Sebuah organisasi atau perusahaan tetap memiliki potensi kegagalan saat mengeksekusi proyek. Terlepas dari adanya perencanaan sebelum proyek dimulai, proyek macet (project crashing) bisa terjadi karena berbagai faktor seperti pendanaan atau perubahan prioritas.
Berjalannya sebuah proyek tetap menjadi tanggung jawab yang harus diselesaikan. Karena itulah, ada tahap-tahap yang perlu diperhatikan meski hanya untuk mengakhiri proyek. Jika tidak dilakukan dengan baik, manajer dapat kesulitan mengatur sumber daya.
Proyek macet adalah situasi terkendala yang dialami oleh sebuah organisasi dan menyebabkan perubahan signifikan. Dalam situasi tersebut, dibutuhkan perencanaan untuk mempersingkat waktu penyelesaian proyek secara signifikan.
Dalam kondisi proyek yang macet, sumber daya yang dibutuhkan mungkin berbeda. Namun, besar kemungkinan adanya penambahan orang dan mengakibatkan peningkatan biaya. Alih-alih melakukannya, implementasi project crashing hanya dilakukan saat mendesak.
Seorang manajer proyek biasanya ditugaskan untuk dapat mencapai hasil atau semua tujuan yang diharapkan pada awal proyek dalam waktu yang lebih cepat. Ide utama yang perlu dipenuhi dalam sebuah proyek macet bukan untuk mengurangi ruang lingkupnya.
Pada dasarnya, strategi yang perlu dilakukan saat proyek macet adalah mempercepat penyelesaiannya. Artinya, ada beberapa langkah besar yang harus diubah dengan tetap memastikan integritas proyek terjaga dengan baik.
Setiap proyek memiliki triple constraint yang perlu dipenuhi yaitu ruang lingkup, biaya, dan waktu. Proses awal yang harus dilakukan seorang manajer dalam proyek yang macet adalah pemeriksaan ruang lingkup. Hal ini mengacu pada identifikasi komponen atau tugas-tugas untuk menyelesaikan proyek.
Setelah mengetahui ruang lingkup yang jelas dalam identifikasi tugas, manajer harus dapat mempercepat waktu penyelesaian. Hal ini dikenal sebagai critical path method (CPM) yang dapat digunakan untuk memetakan arahan yang baru seperti tambahan anggota tim.
Mengakhiri proyek tidak selalu berhubungan dengan alokasi sumber daya yang lebih banyak. Dalam beberapa kondisi, bisa saja ada tugas yang dikurangi agar waktu penyelesaian tugas menjadi lebih singkat.
Sebagai contohnya, saat seorang manajer IT diberi tanggung jawab untuk memperbarui software untuk 25 komputer karyawan. Melalui identifikasi, ada lima komputer yang tidak begitu memerlukan update untuk kebutuhan kerjanya. Jadi, eksekusi proyek bisa diubah dengan hanya melakukan software update pada 20 komputer karyawan saja.
Seorang manajer juga harus memeriksa pengurangan waktu yang dapat dicapai saat menerapkan strategi baru dibandingkan dengan efek negatif proyek yang melampaui deadline. Hal inilah yang dapat memengaruhi pembiayaan jika dibutuhkan lebih banyak sumber daya.
Saat menentukan strategi untuk mengatasi proyek yang macet, mungkin ada lebih dari satu alternatif jalan keluar. Dalam hal ini, seorang manajer juga perlu memilih pendekatan yang paling murah agar proyek selesai tepat waktu.
Misalnya, dalam contoh kasus serupa yang disebutkan di atas, manajer IT ingin menambah percepatan proyek dengan tambahan tenaga kerja. Jika ditambahkan dua orang tenaga kerja profesional dapat mempercepat proyek selama dua hari, tetapi tambahan lima orang bisa mempercepat proyek selama empat hari. Dalam kondisi ini, dengan jumlah jam kerja yang sama akan lebih baik menambah sumber daya agar proyek selesai lebih cepat.
Dengan semua keputusan yang dibuat, manajer harus memperbarui anggaran dan timeline untuk mencerminkan alokasi sumber daya baru. Informasikan perubahan tersebut juga harus disampaikan kepada pemangku kepentingan (stakeholders).
Manajer mungkin memerlukan otorisasi dari stakeholders untuk menyetujui penambahan sumber daya manusia atau pembiayaan yang baru. Dalam hal ini, para proyek manajer harus dapat menjelaskan dengan jelas manfaat dari pengajuan alternatif tersebut.
Contohnya, manajer menentukan susunan anggaran dan timeline baru yang menjabarkan waktu dan sumber daya apa saja yang dibutuhkan, serta penghematan efisiensi apa yang akan diwujudkan perusahaan. Para stakeholder akan memberikan persetujuan dengan cepat jika dapat melihat melihat penghematan tersebut sesuai ekspektasi.
Pengambilan keputusan dalam proyek macet atau dapat dikatakan sebagai proyek gagal merupakan kondisi yang tentatif. Ada beberapa kondisi yang memungkinkan penyelesaian sesuai rencana. Namu, agar tujuan akhir proyek tetap tercapai seorang manajer tetap harus mampu menentukan strategi saat sebuah proyek dinyatakan macet atau gagal.
Kemampuan analytical thinking adalah salah satu skill yang krusial untuk Anda miliki dalam dunia kerja.
Mulai dari masa mencari pekerjaan atau job seeker, mencantumkan kemampuan analytical bisa menjadi value atau nilai tersendiri untuk Anda.
Kemampuan ini termasuk dalam soft skill yang bisa didapatkan dan dikembangkan dari pengalaman yang beragam serta refleksi diri terhadap pekerjaan.
Memiliki kemampuan analytical thinking di dunia kerja tentu akan memberikan keuntungan dan membantu Anda mencapai tujuan profesional dengan lebih baik.
Apa sebenarnya analytical thinking dan bagaimana meningkatkan kemampuan ini? Dalam artikel ini, akan dijelaskan mengenai definisi analytical thinking, manfaat yang diberikan, hingga cara meningkatkannya.
Dikutip Indeed, analytical skills atau kemampuan analitik adalah kemampuan yang membuat Anda dapat melakukan observasi, riset, dan menginterpretasikan sebuah subjek untuk mengembangkan ide yang kompleks dan solusi.
Sementara itu, apa yang dimaksud dengan analytical thinking adalah saat Anda menggunakan kemampuan-kemampuan ini secara bersamaan untuk menyelesaikan sesuatu.
Ada banyak sekali pekerjaan yang menuntut Anda untuk mampu berpikir secara analitik. Bukan hanya profesional, kemampuan ini juga akan menguntungkan untuk digunakan dalam kehidupan pribadi.
Anda juga tidak bisa begitu saja mendapatkan kemampuan analytical thinking. Perlu trial dan error serta proses yang tidak sebentar untuk akhirnya Anda dapat memberikan suatu solusi untuk permasalahan tertentu.
Melalui pengalaman serta trial dan error, Anda yang memiliki analytical thinking adalah orang-orang yang bisa menganalisis situasi, topik, dan masalah dengan cepat yang umumnya terjadi dalam dunia kerja.
Itulah mengapa memiliki kemampuan ini akan membantu Anda meraih tujuan utama pada setiap pekerjaan yang Anda kerjakan.
Kemampuan analytical thinking akan sangat berguna untuk manajemen data dan bidang IT, tapi sebenarnya kemampuan analitik atau analytical skills sangat bernilai di berbagai jenis industri dan jenjang karier.
Saat Anda menjadi job seeker dan memiliki kemampuan analytical thinking yang kuat, perusahaan akan lebih tertarik karena kemampuan tersebut memiliki potensi untuk dapat meningkatkan operasional perusahaan.
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari analytical thinking:
membantu pengerjaan tugas yang kompleks dengan lebih efektif;
menyelesaikan masalah kompleks dengan cara yang lebih sistematis;
mengantisipasi datangnya masalah serta mampu merencanakan penyelesaiannya;
memudahkan Anda mencari alternatif atau pilihan solusi saat menghadapi masalah;
membantu pembuatan kebijakan dan keputusan yang data-based atau berdasarkan data; dan
mengidentifikasi masalah dan mengatasinya dengan efektif.
Elemen penting dalam analytical thinking adalah kemampuan untuk mengidentifikasi penyebab dan dampak dari suatu permasalahan.
Pada konteks pekerjaan, saat menghadapi masalah, untuk menerapkan analytical thinking, Anda perlu mengetahui terlebih dulu penyebab permasalahan tersebut. Proses untuk mengaplikasikan kemampuan analitik yaitu sebagai berikut:
Mengidentifikasi topik, permasalahan, dan isu yang ada.
Mengumpulkan informasi melalui tes dan observasi.
Mengembangkan solusi atau mendalami pemahaman dari topik yang ada.
Mencoba solusi dan ide baru yang telah dipelajari.
Meninjau kembali solusi apa yang dapat bekerja untuk menilai dan menerapkan pengetahuan baru.
Ada beberapa cara atau metode yang efektif untuk meningkatkan kemampuan analytical thinking yang Anda miliki. Berikut adalah cara meningkatkannya:
Bagian penting untuk menjadi seseorang yang memiliki analytical thinking adalah dengan banyak membaca buku. Membaca dalam keseharian akan membuat pikiran Anda terus berjalan dan memaksa otak memikirkan ide.
Selain itu, membaca juga bisa memberikan sudut pandang yang berbeda sehingga memperluas cara berpikir.
Jika Anda kesulitan untuk langsung membaca buku-buku penting ini, Anda bisa mulai juga dengan melakukan permainan atau games yang melatih otak.
Brain games akan membuat Anda berpikir lebih dalam dan mengutamakan logika. Banyak yang menggunakan metode bermain game ini untuk mempertajam kemampuan analitik.
Terus belajar dan menambah pengetahuan baru dapat meningkatkan kemampuan dan proses berpikir analitik Anda.
Semakin banyak yang Anda pelajari, maka semakin banyak juga pilihan dan informasi dalam penyelesaian masalah dan analisis situasi.
Tidak bisa dipungkiri bahwa setelah menyelesaikan sekolah/kuliah formal, banyak orang cenderung menjadi passive learners. Itulah mengapa penting untuk terus mempelajari hal-hal baru.
Ini akan membuat Anda lebih termotivasi dan menambah pengetahuan yang Anda tidak tahu sebelumnya.
Lebih perhatian dengan sekitar dan memperhatikan detail merupakan cara untuk meningkatkan analytical thinking selanjutnya. Coba untuk memperhatikan dengan detail apa yang terjadi di sekitarmu dan berlatih untuk menjadi pengamat yang baik. Ini akan membantu Anda lebih peka dalam menganalisis situasi.
Pengetahuan dan wawasan tentang analytical thinking juga bisa Anda dapatkan melalui kelas atau pelatihan. Saat ini tentu sudah banyak webinar yang menyediakan topik pembelajaran terkait analytical thinking dan soft skill lain yang mungkin dibutuhkan dalam dunia kerja.
Baik saat mengikuti pelatihan atau dalam lingkup pekerjaan, tidak takut bertanya dan meminta mentoring dengan atasan maupun pembicara adalah hal yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan kemampuan ini.
Menunjukkan apa yang ingin Anda ketahui dengan pertanyaan akan menambah sudut pandang sekaligus mengonfirmasi pemahaman yang Anda miliki.
Analytical thinking berfokus pada penyelesaian masalah dengan sistematis. Itulah mengapa jika masih kesulitan, Anda bisa membuat kerangka berpikir.
Kerangka berpikir bertujuan untuk memudahkan Anda memetakan masalah dan mencari solusi dari masalah yang ada.
Itu dia penjelasan mengenai analytical thinking. Selain kemampuan berpikir analitik, dalam pekerjaan juga penting memiliki cara berpikir yang memadukan pemikiran analitik serta pemikiran yang lebih intuitif seperti design thinking.
Kombinasi keduanya bisa menghasilkan solusi sekaligus peluang lebih kreatif dan ide-ide inovatif. Anda bisa mengikuti program Design Thinking for Business Innovation untuk lebih mendalami bagaimana cara berpikir yang tepat dalam bisnis.
Tunggu apalagi? Daftar kelas Design Thinking for Business Innovation di prasmul-eli sekarang!
Dalam bisnis, istilah B2B dan B2C sering kali digunakan dan dikaitkan satu sama lain, meskipun begitu keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
B2B yang berarti business-to-business dan B2C yang berarti business-to-consumer memiliki perbedaan dasar dari segi transaksi yang dilakukan dalam menjalankan bisnis.
Memahami perbedaan kedua jenis bisnis ini akan membantu pemahaman dan meningkatkan strategi bisnis Anda. Berikut adalah artikel selengkapnya tentang perbedaan B2B dan B2C.
Mengutip HubSpot, B2B atau business-to-business adalah sebuah bisnis di mana konsumen/penggunanya adalah bisnis-bisnis yang lain. Itulah mengapa, marketing yang dilakukan oleh B2B ditujukan untuk konsumen yang membeli mewakili suatu organisasi atau bisnis tertentu sesuai kebutuhan, ketertarikan, dan hambatan yang dimiliki organisasi tersebut.
Secara lebih sederhana, B2B merupakan bisnis yang konsumennya adalah organisasi dan perusahaan bisnis lain. Hubungan B2B merupakan hubungan komersial yang saling menguntungkan dan saling berkontribusi untuk kesuksesan masing-masing pihak terlibat.
Beberapa contoh dari B2B, yaitu:
B2C atau business-to-consumer adalah bisnis di mana konsumennya adalah konsumen individual dan bukan merupakan professional buyers atau pembeli profesional.
Marketing yang dilakukan pada bisnis B2C disesuaikan dengan kebutuhan, ketertarikan, dan tantangan yang dihadapi banyak orang dalam keseharian mereka.
Jadi, dalam bisnis B2C, end user atau pengguna terakhir dari produk/jasa suatu perusahaan adalah konsumen individual tersebut. Penjualan pada B2C juga bisa dilakukan baik secara online maupun offline.
Salah satu tantangan dalam bisnis B2C adalah memerlukan anggaran khusus untuk marketing karena harus membuat brand recognition yang baik untuk bisa tumbuh dan membentuk customer base. Beberapa contoh B2C, yaitu:
Untuk membentuk manajemen strategi yang optimal, ketahui 7 perbedaan dasar dari B2B dan B2C di bawah ini:
Mengutip dari Wall Street Mojo, penawaran yang diberikan oleh B2B dan B2C memiliki perbedaan yang signifikan. Tentunya karena memiliki perbedaan target audiens, maka apa yang kedua jenis bisnis ini tawarkan akan berbeda.
Penawaran dalam B2B lebih memperhatikan kebutuhan bisnis lain seperti bahan produksi, material untuk manufaktur, komponen-komponen produksi dan lainnya. Sementara itu, B2C menawarkan produk sudah jadi yang siap pakai untuk konsumen yang membelinya secara individual.
Seperti pengertiannya, tujuan dari bisnis dengan jenis B2B adalah untuk menyediakan kebutuhan organisasi atau perusahaan lain yang masih terhubung dengan produk dan jasa yang mereka tawarkan.
Sementara itu, untuk jenis bisnis B2C, tujuan bisnisnya adalah menyediakan produk dan layanan yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginan banyak individu.
Saat melakukan transaksi pada jenis bisnis B2B, maka fokusnya adalah untuk membentuk hubungan kerja sama jangka panjang antara penyedia jasa/produk dan organisasi/perusahaan yang menggunakannya. Pada B2B, pendekatan ini lebih mengarah kepada relasi bisnis.
Untuk fokus bisnis B2C, karena end user adalah konsumen individual, maka fokus utamanya yaitu brand recognition untuk membentuk customer base yang kuat.
Karena menyediakan bahan/material produksi serta jasa untuk perusahaan tertentu, sudah pasti ukuran bisnis B2B akan lebih besar, begitu juga dengan 'order' atau pembelian yang dilakukan konsumennya. Untuk B2C sendiri, pemesanan dan pembelian cenderung dalam jumlah yang sedikit.
Forbes menyebutkan bahwa pasti ada perbedaan strategi marketing jenis bisnis B2B dan B2C karena adanya perbedaan fokus dan target audiens.
B2B marketing biasanya akan berfokus pada pemasaran yang sifatnya lebih jangka panjang, menyampaikan spesialisasi produk/jasa yang mereka tawarkan, hingga permasalahan yang mereka selesaikan sehingga dapat dipercaya para ahli di bidangnya.
Sementara itu, strategi pemasaran untuk B2C cenderung lebih sederhana dan lebih cepat berganti. Hal ini karena target audiens mereka tidak lebih kompleks dibandingkan B2B.
Tidak seperti keputusan 'pembelian' dalam B2B yang memerlukan persetujuan banyak pihak, B2C hanya memerlukan persetujuan individual yang membutuhkan produk/jasa tersebut. Dengan begitu, proses pembuatan keputusan juga akan lebih cepat.
Marketing dalam B2C akan mengutamakan konten-konten yang bersifat persuasif dan menunjukkan manfaat langsung serta memastikan kepuasan pengalaman konsumen.
Baik penjualan B2B dan B2C, keduanya memiliki tahapan yang berbeda, termasuk waktu dan interaksi yang berdampak langsung pada proses penjualan.
B2B sales cycles biasanya lebih ekstensif dan melibatkan banyak usaha seperti networking, membangun hubungan baik dengan calon pembeli sebelum penjualan dan pembelian dilakukan.
Pembeli B2B yang merupakan organisasi/perusahaan juga lebih hati-hati sehingga butuh lebih banyak informasi dan waktu sebelum melakukan pembelian.
Berbeda dengan B2B, B2C sales cycles cenderung lebih sederhana dan tidak melibatkan banyak pihak sehingga pembeliannya bisa dilakukan secara langsung. Tidak memerlukan waktu yang lebih lama untuk memroses informasi.
B2C lebih menekankan pada brand awareness, iklan, serta digital marketing yang dilakukan suatu bisnis untuk memastikan adanya penjualan.
Jika Anda sedang mengelola salah satu jenis bisnis baik itu B2B maupun B2C, penting untuk memahami perbedaan keduanya untuk membentuk manajemen strategi yang lebih optimal.
Untuk memulainya dengan lebih baik, Anda harus memahami lebih dulu dasar-dasar B2B dan B2C sebelum menerapkan manajemen strategi dan marketing yang sesuai.
Tertarik mendalami keduanya? Anda bisa mulai dengan mengikuti program Managing Strategic B2B Account dari Prasetiya Mulya Executive Learning Institute.
Dari pemahaman dasar, perbedaan B2B dan B2C, pemetaan pasar, penentuan sasaran, hingga peran branding pada kedua usaha tersebut, Anda akan mendapatkan pemahaman menyeluruh.
Daftar programnya sekarang!
Metode SMART adalah salah satu pendekatan yang populer dan cukup efektif dalam merumuskan tujuan secara lebih spesifik.
Dalam bisnis, memiliki tujuan menjadi bagian paling penting. Untuk itu, Anda wajib mengetahui tentang metode yang satu ini agar tujuan bisnis menjadi lebih jelas dan terukur.
Dengan mengimplementasikannya, setiap rencana yang dibangun memiliki langkah-langkah yang terarah, sehingga tujuan akan lebih mudah dicapai.
Sederhananya, pendekatan ini memudahkan project management. Untuk mengenal lebih dalam tentang apa itu metode SMART, keuntungannya, dan bagaimana contoh menerapkannya, simak ulasan berikut.
Metode SMART pertama kali diperkenalkan oleh George T. Doran dalam jurnalnya. Judulnya adalah “There's a S.M.A.R.T. Way to Write Management's Goals and Objectives”. Dalam jurnal tersebut, ia mengatakan bahwa tujuan harus dibuat jelas, rinci, dan jangan mengambang.
Untuk itu, SMART menjadi akronim dari singkatan Specific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Timely. Semua kriteria itu digabungkan untuk membantu memfokuskan upaya Anda dan meningkatkan peluang mencapai tujuan.
Dengan mengikuti prinsip SMART, perusahaan dan individu dapat membuat rencana yang lebih terfokus, meningkatkan produktivitas dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.
Secara lebih rinci, SMART dapat Anda pelajari sebagai berikut:
Sesuai dengan namanya, tujuan harus dibuat secara spesifik agar tidak mengambang. Ketika tujuannya spesifik, akan lebih mudah untuk memfokuskan upaya dan mengalokasikan sumber daya secara efektif.
Contohnya, tujuan spesifik dapat membantu menjawab pertanyaan inti Anda seperti:
Measure berarti terukur, yang mana tujuan tersebut harus dapat diukur setiap prosesnya dengan jelas.
Dengan konsep ini, Anda akan lebih mudah untuk memantau apakah tujuan tersebut sudah berjalan untuk tercapai atau belum.
Selain itu, mengukur tujuan juga memudahkan dalam menyusun strategi untuk mencapai target yang ada.
Untuk membuat tujuan dapat diukur, tanyakan beberapa hal ini pada diri Anda:
Sebuah tujuan dibuat untuk dicapai. Oleh karenanya, tujuan tersebut harus dapat dapat dicapai.
Namun, agar lebih mudah tercapai Anda harus mendefinisikannya dengan cukup baik sehingga benar-benar dapat mencapainya. Coba tanyakan pertanyaan ini pada diri Anda untuk mengetahuinya.
Tujuan yang Anda tetapkan harus realistis. Artinya, dengan hambatan pun Anda dapat mencapainya dengan sumber daya yang ada. Untuk itu, sebelum menentukan, Anda dapat menanyakan ini pada diri sendiri:
Tujuan yang Anda buat harus terikat waktu karena memiliki tanggal mulai dan selesai. Jika Anda tidak menentukan batasan waktu, tentu tidak akan ada urgensi dan motivasi untuk mencapai tujuan. Untuk membuat tujuan terwujud tepat waktu, Anda dapat menanyakan beberapa hal ini pada diri sendiri:
Selain mengenal apa itu metode SMART, penting bagi Anda untuk juga memahami keuntungan dari setiap unsurnya.
Hal ini bertujuan untuk dapat merumuskan tujuan dengan lebih efektif, mengarah pada hasil yang lebih terukur, tercapai, dan relevan.
Berikut beberapa keuntungan menggunakan metode SMART:
Metode SMART membawa kejelasan dan fokus ke dalam penetapan tujuan. Dengan menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dan terarah, individu atau tim dapat mengidentifikasi prioritas mereka dengan lebih baik.
Misalnya, sebuah perusahaan menetapkan tujuan peningkatan pangsa pasar sebesar 15 persen dalam enam bulan. Mereka mendiversifikasi produk untuk fokus pada strategi pemasaran dan pengembangan produk yang mendukung pencapaian tujuan.
Dengan menghindari tujuan yang ambigu, metode ini memastikan bahwa sumber daya dan upaya diarahkan ke area yang paling strategis.
Metode SMART mendorong perencanaan yang terstruktur dan terperinci. Setiap elemen SMART mengharuskan pemikiran mendalam tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Misalnya, untuk meningkatkan penjualan produk baru, perencanaan yang terstruktur melibatkan riset pasar, strategi pemasaran, pelatihan tim penjualan, dan evaluasi rutin. Perencanaan yang baik membantu mencegah kebingungan atau kesalahan strategis, mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan peluang kesuksesan.
Unsur waktu dalam metode SMART memberikan landasan waktu yang jelas. Hal ini membantu mendeteksi target yang mungkin terlewat.
Sebagai contoh, jika sebuah proyek harus diselesaikan dalam tiga bulan, batas waktu yang jelas memungkinkan tim untuk terus memantau kemajuan target tersebut.
Dengan proses ini, nantinya tim dapat mengidentifikasi hambatan atau keterlambatan potensial dan mengambil tindakan korektif sebelum terlambat.
Metode SMART menciptakan gambaran yang jelas dan mudah diakses tentang tujuan yang ingin dicapai.
Keterlibatan unsur spesifik, terukur dan terarah membantu dalam visualisasi yang lebih mudah.
Misalnya, untuk mencapai work-life balance, menganalisis definisi "balance" secara rinci dapat membantu merencanakan langkah-langkah positif yang diperlukan.
Visualisasi yang jelas juga akan membantu memotivasi Anda atau tim dengan memberikan pandangan yang jelas tentang hasil akhir yang diinginkan.
Metode SMART menghadirkan pendekatan bertahap terhadap pencapaian tujuan besar.
Dengan memecah tujuan besar menjadi sub tujuan yang lebih kecil dan terukur, rasa kewalahan dapat diminimalkan.
Contoh, jika target jangka panjangnya mencakup pengembangan produk revolusioner, langkah-langkahnya bisa meliputi riset, pengujian konsep dan umpan balik.
Pendekatan ini memastikan progres yang stabil, mencegah frustasi dan meningkatkan motivasi untuk mencapai tujuan akhir.
Fokus pada tujuan yang dapat dicapai (Achievable) membantu mencegah rasa kewalahan dan kekecewaan.
Dengan memecah tujuan menjadi langkah-langkah yang lebih kecil dan terukur, individu atau tim dapat merayakan pencapaian bertahap.
Misalnya, jika tujuan adalah memperluas pangsa pasar, Anda bisa memulai dengan melibatkan strategi pemasaran yang lebih terfokus pada segmen target.
Kesuksesan dalam mencapai langkah-langkah kecil ini meningkatkan kepercayaan diri dan menjaga semangat untuk mencapai tujuan akhir.
Itulah pengertian metode SMART dan keuntungannya serta contohnya yang dapat Anda ketahui.
Secara keseluruhan, metode ini meningkatkan efektivitas penetapan tujuan dengan memberikan pendekatan terstruktur yang mengedepankan kejelasan, akuntabilitas, dan motivasi.
Pada akhirnya penggunaan metode SMART akan mengarah pada peningkatan keberhasilan dalam mencapai hasil yang diinginkan.
Selanjutnya, Anda bisa tingkatkan keterampilan problem solving dan decision making untuk mengatasi tantangan serta membuat keputusan yang lebih efektif. Anda dapat mengikuti short program Problem Solving & Decision Making dari prasmul-eli.
Selama tiga hari, Anda akan mendapatkan kemampuan melalui pembelajaran yang meliputi:
Menarik bukan? Tunggu apalagi, daftarkan diri Anda di sini sekarang!