Konflik di tempat kerja bukan sesuatu yang mengherankan karena perbedaan pendapat pasti sering terjadi. Konflik tidak selalu besar, sedikit salah paham saja sudah bisa menjadi permasalahan di tempat kerja.
Pada dasarnya, mengatasi konflik di tempat kerja adalah keterampilan penting yang dapat membantu mempertahankan hubungan sehat antara Anda rekan kerja. Meski terkesan buruk, konflik di tempat kerja bisa Anda atasi dengan beberapa cara, agar suasana kerja tetap baik.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mengatasi konflik di tempat kerja.
Cobalah untuk memahami sumber konflik dengan mengidentifikasi perbedaan pendapat, kepentingan, atau masalah yang mendasarinya. Cara untuk mulai mengidentifikasinya adalah dengan mengajak bicara anggota tim terlebih dahulu.
Umumnya, konflik di tempat kerja terjadi karena kurangnya komunikasi yang jelas. Situasi ini bisa terjadi antar sesama staf atau manager dan supervisor.
Apapun jabatan pekerjaannya, Anda perlu menyadari bahwa setiap kata yang diucapkan, tidak ucapkan, serta bahasa tubuh, bisa berpengaruh terhadap respons orang lain.
Berpura-pura tidak peduli terhadap situasi yang ada, bahkan bersikap bias terhadap satu pihak, akan memperparah masalah. Lebih jauh lagi, hal tersebut menyebabkan timbulnya masalah lebih lanjut, dan dalam kasus yang ekstrim, berpotensi menimbulkan masalah hukum.
Sebagai seorang pemimpin, Anda perlu memahami cara mengurangi konflik, dan cara menangani ketegangan apa pun jika konflik itu muncul.
Sebelum menilai salah satu pihak, ada baiknya untuk dengarkan dengan cermat semua pihak yang terlibat dalam konflik.
Berikan kesempatan untuk berbicara tentang perasaan dan pandangan mereka. Ajukan pertanyaan terbuka yang membantu menggali lebih dalam tentang masalah tersebut.
Saat mendengar cerita dari berbagai pihak, penting untuk tetap tenang dan profesional saat mengatasi konflik. Hindari emosi yang berlebihan atau marah. Ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman untuk berbicara.
Komunikasi yang efektif melibatkan berbicara dengan jelas, terbuka, dan tulus. Hindari penilaian negatif dan kritik yang berlebihan.
Bekerja sama dengan semua pihak yang terlibat untuk mencari solusi yang memuaskan semua orang. Berfokus pada solusi daripada menyalahkan pihak lain.
Anda bisa memberikan formulir feedback untuk membantu tim tumbuh dengan baik dan memberikan berbagai sudut pandang berbeda terkait pekerjaan di kantor.
Menurut laporan tempat kerja oleh Gallup, hanya 23% karyawan yang sangat setuju bahwa manajer mereka memberikan feedback yang sesuai.
Bila Anda seorang pemimpin, perlu berupaya menciptakan tujuan yang didukung oleh fakta, memang terdengar klise, tapi cukup menantang, sehingga Anda perlu kesabaran dalam menjalaninya.
Kabar yang terdengar di lingkungan kerja belum tentu kebenaran. Bisa saja informasi tersebut tidak mendasar, sehingga hanya menjadi bahan omongan yang tidak ada habisnya.
Maka dari itu, hindari berbicara tentang konflik kepada rekan kerja lain di luar situasi yang berkaitan. Gosip dapat memperburuk konflik dan merusak hubungan dan suasana di lingkungan kerja.
Bila ingin berdiskusi, sebaiknya dengan teman satu tim atau yang berhubungan dengan konflik, sehingga Anda bisa berpikir lebih jernih.
Jika konflik terus berlanjut dan tidak dapat diatasi secara internal, Anda mungkin perlu mencari bantuan dari tim Human Resource Development (HRD) yang bisa menjadi rekan diskusi untuk masalah tersebut.
Hindari membahas masalah pribadi karena bisa melenceng dari masalah yang seharusnya. Segera selesaikan setiap masalah dan konflik dengan cara yang benar dan tidak membiarkannya masalah berkelanjutan dan berlarut-larut.
Ingatlah bahwa mengatasi konflik di tempat kerja adalah proses yang memerlukan kesabaran dan komitmen dari semua pihak yang terlibat. Tujuan akhirnya adalah menciptakan lingkungan kerja yang sehat, produktif, dan kolaboratif.
Karena itulah, seorang manajer memiliki hak sekaligus kewajiban untuk mempertahankan budaya yang kondusif. Sebagai garis depan dari operasional perusahaan, para manajer dapat mengasah kemampuan karyawan serta menyelaraskan sifat dan preferensi melalui program Team Leadership: Becoming Flexible Leaders.