Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Jenis-jenis Manajemen Konflik bagi Manajer Agar Dapat Solusi

Banner-Article-Okt-03-Conflict-Management.jpg

Situasi konflik merupakan hal yang tidak terhindarkan dalam konteks personal maupun profesional. Saat dihadapkan pada situasi konflik, tidak ada panduan khusus yang dibuat untuk dapat mencari solusinya.

Ada beberapa cara yang bisa diimplementasikan untuk mencari cara menghadapi situasi konflik. Langkah-langkah tersebut biasanya diambil agar bisa mendapatkan solusi cepat sebagai manajemen konflik yang menguntungkan.

Pengertian Manajemen Konflik

Keterampilan manajerial ini melibatkan penggunaan taktik yang berbeda tergantung pada situasi, negosiasi, dan pemikiran kreatif. Saat dikelola dengan baik, konflik dalam organisasi dapat meminimalisasi masalah interpersonal, meningkatkan kepuasan klien, dan memberi persona bisnis yang lebih baik.

Konflik di tempat kerja tidak berarti menandakan bahwa ada pihak yang bersalah, meskipun dalam beberapa kasus hal itulah yang menjadi masalahnya. Organisasi dengan tingkat keterlibatan karyawan yang tinggi akan mempertanyakan status quo dan mendorong perubahan yang dirasa akan berdampak positif bagi organisasi.

Konflik juga dapat mengindikasikan bahwa karyawan merasa cukup nyaman untuk saling berkonfrontasi dan akan diselesaikan secara adil oleh organisasi. Jika dilakukan dengan benar, manajemen konflik dapat meningkatkan pembelajaran yang terjadi dalam suatu organisasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selama proses berlangsung.

Jenis-jenis Manajemen Konflik

Saat menyangkut konflik, tidak ada satu solusi yang bisa diimplementasikan dalam semua situasi. Karena itu, seorang manajer yang terampil dalam resolusi konflik harus memiliki kemampuan untuk melihat konflik secara keseluruhan. Berikut ini beberapa jenis manajemen konflik yang bisa diterapkan dalam situasi-situasi tersebut.

1. Akomodatif

Manajemen konflik akomodatif akan menempatkan kebutuhan pihak lain di atas kebutuhan sendiri. Anda akan mengizinkan kepentingan mereka “menang” dan mengikuti kemauannya.

Respons seperti ini bisa dilakukan saat Anda tidak terlalu peduli atas masalah tersebut dan jika konflik tersebut diperpanjang, tidak sepadan dengan waktu Anda. Akan lebih baik untuk menjaga situasi tetap tenang dan Anda mengetahui kapan harus bertindak.

Meskipun tampak seperti solusi yang payah, sikap akomodatif menjadi penyelesaian terbaik untuk konflik kecil. Tindakan ini sangat kooperatif, tapi juga bisa menimbulkan kebencian.

2. Menghindar (avoiding)

Saat seseorang menghindar, tujuannya adalah mengurangi konflik dengan mengabaikan atau menyingkirkan pihak yang berkonflik. Manajer bisa saja mengeluarkan orang yang berkonflik dari sebuah proyek atau memindahkannya dari ke divisi lain agar konflik selesai.

Hal ini akan menjadi resolusi konflik yang efektif jika Anda membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyikapi atau mempertimbangkan konflik tersebut. Namun, cara menghindari konflik tidak boleh dijadikan sebagai penyelesaiannya. Menunda konflik tanpa batas waktu hanya akan menyebabkan konflik yang lebih besar.

3. Berkompromi

Penyelesaian masalah ini dapat berfungsi untuk mencari jalan tengah dengan meminta kedua belah pihak mengakui beberapa aspek keinginan untuk menyepakati solusinya.

Gaya ini terkadang dianggap sama-sama kalah karena kedua belah pihak harus berkorban untuk bisa bersepakat atas masalah yang lebih besar. Hal digunakan ketika ada krisis waktu atau ketika sebuah solusi hanya harus diambil, bukan solusi yang sempurna.

Kompromi dapat menimbulkan kebencian, terutama jika digunakan secara berlebihan sebagai taktik penyelesaian konflik. Karena itu, gunakanlah cara ini sebagai opsi terakhir.

4. Bersaing (competing)

Cara ini menolak kompromi dan tidak menyerah pada sudut pandang atau keinginan orang lain. Salah satu pihak berpegang teguh pada sesuatu yang dianggap tepat dalam menangani situasi. Namun, mereka tidak akan mundur hingga mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Hal ini dapat terjadi saat suatu tindakan harus diambil berdasarkan moral, tidak ada waktu untuk menemukan solusi lain, atau saat harus mengambil keputusan yang tidak biasa. Cara ini bisa menyelesaikan konflik dengan cepat, tapi mengurangi modal dan produktivitas.

5. Kolaborasi

Jenis manajemen konflik dengan kolaborasi dapat memberikan hasil jangka panjang. Pada saat yang bersamaan, hal ini cenderung memakan waktu paling lama dan sulit dicapai.

Solusi penyelesaian konflik ini harus mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan masing-masing pihak hingga ditemukan win-win solution agar semua pihak merasa puas. Dalam mencapai kondisi tersebut, semua pihak harus duduk bersama untuk membicarakan konflik dan bernegosiasi agar bisa menemukan solusi bersama.

Sebagai solusi manajemen konflik, penting untuk dapat menjaga hubungan antara semua pihak yang terlibat agar solusi tersebut memiliki dampak yang signifikan.

Jenis-jenis manajemen konflik dapat dipilih seorang manajer berdasarkan akar situasi yang terjadi. Melalui program First Line Leadership, seorang manajer akan diarahkan untuk dapat mengasah keterampilan untuk memahami aspek interpersonal dan mengendalikan tim.

ARTIKEL TERKAIT