Salah satu gaya kepemimpinan yang umum dalam organisasi adalah gaya kepemimpinan demokratis. Jika Anda mengetahui definisi demokrasi, Anda sudah siap memahami bagaimana menerapkan gaya pemimpin demokratis.
Kepemimpinan demokratis adalah cara seorang atasan, manajer, atau pemimpin perusahaan membimbing anggota timnya dengan pendekatan demokratis. Gaya kepemimpinan ini melibatkan para anggota tim dalam menghadapi tugas-tugas yang diemban.
Untuk memahami lebih mendalam apa yang dimaksud dengan kepemimpinan demokratis, termasuk ciri-cirinya, kelebihan, dan kekurangannya, mari kita telusuri ulasannya.
Pada dasarnya, gaya kepemimpinan demokratis memiliki kemiripan substansial dengan prinsip politik demokrasi.
Kepemimpinan demokratis menekankan pada pembagian kekuasaan yang setara di antara semua pihak. Jadi, tidak ada dominasi tunggal dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya ini menciptakan lingkungan tanpa hierarki, di mana pemimpin mendorong anggota timnya untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Suara setiap anggota dihargai dan dianggap sama penting.
Dalam konteks ini, ide dapat dipertukarkan tanpa rasa takut akan penilaian, karena diskusi aktif sangat didorong.
Peran pemimpin adalah memberikan bimbingan dan kontrol terhadap arah perbincangan.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua keputusan harus selalu diambil secara kolektif.
Hal ini tetap tergantung pada peran dan tanggung jawab masing-masing individu, di mana keputusan akhir mungkin tetap menjadi kewenangan pemimpin.
Seorang pemimpin dapat memperoleh kepercayaan tambahan dari anggota tim untuk membuat keputusan tertentu.
Gaya kepemimpinan demokratis juga dikenal memiliki istilah lain. Bisa disebut kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan bersama, manajemen open-book, pengambilan keputusan partisipatif dan gaya manajemen demokratis.
Menurut teori yang diajukan seorang psikolog organisasional yaitu Kurt Lewin, terdapat tiga elemen inti yang menunjukkan ciri-ciri dari gaya kepemimpinan yang satu ini, yaitu:
Selain ketiga elemen tersebut, terdapat karakteristik utama lain dari kepemimpinan demokratis, seperti:
Seorang pemimpin yang baik juga terbuka terhadap berbagai pandangan dan tidak menekan suara-suara yang berbeda.
Oleh karena itu, sifat-sifat seperti kejujuran, kecerdasan, keberanian, kreativitas, kompetensi dan rasa keadilan dianggap penting bagi pemimpin demokratis.
Berdasarkan penelitian, kepemimpinan demokratis terbukti menjadi salah satu gaya kepemimpinan yang paling efektif. Beberapa kelebihan yang diungkapkan meliputi:
Gaya kepemimpinan demokratis membawa dampak positif yang signifikan terhadap produktivitas anggota tim.
Dengan melibatkan anggota tim dalam proses pengambilan keputusan, tercipta rasa tanggung jawab dan motivasi yang tinggi.
Anggota tim merasa memiliki kontribusi yang berarti terhadap tujuan bersama, yang pada gilirannya meningkatkan dedikasi mereka terhadap pekerjaan.
Adanya rasa keterlibatan dan keadilan dalam pengambilan keputusan memperkuat ikatan antar anggota tim yang akhirnya menciptakan atmosfer kerja yang positif.
Melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan memberikan rasa kepemilikan juga berpengaruh terhadap hasil akhir, sehingga moral tim meningkat secara signifikan.
Anggota tim tidak hanya merasa sebagai eksekutor tugas, tetapi juga sebagai kontributor yang berpengaruh terhadap arah dan kebijakan yang diambil.
Dengan adanya dorongan untuk berbagi gagasan dan pendapat, anggota tim merasa lebih termotivasi untuk berkontribusi dengan ide-ide segar dan baru.
Kreativitas ini tidak hanya bermanfaat untuk menciptakan solusi inovatif, tetapi juga untuk menghadapi tantangan perubahan yang lebih adaptif.
Kepemimpinan demokratis juga menciptakan kesempatan untuk melibatkan penilaian umpan balik antara pemimpin dan anggota tim.
Proses ini memungkinkan pertukaran pandangan yang konstruktif dan evaluasi terhadap kinerja individu maupun kelompok.
Melibatkan penilaian kembali membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan area pengembangan, juga memungkinkan setiap anggota tim untuk terus berkembang.
Proses pengambilan keputusan menjadi rumit ketika anggota tim tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Kompleksitas terjadi karena kesulitan dalam menyampaikan ide, gagasan atau masalah secara jelas dan terstruktur.
Dalam kelompok dengan banyak anggota dan suara yang berbeda, risiko adanya ide dan opini yang tumpang tindih semakin meningkat.
Hal ini terjadi saat anggota tim menyampaikan ide serupa atau kontradiktif tanpa memperhatikan input sebelumnya.
Kekurangan kemampuan anggota tim, termasuk pemimpin, dalam menyelesaikan masalah dapat menghambat proses pengambilan keputusan.
Keterbatasan ini dapat mencakup kurangnya pemahaman tentang masalah yang dihadapi, kurangnya keterampilan analisis atau kurangnya kreativitas dalam mencari solusi.
Untuk mengenal secara lebih jelas gaya kepemimpinan demokratis, contoh kasus penerapannya bisa Anda pahami di tempat kerja.
Misalnya, Anda adalah seorang pemimpin tim yang sedang bekerja pada suatu proyek dengan tim. Pada suatu saat, proyek mengalami kendala yang memerlukan solusi.
Sebagai pemimpin tim demokratis, Anda akan memulai diskusi dengan anggota tim untuk mencari solusi terbaik atas masalah yang dihadapi. Anda akan mendengarkan semua pendapat anggota tim, memastikan setiap orang memiliki kesempatan untuk menyampaikan pemikirannya.
Setelah berdiskusi, Anda akan mengambil keputusan berdasarkan hasil percakapan. Keputusan tersebut kemudian disampaikan kepada tim, disertai ucapan terima kasih atas partisipasi mereka dalam mencari solusi.
Pada dasarnya, memahami gaya kepemimpinan ini membuat pemimpin bisa mengambil keputusan informasional dalam berbagai konteks organisasi.
Untuk menjadi pemimpin yang dihormati dengan gaya kepemimpinan demokratis tersebut, pengembangan pribadi dan profesional wajib untuk dimiliki.
Anda bisa ikut short program Pelatihan Self Leadership dari Prasmul Eli yang menawarkan pemahaman terhadap hal-hal berikut ini:
Rangkaian pembelajaran tersebut, memungkinkan Anda belajar hal baru dan membuat kemampuan semakin maju. Daftar kelasnya sekarang di sini!