukan sekadar tren, melainkan investasi dalam daya tahan dan relevansi bisnis Anda di masa yang akan datang.
Dengan semakin meningkatnya regulasi dan perhatian global terhadap keberlanjutan, perusahaan dituntut untuk melaporkan performa ESG mereka secara lebih sistematis dan terstandarisasi.
Menurut KPMG Survey of Sustainability Reporting 2022, lebih dari 96% perusahaan besar di 250 perusahaan global (G250) telah menerbitkan laporan keberlanjutan, dan sebagian besar menggunakan satu atau lebih ESG Framework untuk mengarahkan isi laporan mereka.
Kerangka kerja ini tidak hanya berfungsi sebagai panduan teknis, tetapi juga menjadi alat strategis untuk membangun kepercayaan dengan investor, pelanggan, dan regulator.
Memahami berbagai framework yang ada akan membantu Anda memilih pendekatan pelaporan yang paling relevan dengan model bisnis dan industri Anda.
GRI adalah framework ESG paling umum digunakan di seluruh dunia, terutama untuk pelaporan kepada publik dan berbagai kelompok stakeholder.
Framework ini menekankan pada pengungkapan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan secara menyeluruh.
GRI bersifat modular dan dapat disesuaikan, menjadikannya sangat fleksibel bagi berbagai sektor dan skala perusahaan.
Kelebihan GRI terletak pada kemampuannya untuk memberikan transparansi penuh terhadap berbagai isu ESG secara lintas industri.
Jika perusahaan Anda ingin membangun reputasi sebagai entitas yang akuntabel dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, GRI adalah pilihan tepat.
Banyak perusahaan multinasional dan bahkan institusi pemerintah menjadikan GRI sebagai standar utama dalam pelaporan ESG mereka.
Tidak seperti GRI yang bersifat lintas sektor, SASB menyediakan panduan pelaporan ESG yang disesuaikan dengan industri tertentu.
Framework ini dirancang untuk membantu perusahaan mengkomunikasikan informasi ESG yang paling relevan bagi investor dan pemangku kepentingan keuangan.
Fokus utama SASB adalah pada aspek ESG yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan jangka panjang.
Bagi perusahaan yang berorientasi pada pasar modal dan ingin menjaga kepercayaan investor, SASB bisa menjadi kerangka kerja pelaporan yang strategis.
SASB telah mengidentifikasi lebih dari 70 sektor industri dan menyediakan metrik spesifik yang memungkinkan pelaporan ESG lebih terukur dan sesuai konteks bisnis.
Ini akan membantu Anda menunjukkan bahwa inisiatif keberlanjutan Anda bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga bagian dari strategi pertumbuhan.
Dibentuk oleh Dewan Stabilitas Keuangan (Financial Stability Board), TCFD mendorong perusahaan untuk mengungkapkan risiko dan peluang terkait iklim yang dapat memengaruhi kondisi keuangan mereka.
TCFD sangat relevan dalam konteks perubahan iklim global dan menjadi framework yang direkomendasikan oleh banyak regulator, termasuk di kawasan Asia Tenggara dan Uni Eropa.
TCFD membantu perusahaan mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko iklim, baik fisik maupun transisi, sehingga menjadi lebih siap terhadap perubahan kebijakan atau bencana lingkungan.
Jika Anda beroperasi di sektor dengan paparan tinggi terhadap perubahan iklim seperti energi, agrikultur, atau manufaktur, pelaporan TCFD bisa menjadi langkah strategis untuk mitigasi risiko dan peningkatan nilai jangka panjang.
CDP merupakan organisasi nirlaba yang menjalankan sistem pelaporan global terkait dampak lingkungan, khususnya yang berfokus pada emisi karbon, air, dan hutan.
Framework ini digunakan oleh ribuan perusahaan dan kota di seluruh dunia untuk mengukur dan mengungkapkan data iklim mereka kepada publik dan investor.
Keunggulan CDP adalah kemampuannya untuk membangun benchmark lingkungan global. Laporan yang disusun dengan CDP memudahkan perusahaan dalam mendapatkan skor kinerja iklim yang diakui secara internasional.
Jika Anda sedang menargetkan net-zero emission atau ingin meningkatkan nilai brand Anda sebagai perusahaan ramah lingkungan, CDP adalah framework yang tepat untuk mendukung perjalanan tersebut.
Framework menggabungkan pelaporan keuangan dan non-keuangan dalam satu dokumen strategis.
Tujuan utamanya adalah untuk menyajikan gambaran utuh tentang bagaimana strategi, tata kelola, kinerja, dan prospek perusahaan menciptakan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
Framework ini diperkenalkan oleh International Integrated Reporting Council (IIRC) dan kini banyak digunakan untuk memperkuat narasi keberlanjutan perusahaan.
Dengan pendekatan , perusahaan dapat menunjukkan hubungan antara faktor ESG dan kinerja keuangan mereka secara terintegrasi.
Ini penting untuk memperkuat posisi perusahaan di mata investor strategis dan regulator yang menuntut transparansi lebih dalam pengelolaan nilai perusahaan secara holistik.
Jika Anda ingin menunjukkan bahwa ESG bukan hanya biaya tambahan, tapi bagian dari penciptaan nilai, dapat menjadi solusi komunikasi yang efektif.
Setiap framework di atas memiliki kekuatan, kelemahan, dan fokus yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihan framework harus disesuaikan dengan prioritas bisnis, sektor industri, dan ekspektasi pemangku kepentingan Anda.
Jangan ragu untuk mengkombinasikan beberapa framework apabila diperlukan, selama konsistensi dan transparansi tetap terjaga.
Seiring meningkatnya kompleksitas tuntutan regulasi dan ekspektasi dari berbagai pemangku kepentingan, perusahaan global kini semakin sering mengadopsi lebih dari satu ESG framework secara bersamaan.
Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian multi-framework bukan hanya memungkinkan, tapi juga menjadi strategi yang semakin lumrah dalam praktik keberlanjutan modern.
Mengetahui kapan dan bagaimana menggabungkan beberapa framework menjadi langkah krusial untuk membangun pelaporan ESG yang komprehensif dan kredibel. Apa saja keuntuangannya?
Setiap kelompok stakeholder memiliki kebutuhan informasi yang berbeda. Investor biasanya membutuhkan data kuantitatif yang spesifik dan material secara finansial, yang disediakan oleh framework seperti SASB atau TCFD.
Di sisi lain, publik dan konsumen lebih tertarik pada dampak sosial dan lingkungan secara umum, yang dapat dijelaskan secara menyeluruh melalui GRI.
Dengan menggabungkan dua atau lebih framework, perusahaan Anda dapat menyampaikan pesan yang relevan kepada setiap audiens secara tepat sasaran.
Penggunaan multi-framework memungkinkan pelaporan yang lebih inklusif dan kredibel. Misalnya, regulator di kawasan Eropa mengharuskan pengungkapan iklim berbasis TCFD, sementara investor institusional global juga mulai mensyaratkan pelaporan SASB.
Jika Anda hanya mengandalkan satu framework, potensi komunikasi yang kurang lengkap bisa menjadi hambatan strategis di masa depan.
Oleh karena itu, pendekatan multi-framework menjadi solusi adaptif yang mampu menjawab tuntutan multipihak secara seimbang.
Dengan mengombinasikan beberapa framework, perusahaan tidak hanya mampu menjawab pertanyaan “apa yang telah dilakukan?”, tetapi juga “mengapa hal itu penting?” dan “apa dampaknya bagi masa depan bisnis?”.
Contohnya, TCFD sangat baik dalam mengungkap risiko iklim yang bersifat jangka panjang dan transformatif, sedangkan GRI memberikan gambaran menyeluruh tentang komitmen sosial dan etika perusahaan kepada masyarakat luas.
Mengintegrasikan dua atau lebih framework juga memberi fleksibilitas dalam menyusun narasi keberlanjutan yang strategis.
Perusahaan bisa menggunakan GRI untuk menggambarkan keterlibatan komunitas dan keberagaman karyawan, sambil tetap mengandalkan TCFD untuk membuktikan kesiapan menghadapi risiko perubahan iklim.
Pendekatan ini menjadikan laporan ESG tidak hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai alat strategis untuk memperkuat daya saing perusahaan dalam jangka panjang.
Meski penggunaan multi-framework memberikan banyak manfaat, hal ini tentu menuntut konsistensi dan koordinasi internal yang lebih baik.
Anda perlu memiliki tim pelaporan ESG yang memahami seluk-beluk standar, mampu menghindari tumpang tindih data, serta menyelaraskan pesan inti yang ingin disampaikan.
Alternatif lainnya, Anda bisa bekerjasama dengan mitra profesional yang berpengalaman menyusun laporan ESG lintas-framework.
Di tengah lanskap bisnis yang semakin kompetitif dan terdorong oleh nilai keberlanjutan, ESG Framework telah menjadi panduan strategis yang tak terelakkan bagi perusahaan yang ingin bertahan dan tumbuh.
Data dari Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa pada tahun 2025, total aset global berbasis ESG akan mencapai USD 53 triliun, mencerminkan lebih dari sepertiga total aset global.
Fakta ini tidak hanya menunjukkan urgensi, tetapi juga besarnya peluang yang bisa diraih perusahaan yang mengadopsi ESG secara serius.
Dengan menerapkan ESG Framework yang tepat, Anda dapat menyelaraskan tujuan bisnis dengan ekspektasi pasar modern, meningkatkan transparansi, serta membangun kepercayaan dengan investor dan stakeholder lainnya.
Jika Anda ingin memahami dan mengimplementasikan ESG secara strategis di perusahaan Anda, ikuti program pelatihan unggulan kami ESG for Leaders: Lead the Change or Be Left Behind.
Pelatihan ini dirancang untuk para pemimpin visioner seperti Anda yang siap membawa perubahan, bukan hanya mengikuti arus.