Beranda
>
Gagasan
>
Artikel
5 Cara Wujudkan Inisiatif Produk

05 June 2023
Banner-Article-Mei-8 (1).jpg

Tujuan atau objektif yang jelas dari proses pembuatan maupun pengembangan produk/fitur memang penting. Namun, membuat inisiatif produk berbasis tujuan ada kalanya tidak semudah yang dibayangkan. 

Visi produk yang kuat dapat membuat tim produk Anda fokus pada tujuan bisnis atau objektif dari pengembangan produk itu sendiri. Namun tanpa tujuan strategis dan inisiatif produk, Anda akan kesulitan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan. 

Pada dasarnya, strategi produk bertumpu pada tiga komponen inti:

  • Visi produk: inti dari apa yang akan dibangun dan bayangan tentang peran atau fungsi produk di masa depan.
  • Tujuan produk: tujuan terukur yang dapat dicapai dalam kerangka waktu tetap dan langkah-langkah rencana yang akan membantu Anda mencapai visi produk.
  • Inisiatif produk berbasis tujuan: Upaya dan pekerjaan dengan rencana terperinci yang akan Anda selesaikan untuk mencapai setiap tujuan.

Dengan menetapkan inisiatif produk berbasis tujuan, Anda dapat menjaga tim produk untuk tetap pada rencana yang telah disepakati dan lebih mudah meyakinkan pemangku kepentingan tentang potensi bisnis produk. Selain itu, hal ini juga berguna dalam menjamin produk atau fitur yang akan dirilis agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna.

Apa itu inisiatif produk berbasis tujuan?

Inisiatif produk adalah tahapan investasi utama atau terfokus yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan produk Anda. Umumnya, tujuan produk secara umum ditetapkan terlebih dulu, lalu akan dikaitkan dengan inisiatif produk berbasis tujuan. Tahap tersebut dapat dilanjutkan dengan mengelompokkan fitur atau tahapan rencana di bawah setiap inisiatif produk. Dengan begitu, Anda dapat memprioritaskan pekerjaan yang dianggap mampu memberikan nilai paling besar untuk pengguna dan berkontribusi pada bisnis. Pengorganisasian kepentingan strategis seperti ini dapat mengurangi pekerjaan yang tidak selaras dengan visi produk dan menjaga rencana agar sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Kerangka waktu untuk inisiatif produk berbasis tujuan akan bervariasi tergantung pada ruang lingkup, kapasitas tim, dan faktor lainnya. Menyelaraskan garis waktu inisiatif dengan periode perencanaan strategis dapat diturunkan ke dalam tujuan setengah tahunan atau triwulanan. Setiap inisiatif produk biasanya mencakup beberapa rilis atau sprint dan pengalaman atau saran dari pengguna.

Cara untuk membuat inisiatif produk berbasis tujuan

Langkah pertama untuk mengubah rencana produk Anda menjadi kenyataan adalah menetapkan tujuan yang tepat. Secara lebih detail, berikut lima cara membuat inisiatif produk berbasis tujuan.

1. Mulailah dengan visi perusahaan dan produk

Hubungkan kembali visi produk dengan visi organisasi untuk memahami bagaimana produk yang akan dikembangkan dapat membantu perusahaan mencapai tujuan bisnis. Jadikan visi produk tersebut sebagai jembatan antara kebutuhan bisnis dan menjawab kebutuhan pengguna.

Gunakan pernyataan visi perusahaan dan produk untuk merefleksikan tujuan mana yang akan memenuhi kebutuhan pengguna, namun di saat yang bersamaan mampu meraih tujuan bisnis.

2. Dapatkan masukan sebanyak mungkin

Cara membuat inisiatif produk berbasis tujuan yang kedua adalah dengan menampung masukan sebanyak dan seberagam mungkin mengenai produk yang akan dirilis. Menetapkan tujuan produk tidak boleh ditentukan tanpa campur tangan dari pemangku kepentingan lain yang terkait. Semakin banyak Anda berkolaborasi secara lintas fungsi dengan anggota tim yang berbeda, tujuan produk yang akan dikembangkan akan semakin menyeluruh.

Dapatkan masukan pemangku kepentingan untuk memastikan tujuan Anda sesuai dengan tujuan dan metrik bisnis utama. Selain itu, pertimbangkan pula berbagai pandangan dari tim produk Anda untuk memastikan pengembangan produk agar tetap pada rencana strategis.

Penting juga bagi Anda untuk memanfaatkan input pengguna dalam menetapkan tujuan berdasarkan informasi data. Perangkat lunak yang mampu merekam pengalaman produk memungkinkan Anda melihat gambaran tentang bagaimana pengguna berinteraksi dengan produk. Melalui data ini, Anda dapat melakukan riset lebih lanjut, seperti dengan wawancara maupun survei saran pengguna.

3. Bersikap objektif dan spesifik

Membuat inisiatif produk berbasis tujuan dengan metode  SMART (Specific, Measurable, Actionable, Realistic, dan Time-Bound) mungkin terdengar klise. Namun, sering kali metode ini memiliki persentase keberhasilan yang tinggi.

Sertakan metrik secara spesifik dalam pengembangan inisiatif produk berbasis tujuan. Dengan begitu, kemajuan dan keberhasilan dari rencana yang telah dieksekusi dapat terukur dan terdefinisi. Spesifik juga berarti menentukan tenggat waktu secara jelas dalam pekerjaan yang akan dilakukan oleh tim produk.

4. Temukan titik tengah antara ambisi dan realita

Menemukan titik tengah antara ambisi dan realita adalah salah satu cara membuat inisiatif produk berbasis tujuan yang penting untuk dipertimbangkan. Benar bahwa inisiatif produk harus cukup ambisius untuk menjawab kepuasan pelanggan dan mencapai target bisnis. Namun, target yang ingin dicapai pun harus cukup realistis. Menetapkan tujuan dikembangkannya produk yang terlalu ambisius, lalu gagal dan tidak mencapai target dapat berdampak negatif terhadap bisnis. Sebagai contoh, kondisi ini dapat menurunkan motivasi tim, mengikis kepercayaan pemangku kepentingan lainnya, dan bahkan mengecewakan pengguna hingga menurunnya produktivitas.

Masukan dari tim Product Engineers, tim pemasaran dan penjualan dapat membantu Anda menyeimbangkan antara ambisi dengan realita saat menetapkan sasaran produk. Dengan begitu, implementasi rencana dan target dapat lebih mudah terwujud.

5. Utamakan kebutuhan pengguna

Kebutuhan pengguna yang beragam, idealnya mampu mendorong inisiatif produk berbasis tujuan. Lakukan riset berkelanjutan untuk terus memperdalam data tentang interaksi antara pengguna dengan produk Anda. Catat apa yang mereka suka, tidak suka, dan inginkan atau harapkan. Anda harus terus mendengarkan masukan dari pelanggan untuk memastikan tujuan produk dan bisnis agar tetap relevan dengan pengalaman produk dan kebutuhan mereka.

Proses dan cara membuat inisiatif produk berbasis tujuan bukanlah merupakan proses yang instan. Komunikasi terbuka dan kerjasama lintas fungsi perlu terus didorong agar strategi implementasi produk selalu berkesinambungan. Kelima tips membuat inisiatif produk berbasis tujuan yang telah dijabarkan di atas hanyalah sebatas gambaran besar dari detail pekerjaan strategis yang sesungguhnya. Dengan mengimplementasikan kelima langkah ini, dapat memperbesar keberhasilan terwujudnya tujuan produk dan target bisnis yang selaras dengan kepuasan pelanggan.

ARTIKEL TERKAIT
cover-artikel-putih.jpg
Analytical Thinking: Definisi, Manfaat, dan Cara Meningkatkannya
16 May 2024

Kemampuan analytical thinking adalah salah satu skill yang krusial untuk Anda miliki dalam dunia kerja. 

Mulai dari masa mencari pekerjaan atau job seeker, mencantumkan kemampuan analytical bisa menjadi value atau nilai tersendiri untuk Anda. 

Kemampuan ini termasuk dalam soft skill yang bisa didapatkan dan dikembangkan dari pengalaman yang beragam serta refleksi diri terhadap pekerjaan. 

Memiliki kemampuan analytical thinking di dunia kerja tentu akan memberikan keuntungan dan membantu Anda mencapai tujuan profesional dengan lebih baik. 

Apa sebenarnya analytical thinking dan bagaimana meningkatkan kemampuan ini? Dalam artikel ini, akan dijelaskan mengenai definisi analytical thinking, manfaat yang diberikan, hingga cara meningkatkannya. 

Definisi Analytical Thinking

Dikutip Indeed, analytical skills atau kemampuan analitik adalah kemampuan yang membuat Anda dapat melakukan observasi, riset, dan menginterpretasikan sebuah subjek untuk mengembangkan ide yang kompleks dan solusi. 

Sementara itu, apa yang dimaksud dengan analytical thinking adalah saat Anda menggunakan kemampuan-kemampuan ini secara bersamaan untuk menyelesaikan sesuatu.

Ada banyak sekali pekerjaan yang menuntut Anda untuk mampu berpikir secara analitik. Bukan hanya profesional, kemampuan ini juga akan menguntungkan untuk digunakan dalam kehidupan pribadi. 

Anda juga tidak bisa begitu saja mendapatkan kemampuan analytical thinking. Perlu trial dan error serta proses yang tidak sebentar untuk akhirnya Anda dapat memberikan suatu solusi untuk permasalahan tertentu.

Melalui pengalaman serta trial dan error, Anda yang memiliki analytical thinking adalah orang-orang yang bisa menganalisis situasi, topik, dan masalah dengan cepat yang umumnya terjadi dalam dunia kerja.

Itulah mengapa memiliki kemampuan ini akan membantu Anda meraih tujuan utama pada setiap pekerjaan yang Anda kerjakan.

Manfaat Analytical Thinking

Kemampuan analytical thinking akan sangat berguna untuk manajemen data dan bidang IT, tapi sebenarnya kemampuan analitik atau analytical skills sangat bernilai di berbagai jenis industri dan jenjang karier. 

Saat Anda menjadi job seeker dan memiliki kemampuan analytical thinking yang kuat, perusahaan akan lebih tertarik karena kemampuan tersebut memiliki potensi untuk dapat meningkatkan operasional perusahaan. 

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari analytical thinking:

  • membantu pengerjaan tugas yang kompleks dengan lebih efektif;

  • menyelesaikan masalah kompleks dengan cara yang lebih sistematis;

  • mengantisipasi datangnya masalah serta mampu merencanakan penyelesaiannya;

  • memudahkan Anda mencari alternatif atau pilihan solusi saat menghadapi masalah;

  • membantu pembuatan kebijakan dan keputusan yang data-based atau berdasarkan data; dan

  • mengidentifikasi masalah dan mengatasinya dengan efektif.

Cara Kerja Analytical Thinking

Elemen penting dalam analytical thinking adalah kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab dan dampak dari suatu permasalahan.

Pada konteks pekerjaan, saat menghadapi masalah, untuk menerapkan analytical thinking, Anda perlu mengetahui terlebih dulu penyebab permasalahan tersebut. Proses untuk mengaplikasikan kemampuan analitik yaitu sebagai berikut:

  1. Mengidentifikasi topik, permasalahan, dan isu yang ada.

  2. Mengumpulkan informasi melalui tes dan observasi.

  3. Mengembangkan solusi atau mendalami pemahaman dari topik yang ada.

  4. Mencoba solusi dan ide baru yang telah dipelajari.

  5. Meninjau kembali solusi apa yang dapat bekerja untuk menilai dan menerapkan pengetahuan baru.

Cara Meningkatkan Analytical Thinking 

Ada beberapa cara atau metode yang efektif untuk meningkatkan kemampuan analytical thinking yang Anda miliki. Berikut adalah cara meningkatkannya:

1. Membaca Buku atau Bermain Permainan Otak

Bagian penting untuk menjadi seseorang yang memiliki analytical thinking adalah dengan banyak membaca buku. Membaca dalam keseharian akan membuat pikiran Anda terus berjalan dan memaksa otak memikirkan ide. 

Selain itu, membaca juga bisa memberikan sudut pandang yang berbeda sehingga memperluas cara berpikir. 

Jika Anda kesulitan untuk langsung membaca buku-buku penting ini, Anda bisa mulai juga dengan melakukan permainan atau games yang melatih otak. 

Brain games akan membuat Anda berpikir lebih dalam dan mengutamakan logika. Banyak yang menggunakan metode bermain game ini untuk mempertajam kemampuan analitik.

2. Belajar Hal-hal Baru

Terus belajar dan menambah pengetahuan baru dapat meningkatkan kemampuan dan proses berpikir analitik Anda. 

Semakin banyak yang Anda pelajari, maka semakin banyak juga pilihan dan informasi dalam penyelesaian masalah dan analisis situasi. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa setelah menyelesaikan sekolah/kuliah formal, banyak orang cenderung menjadi passive learners. Itulah mengapa penting untuk terus mempelajari hal-hal baru.

Ini akan membuat Anda lebih termotivasi dan menambah pengetahuan yang Anda tidak tahu sebelumnya.

3. Perhatikan Detail

Lebih perhatian dengan sekitar dan memperhatikan detail merupakan cara untuk meningkatkan analytical thinking selanjutnya. Coba untuk memperhatikan dengan detail apa yang terjadi di sekitarmu dan berlatih untuk menjadi pengamat yang baik. Ini akan membantu Anda lebih peka dalam menganalisis situasi. 

4. Ikuti Kelas Khusus/Pelatihan

Pengetahuan dan wawasan tentang analytical thinking juga bisa Anda dapatkan melalui kelas atau pelatihan. Saat ini tentu sudah banyak webinar yang menyediakan topik pembelajaran terkait analytical thinking dan soft skill lain yang mungkin dibutuhkan dalam dunia kerja. 

5. Jangan Takut Bertanya

Baik saat mengikuti pelatihan atau dalam lingkup pekerjaan, tidak takut bertanya dan meminta mentoring dengan atasan maupun pembicara adalah hal yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan kemampuan ini.

Menunjukkan apa yang ingin Anda ketahui dengan pertanyaan akan menambah sudut pandang sekaligus mengonfirmasi pemahaman yang Anda miliki. 

6. Membuat Kerangka Berpikir

Analytical thinking berfokus pada penyelesaian masalah dengan sistematis. Itulah mengapa jika masih kesulitan, Anda bisa membuat kerangka berpikir. 

Kerangka berpikir bertujuan untuk memudahkan Anda memetakan masalah dan mencari solusi dari masalah yang ada.

Itu dia penjelasan mengenai analytical thinking. Selain kemampuan berpikir analitik, dalam pekerjaan juga penting memiliki cara berpikir yang memadukan pemikiran analitik serta pemikiran yang lebih intuitif seperti design thinking. 

Kombinasi keduanya bisa menghasilkan solusi sekaligus peluang lebih kreatif dan ide-ide inovatif. Anda bisa mengikuti program Design Thinking for Business Innovation untuk lebih mendalami bagaimana cara berpikir yang tepat dalam bisnis. 

Tunggu apalagi? Daftar kelas Design Thinking for Business Innovation di prasmul-eli sekarang!

cover-artikel-putih.jpg
Mengenal Perbedaan B2B dan B2C untuk Mengoptimalkan Manajemen Strategi
14 May 2024

Dalam bisnis, istilah B2B dan B2C sering kali digunakan dan dikaitkan satu sama lain, meskipun begitu keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. 

B2B yang berarti business-to-business dan B2C yang berarti business-to-consumer memiliki perbedaan dasar dari segi transaksi yang dilakukan dalam menjalankan bisnis. 

Memahami perbedaan kedua jenis bisnis ini akan membantu pemahaman dan meningkatkan strategi bisnis Anda. Berikut adalah artikel selengkapnya tentang perbedaan B2B dan B2C. 

Pengertian B2B (Business-to-business)

Mengutip HubSpot, B2B atau business-to-business adalah sebuah bisnis di mana konsumen/penggunanya adalah bisnis-bisnis yang lain. Itulah mengapa, marketing yang dilakukan oleh B2B ditujukan untuk konsumen yang membeli mewakili suatu organisasi atau bisnis tertentu sesuai kebutuhan, ketertarikan, dan hambatan yang dimiliki organisasi tersebut. 

Secara lebih sederhana, B2B merupakan bisnis yang konsumennya adalah organisasi dan perusahaan bisnis lain. Hubungan B2B merupakan hubungan komersial yang saling menguntungkan dan saling berkontribusi untuk kesuksesan masing-masing pihak terlibat. 

Beberapa contoh dari B2B, yaitu:

  • Perusahaan A membutuhkan software untuk membantu proses hiring untuk departemen HR. 
  • Agensi desain interior yang memiliki spesialisasi untuk mendesain ruang kantor. 
  • Penggunaan marketing software untuk content strategy, SEO, dan media sosial untuk departemen pemasaran. 
  • Perusahaan yang menawarkan banking software dan cloud services untuk bank dan institusi finansial.

Pengertian B2C (Business-to-consumer)

B2C atau business-to-consumer adalah bisnis di mana konsumennya adalah konsumen individual dan bukan merupakan professional buyers atau pembeli profesional. 

Marketing yang dilakukan pada bisnis B2C disesuaikan dengan kebutuhan, ketertarikan, dan tantangan yang dihadapi banyak orang dalam keseharian mereka. 

Jadi, dalam bisnis B2C, end user atau pengguna terakhir dari produk/jasa suatu perusahaan adalah konsumen individual tersebut. Penjualan pada B2C juga bisa dilakukan baik secara online maupun offline. 

Salah satu tantangan dalam bisnis B2C adalah memerlukan anggaran khusus untuk marketing karena harus membuat brand recognition yang baik untuk bisa tumbuh dan membentuk customer base. Beberapa contoh B2C, yaitu:

  • Agensi real estate yang menyewakan dan menjual rumah untuk individu maupun keluarga. 
  • Platform musik yang menjual fitur premium kepada penggunanya secara individual.

6 Perbedaan Dasar B2B dan B2C

Untuk membentuk manajemen strategi yang optimal, ketahui 7 perbedaan dasar dari B2B dan B2C di bawah ini:

1. Penawaran 

Mengutip dari Wall Street Mojo, penawaran yang diberikan oleh B2B dan B2C memiliki perbedaan yang signifikan. Tentunya karena memiliki perbedaan target audiens, maka apa yang kedua jenis bisnis ini tawarkan akan berbeda.

Penawaran dalam B2B lebih memperhatikan kebutuhan bisnis lain seperti bahan produksi, material untuk manufaktur, komponen-komponen produksi dan lainnya. Sementara itu, B2C menawarkan produk sudah jadi yang siap pakai untuk konsumen yang membelinya secara individual.

2. Tujuan

Seperti pengertiannya, tujuan dari bisnis dengan jenis B2B adalah untuk menyediakan kebutuhan organisasi atau perusahaan lain yang masih terhubung dengan produk dan jasa yang mereka tawarkan. 

Sementara itu, untuk jenis bisnis B2C, tujuan bisnisnya adalah menyediakan produk dan layanan yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginan banyak individu. 

3. Fokus

Saat melakukan transaksi pada jenis bisnis B2B, maka fokusnya adalah untuk membentuk hubungan kerja sama jangka panjang antara penyedia jasa/produk dan organisasi/perusahaan yang menggunakannya. Pada B2B, pendekatan ini lebih mengarah kepada relasi bisnis.

Untuk fokus bisnis B2C, karena end user adalah konsumen individual, maka fokus utamanya yaitu brand recognition untuk membentuk customer base yang kuat.

4. Ukuran Bisnis

Karena menyediakan bahan/material produksi serta jasa untuk perusahaan tertentu, sudah pasti ukuran bisnis B2B akan lebih besar, begitu juga dengan 'order' atau pembelian yang dilakukan konsumennya. Untuk B2C sendiri, pemesanan dan pembelian cenderung dalam jumlah yang sedikit. 

5. Strategi Marketing

Forbes menyebutkan bahwa pasti ada perbedaan strategi marketing jenis bisnis B2B dan B2C karena adanya perbedaan fokus dan target audiens. 

B2B marketing biasanya akan berfokus pada pemasaran yang sifatnya lebih jangka panjang, menyampaikan spesialisasi produk/jasa yang mereka tawarkan, hingga permasalahan yang mereka selesaikan sehingga dapat dipercaya para ahli di bidangnya. 

Sementara itu, strategi pemasaran untuk B2C cenderung lebih sederhana dan lebih cepat berganti. Hal ini karena target audiens mereka tidak lebih kompleks dibandingkan B2B. 

Tidak seperti keputusan 'pembelian' dalam B2B yang memerlukan persetujuan banyak pihak, B2C hanya memerlukan persetujuan individual yang membutuhkan produk/jasa tersebut. Dengan begitu, proses pembuatan keputusan juga akan lebih cepat. 

Marketing dalam B2C akan mengutamakan konten-konten yang bersifat persuasif dan menunjukkan manfaat langsung serta memastikan kepuasan pengalaman konsumen.

6. Sales Cycles

Baik penjualan B2B dan B2C, keduanya memiliki tahapan yang berbeda, termasuk waktu dan interaksi yang berdampak langsung pada proses penjualan. 

B2B sales cycles biasanya lebih ekstensif dan melibatkan banyak usaha seperti networking, membangun hubungan baik dengan calon pembeli sebelum penjualan dan pembelian dilakukan. 

Pembeli B2B yang merupakan organisasi/perusahaan juga lebih hati-hati sehingga butuh lebih banyak informasi dan waktu sebelum melakukan pembelian. 

Berbeda dengan B2B, B2C sales cycles cenderung lebih sederhana dan tidak melibatkan banyak pihak sehingga pembeliannya bisa dilakukan secara langsung. Tidak memerlukan waktu yang lebih lama untuk memroses informasi. 

B2C lebih menekankan pada brand awareness, iklan, serta digital marketing yang dilakukan suatu bisnis untuk memastikan adanya penjualan.

Jika Anda sedang mengelola salah satu jenis bisnis baik itu B2B maupun B2C, penting untuk memahami perbedaan keduanya untuk membentuk manajemen strategi yang lebih optimal. 

Untuk memulainya dengan lebih baik, Anda harus memahami lebih dulu dasar-dasar B2B dan B2C sebelum menerapkan manajemen strategi dan marketing yang sesuai. 

Tertarik mendalami keduanya? Anda bisa mulai dengan mengikuti program Managing Strategic B2B Account dari Prasetiya Mulya Executive Learning Institute. 

Dari pemahaman dasar, perbedaan B2B dan B2C, pemetaan pasar, penentuan sasaran, hingga peran branding pada kedua usaha tersebut, Anda akan mendapatkan pemahaman menyeluruh.

Daftar programnya sekarang!

Banner-Article-Apr-18.jpg
Mengenal Metode SMART, Ini Keuntungan dan Contohnya!
13 May 2024

Metode SMART adalah salah satu pendekatan yang populer dan cukup efektif dalam merumuskan tujuan secara lebih spesifik. 

Dalam bisnis, memiliki tujuan menjadi bagian paling penting. Untuk itu, Anda wajib mengetahui tentang metode yang satu ini agar tujuan bisnis menjadi lebih jelas dan terukur. 

Dengan mengimplementasikannya, setiap rencana yang dibangun memiliki langkah-langkah yang terarah, sehingga tujuan akan lebih mudah dicapai. 

Sederhananya, pendekatan ini memudahkan project management. Untuk mengenal lebih dalam tentang apa itu metode SMART, keuntungannya, dan bagaimana contoh menerapkannya, simak ulasan berikut. 

Pengertian Metode SMART

Metode SMART pertama kali diperkenalkan oleh George T. Doran dalam jurnalnya. Judulnya adalah “There's a S.M.A.R.T. Way to Write Management's Goals and Objectives”. Dalam jurnal tersebut, ia mengatakan bahwa tujuan harus dibuat jelas, rinci, dan jangan mengambang.

Untuk itu, SMART menjadi akronim dari singkatan Specific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Timely. Semua kriteria itu digabungkan untuk membantu memfokuskan upaya Anda dan meningkatkan peluang mencapai tujuan.

Dengan mengikuti prinsip SMART, perusahaan dan individu dapat membuat rencana yang lebih terfokus, meningkatkan produktivitas dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.

Secara lebih rinci, SMART dapat Anda pelajari sebagai berikut:

  1. Specific (Spesifik)

Sesuai dengan namanya, tujuan harus dibuat secara spesifik agar tidak mengambang. Ketika tujuannya spesifik, akan lebih mudah untuk memfokuskan upaya dan mengalokasikan sumber daya secara efektif. 

Contohnya, tujuan spesifik dapat membantu menjawab pertanyaan inti Anda seperti:

  • Apa tujuan proyek ini?
  • Mengapa metode seperti itu digunakan?
  • Siapa yang bertanggung jawab atas proyeknya?
  • Dimana lokasi proyeknya berlangsung?
  • Persyaratan dan kebutuhan apa saja yang diperlukan agar proyek bisa berjalan?
  1. Measurable (Terukur)

Measure berarti terukur, yang mana tujuan tersebut harus dapat diukur setiap prosesnya dengan jelas. 

Dengan konsep ini, Anda akan lebih mudah untuk memantau apakah tujuan tersebut sudah berjalan untuk tercapai atau belum. 

Selain itu, mengukur tujuan juga memudahkan dalam menyusun strategi untuk mencapai target yang ada. 

Untuk membuat tujuan dapat diukur, tanyakan beberapa hal ini pada diri Anda:

  • Harganya berapa?
  • Berapa banyak waktu yang dibutuhkan?
  • Bagaimana Anda tahu apakah ini sudah selesai atau belum?
  1. Achievable (Dapat dicapai)

Sebuah tujuan dibuat untuk dicapai. Oleh karenanya, tujuan tersebut harus dapat dapat dicapai. 

Namun, agar lebih mudah tercapai Anda harus mendefinisikannya dengan cukup baik sehingga benar-benar dapat mencapainya. Coba tanyakan pertanyaan ini pada diri Anda untuk mengetahuinya.

  • Bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai?
  • Apakah tujuannya realistis dan terjangkau?
  1. Realistic (Realistis)

Tujuan yang Anda tetapkan harus realistis. Artinya, dengan hambatan pun Anda dapat mencapainya dengan sumber daya yang ada. Untuk itu, sebelum menentukan, Anda dapat menanyakan ini pada diri sendiri:

  • Apakah tujuannya realistis dan dapat dicapai?
  • Apakah tujuan tersebut dapat dicapai, mengingat waktu dan sumber daya yang ada?
  • Seberapa besar komitmen Anda untuk mencapai tujuan?
  • Apakah ini tampak bermanfaat?
  • Apakah ini saat yang tepat untuk mengimplementasikan tujuan tersebut?
  • Apakah sesuai dengan upaya dan kebutuhan?
  1. Timely - Tepat Waktu

Tujuan yang Anda buat harus terikat waktu karena memiliki tanggal mulai dan selesai. Jika Anda tidak menentukan batasan waktu, tentu tidak akan ada urgensi dan motivasi untuk mencapai tujuan. Untuk membuat tujuan terwujud tepat waktu, Anda dapat menanyakan beberapa hal ini pada diri sendiri:

  • Kapan?
  • Apa yang harus saya lakukan dalam tiga bulan?
  • Apa yang harus saya lakukan per minggunya?
  • Apa yang bisa saya lakukan hari ini?

Keuntungan dan Contoh Penerapan Metode SMART 

Selain mengenal apa itu metode SMART, penting bagi Anda untuk juga memahami keuntungan dari setiap unsurnya. 

Hal ini bertujuan untuk dapat merumuskan tujuan dengan lebih efektif, mengarah pada hasil yang lebih terukur, tercapai, dan relevan.

Berikut beberapa keuntungan menggunakan metode SMART:

  1. Membantu tetap pada tujuan 

Metode SMART membawa kejelasan dan fokus ke dalam penetapan tujuan. Dengan menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dan terarah, individu atau tim dapat mengidentifikasi prioritas mereka dengan lebih baik. 

Misalnya, sebuah perusahaan menetapkan tujuan peningkatan pangsa pasar sebesar 15 persen dalam enam bulan. Mereka mendiversifikasi produk untuk fokus pada strategi pemasaran dan pengembangan produk yang mendukung pencapaian tujuan.

Dengan menghindari tujuan yang ambigu, metode ini memastikan bahwa sumber daya dan upaya diarahkan ke area yang paling strategis.

  1. Perencanaan terstruktur

Metode SMART mendorong perencanaan yang terstruktur dan terperinci. Setiap elemen SMART mengharuskan pemikiran mendalam tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 

Misalnya, untuk meningkatkan penjualan produk baru, perencanaan yang terstruktur melibatkan riset pasar, strategi pemasaran, pelatihan tim penjualan, dan evaluasi rutin. Perencanaan yang baik membantu mencegah kebingungan atau kesalahan strategis, mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan peluang kesuksesan.

  1. Lebih cepat mengidentifikasi target yang terlewat

Unsur waktu dalam metode SMART memberikan landasan waktu yang jelas. Hal ini membantu mendeteksi target yang mungkin terlewat.

Sebagai contoh, jika sebuah proyek harus diselesaikan dalam tiga bulan, batas waktu yang jelas memungkinkan tim untuk terus memantau kemajuan target tersebut. 

Dengan proses ini, nantinya tim dapat mengidentifikasi hambatan atau keterlambatan potensial dan mengambil tindakan korektif sebelum terlambat.

  1. Lebih mudah untuk memvisualisasikan hal yang diinginkan

Metode SMART menciptakan gambaran yang jelas dan mudah diakses tentang tujuan yang ingin dicapai. 

Keterlibatan unsur spesifik, terukur dan terarah membantu dalam visualisasi yang lebih mudah. 

Misalnya, untuk mencapai work-life balance, menganalisis definisi "balance" secara rinci dapat membantu merencanakan langkah-langkah positif yang diperlukan. 

Visualisasi yang jelas juga akan membantu memotivasi Anda atau tim dengan memberikan pandangan yang jelas tentang hasil akhir yang diinginkan.

  1. Membuat tujuan besar jadi mudah tercapai 

Metode SMART menghadirkan pendekatan bertahap terhadap pencapaian tujuan besar. 

Dengan memecah tujuan besar menjadi sub tujuan yang lebih kecil dan terukur, rasa kewalahan dapat diminimalkan. 

Contoh, jika target jangka panjangnya mencakup pengembangan produk revolusioner, langkah-langkahnya bisa meliputi riset, pengujian konsep dan umpan balik. 

Pendekatan ini memastikan progres yang stabil, mencegah frustasi dan meningkatkan motivasi untuk mencapai tujuan akhir.

  1. Target dapat terselesaikan satu persatu 

Fokus pada tujuan yang dapat dicapai (Achievable) membantu mencegah rasa kewalahan dan kekecewaan. 

Dengan memecah tujuan menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan terukur, individu atau tim dapat merayakan pencapaian bertahap. 

Misalnya, jika tujuan adalah memperluas pangsa pasar, Anda bisa memulai dengan melibatkan strategi pemasaran yang lebih terfokus pada segmen target. 

Kesuksesan dalam mencapai langkah-langkah kecil ini meningkatkan kepercayaan diri dan menjaga semangat untuk mencapai tujuan akhir.

Itulah pengertian metode SMART dan keuntungannya serta contohnya yang dapat Anda ketahui. 

Secara keseluruhan, metode ini meningkatkan efektivitas penetapan tujuan dengan memberikan pendekatan terstruktur yang mengedepankan kejelasan, akuntabilitas, dan motivasi.

Pada akhirnya penggunaan metode SMART akan mengarah pada peningkatan keberhasilan dalam mencapai hasil yang diinginkan.

Selanjutnya, Anda bisa tingkatkan keterampilan problem solving dan decision making untuk mengatasi tantangan serta membuat keputusan yang lebih efektif. Anda dapat mengikuti short program Problem Solving & Decision Making dari prasmul-eli.

Selama tiga hari, Anda akan mendapatkan kemampuan melalui pembelajaran yang meliputi:

  • Identifikasi masalah secara terukur dan miliki rasa urgensi/pentingnya
  • Penentuan target perbaikan dengan menggunakan prinsip SMART
  • Identifikasi akar permasalahan dengan analisa 5 WHY
  • Tulang Ikan dan Pareto
  • Pengembangan solusi kreatif dengan SCAMPER
  • Pemilihan alternatif solusi menggunakan matriks keputusan
  • Identifikasi potensi masalah dan mitigasi risiko
  • Rencana implementasi dengan Gantt chart
  • Pemantauan kontrol, Selesai

Menarik bukan? Tunggu apalagi, daftarkan diri Anda di sini sekarang!