Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Faktor Pendorong Konversi Pelanggan dalam Membeli Produk

Banner-Article-AGT-PelangganMembeli.jpg

Dalam menjalankan bisnis, Anda pasti ingin mengetahui tindakan pelanggan. Dengan begitu, Anda akan mengetahui keberhasilan strategi bisnis yang Anda jalankan. Untuk mengetahui tindakan pelanggan terhadap produk, Anda dapat melihat konversi pelanggan.

Pada sistem penjualan online, Anda akan sering mendengar konversi penjualan. Istilah ini mengacu pada persentase pengunjung website atau e-commerce Anda yang melakukan transaksi lebih lanjut. Semakin tinggi tingkat konversi bisnis, semakin baik pula kelangsungan bisnis Anda. 

Faktor Pendorong Konversi Pelanggan 

Tingkat konversi berkaitan erat dengan kunjungan online pelanggan Anda. Oleh karena itu, ini berkaitan erat dengan promosi, konten, dan rekomendasi. Untuk meningkatkan konversi, penting untuk mengetahui, mendengarkan, dan melayani pelanggan. Untuk memudahkan Anda, berikut beberapa faktor yang dapat dilakukan untuk menunjang konversi pelanggan:

1. Tawarkan gratis ongkos kirim

Ongkos kirim adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pelanggan untuk membeli suatu produk. Tidak jarang pelanggan membatalkan pembelian hanya karena ongkos kirim yang mahal. Untuk mengakali hal tersebut, tawarkanlah pelanggan gratis ongkos kirim.

Tidak ada pelanggan yang tidak suka gratis ongkos kirim. Hal ini terbukti ketika Amazon melakukan promosi gratis ongkos kirim di setiap pembelian buku kedua, penjualan melonjak di semua negara, kecuali Prancis. Hal ini terjadi karena Amazon.fr mengubah sistem untuk menagih satu franc untuk pelanggan, bukannya nol franc.

Menariknya ongkos kirim lebih dapat menarik minat pelanggan ketimbang produk yang sedang diskon. Hal ini cukup unik karena terlepas dari harga produk yang ditawarkan jauh lebih murah ketimbang dengan harga normal, transaksi sering kali batal jika pelanggan tetap harus mengeluarkan ongkos kirim.

Menurut salah satu teori, alasan pengiriman gratis mengalahkan diskon adalah karena dalam berbelanja ada proses tawar menawar. Ketika pelanggan mendapatkan yang diinginkan maka akan muncul perasaan kemenangan.

Semua orang tahu bahwa pengiriman harus mengeluarkan biaya. Jadi ketika pelanggan tahu bahwa mereka tidak perlu membayar untuk ongkos kirim, rasanya mereka seperti memenangkan proses tawar menawar tersebut.

2. Pelanggan butuh informasi-informasi penting produk

Sebanyak 62% pembeli mencari tahu tentang produk yang akan dibeli secara online. Selain itu, sembilan dari sepuluh orang mengatakan bahwa mereka menonton review produk teknologi yang akan dibeli.

Hal ini sangat wajar, terlebih bila mengingat bahwa saat ini sudah banyak orang-orang yang menggunakan smartphone. Sebelum membeli suatu produk, mereka akan menggunakan smartphone tersebut untuk memeriksa harga, review, promosi produk yang sedang berjalan, dan informasi-informasi lain.

Jika terdapat review buruk atau kekurangan informasi pada brand dan produk Anda, akan sulit untuk mendorong pelanggan untuk membeli produk Anda. Tidak hanya pelanggan yang hilang, kredibilitas brand dan produk Anda di mata pelanggan juga akan berkurang.

Untuk meminimalisir review buruk dari para pelanggan, Anda harus memastikan bahwa produk dan layanan yang mereka terima sudah dilakukan dengan sebaik mungkin. Anda harus memastikan bahwa situs resmi, dan media sosial sudah berfungsi dengan baik, dan menyediakan segala informasi yang dibutuhkan pelanggan.

Oleh karena itu, berikan informasi penting dan relevan secara online untuk pelanggan Anda. Dengan begitu sebelum membeli, para calon pelanggan Anda dapat mengetahui lebih banyak tentang produk Anda. 

Agar pelanggan tertarik untuk menonton konten yang dibuat, dan mengetahui kualitas produk Anda, buatlah konten dengan bentuk gambar, dan video. Konten juga harus dibuat secara konsisten dan semenarik mungkin, dengan begitu pelanggan akan tertarik dengan produk Anda.

3. Rekomendasi paling efektif adalah omongan dari mulut ke mulut

Dibandingkan dengan iklan yang dibuat oleh brand, pelanggan lebih percaya dengan seseorang yang mereka kenal. Menurut penelitian sebanyak 30% mengatakan bahwa mereka akan lebih menerima tawaran dari brand ketika melihat teman-temannya melakukan repost brand terkait.

Bahkan sebanyak 81% mengatakan postingan dari teman di media sosial dapat langsung mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli suatu produk. Menurut seorang profesor, dan penulis “Contagious: Why Things Catch On”, Jonah Berger, alasan pelanggan lebih percaya teman ketimbang brand adalah karena masalah kepercayaan, dan penargetan yang tepat.

Iklan selalu memberi tahu bahwa suatu produk bagus, sehingga pelanggan tidak dapat bersikap skeptis. Sementara lewat omongan teman-teman yang sudah dikenal, akan membangun kesan jujur, sehingga pelanggan akan lebih percaya.

Selain itu, rekomendasi dari mulut ke mulut hanya ditujukan kepada orang-orang yang memang tertarik dengan brand atau produk terkait. Anda tidak mungkin merekomendasikan popok bayi pada orang yang belum memiliki anak.  Oleh karena itu, rekomendasi dari orang-orang yang dikenal akan lebih tepat sasaran dan efisien.

Ketika Anda menjalankan bisnis, penting untuk mengetahui yang disukai oleh pelanggan. Karena dengan mengetahui dan memberikan yang benar-benar diinginkan oleh pelanggan adalah bukti bahwa brand sudah mendengarkan dan memahami pelanggannya dengan baik.

ARTIKEL TERKAIT