Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Stress Management

e590cf89-1bb0-4a31-b9e5-a7003bf02118.jpg

Stress streeeessss.. itu yang sering dikeluhkan orang. Kadang hal ini dianggap sepele atau sesuatu yang given sudah wajar dan tidak mungkin dikendalikan atau dihindari. Akibatnya banyak yang pasrah dan menerima saja kondisinya. Jika bawahan atau rekan kita stress, apakah hal ini tidak berdampak pada kita (secara langsung maupun tidak langsung)?

Menurut survey, stress mengakibatkan kecelakaan kerja dan tingkat absensi meningkat, produktifitas menurun, penyakit jantung yang fatal, biaya pengobatan membengkak. Akibat stress bisa berupa psikologis: cemas, menurunnya kreatifitas, minder, pelupa, over-sensitif; juga fisiologis: mudah letih, keringat berlebihan, alergi,pusing, gangguan maag, gangguan menstruasi; dan perubahan perilaku: melamun, merokok, minum minuman keras, uring-uringan, gagap, belanja impulsif.

Bisnis apapun perlu menyadari secara serius akibat stress ini dan tidak bisa menutup mata. Setidaknya walaupun kita
tidak bisa menghapusnya, tetapi bisa berusaha mengurangi penyebab dan dampaknya.

Salah satu cara mengendalikan stress adalah dengan melakukan manajemen waktu yang sesuai. Banyak orang mengalami kekurangan waktu padahal sekarang sudah banyak teknologi yang bisa meningkatkan efisiensi kerja kita. Cobalah kita rinci penggunaan waktu kita selama ini, berapa yang benar-benar efektif dan berapa yang kita habiskan hanya untuk hal yang sepele. Beberapa telpon, sms, email dan rapat kadang menyita waktu tetapi tidak begitu penting. Delegasikan laporan yang rutin dan kurang penting ke bawahan. Gunakan tehnologi yang tepat untuk mengatur waktu kita. Tidak harus semua rapat kita hadiri, tidak harus semua email kita jawab segera. Telitilah mana tugas yang masih bisa ditunda dan mana yang memang genting.

Olahraga dan kegiatan rekreasi / relaksasi adalah juga alternatif pereda stress atau paling tidak meningkatkan
daya tahan tubuh kita guna menghadapi stress.

Bersosialisasi dengan orang lain juga merupakan obat stress. Seseorang bisa menyalurkan curahan hatinya kepada sahabat yang bersedia mendengarkan dengan sabar tanpa menghakimi atau memberikan penilaian.

Seorang pasien mengeluh pada dokternya tentang penyakit yang dideritanya padahal dia rutin berolahraga dan
menerapkan gaya hidup sehat (menjaga makanan / minuman, tidak merokok). Dokter mengatakan bahwa penyebabnya satu: STRESS.

Tetapi saya tidak mungkin tidak memikirkan, saya bukan orang yang egois! ini mungkin jawaban dari seorang yang
baru menerima nasehat "Sudahlah, jangan dipikirkan terus". Banyak di antara kita merasa bahwa kita ini bertanggungjawab atas masalah orang lain dan merasa bahwa memikirkan diri sendiri adalah tindakan negatif. Karena itu sering ada istilah "orang yang cuek bebas stress".

Saya menganjurkan untuk mencoba memikirkan diri sendiri selama SATU HARI saja, atau kalau tidak bisa, satu jam
saja. Konsentrasikan waktu khusus untuk memikirkan diri sendiri. Memikirkan diri sendiri bukan otomatis berarti merugikan orang lain. Membuat diri Anda berbahagia membuat orang yang dekat dengan Anda ikut berbahagia juga. Siapa yang mau dekat-dekat dengan pemurung/ pemarah? Siapa yang mau berteman dengan
orang stress (walaupun dia orang baik)?

"Kewajiban" untuk membuat semua orang bahagia membuat kita stress.
Mengharapkan orang lain berpendapat sama dengan kita juga akan membuat kita stress. Telitilah diri kita sendiri, apa keyakinan selama ini yang membelenggu kita? Apakah kita terlalu terobsesi menjadi "orang baik" sehingga kita
frustrasi ketika orang tidak menghargai kebaikan kita atau tidak menganggap kita baik?

Satu hal lagi, membantu orang lain juga bisa berarti membahagiakan diri sendiri. Memberikan sumbangan kepada
mereka yang membutuhkan adalah juga tindakan yang membuat kita menjadi bahagia Jadi hindarilah pandangan bahwa membahagiakan diri sendiri berarti merugikan orang lain dan sebaliknya. Hidup dan dunia ini adalah anugerah Tuhan dan pasti Tuhan tidak mau kita mengisinya dengan stress dan kesedihan.

ARTIKEL TERKAIT