Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Menggunakan Goal Setting untuk Memotivasi Karyawan


15 July 2022
Banner-Article-JULY-GOAL.jpg

Dalam pekerjaan sehari-hari, tidak dapat dimungkiri bahwa karyawan tidak selalu termotivasi untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Bahkan meskipun seorang karyawan  seringkali terlihat termotivasi dalam kesehariannya, tapi bisa saja di bulan berikutnya, ia menjadi tampak kehilangan minat dalam mengerjakan tugas dan pekerjaanya. Dalam situasi seperti ini, seorang pemimpin tentunya perlu memiliki cara untuk dapat memotivasi kembali karyawannya. Salah satu cara untuk dapat membangkitkan kembali motivasi karyawan adalah melalui goal setting

 

Apa itu Goal Setting dan Kapan Goal Setting Diperlukan untuk Memotivasi Karyawan?

Goal setting--atau penetapan tujuan--merupakan salah satu teori motivasi yang dikemukakan oleh Edwin A. Locke, salah seorang pakar di bidang psikologi dari Universitas Maryland. Dalam goal setting, apabila seseorang diberikan atau menentukan tujuan yang spesifik dan menantang dengan disertai feedback yang sesuai, maka, hal ini akan dapat mendorong kinerja yang lebih baik. 

 

Tentu saja, hal ini berarti bahwa proses penentuan tujuan dan tujuan itu sendiri perlu memenuhi berbagai kriteria untuk dapat efektif. Sebagai contoh, dalam proses penentuan tujuan, pemimpin yang melibatkan karyawan mereka untuk menentukan tujuan serta bagaimana tujuan tersebut akan diperoleh akan mendorong rasa kepemilikan (“sense of ownership”) atas tujuan serta komitmen untuk mencapai tujuan tersebut. tujuan yang disusun juga perlu untuk mempertimbangkan aspek SMART (Specific, Measurable, Attainable, Result Oriented, dan Time bound). Selain itu, pemberian feedback, masukan, dan pujian atau reward positif atas pencapaian tujuan akan dapat mendorong karyawan untuk lebih termotivasi dalam mengerjakan pekerjaannya.

 

Akan tetapi perlu diingat bahwa goal setting mungkin tidak dapat berlaku untuk semua kondisi atau karyawan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan goal setting saat memotivasi karyawan

 

1. Karyawan tidak memiliki goal atau ekspektasi yang jelas.

Beberapa karyawan dapat menjadi tidak termotivasi apabila mereka tidak memiliki gambaran yang jelas atas apa yang harus mereka lakukan. Meskipun memberikan keleluasaan atas bagaimana karyawan mengerjakan pekerjaan mereka adalah suatu hal yang positif, tetapi, tidak ada salahnya untuk menjadi lebih spesifik untuk beberapa situasi. Pastikan pula untuk melibatkan karyawan dalam proses goal setting dan memberikan ruang bagi karyawan untuk mengklarifikasi suatu tujuan

 

2. Goal yang diberikan kurang menantang atau tidak realistis.

Agar dapat berfungsi dengan optimal, sebuah tujuan perlu untuk dapat cukup menantang, tapi sekaligus cukup realistis untuk dapat diselesaikan. Menentukan sebuah stretch goal (goal yang menantang) sebaiknya memperhatikan pula kapasitas dari karyawan dan perusahaan, untuk memastikan  bahwa karyawan cukup termotivasi untuk mencapainya. 

 

3. Karyawan jarang memperoleh feedback atau apresiasi atas proses dan hasil kerja mereka.

Ketiadaan feedback berarti bahwa karyawan tidak tahu seberapa baik cara mereka bekerja maupun kualitas hasil kerja mereka terhadap keseluruhan hasil akhir dari pekerjaan mereka. Terlebih apabila pemimpin atau perusahaan jarang memberikan apresiasi positif atas hasil kerja mereka. Karyawan mungkin akan merasa bahwa tidak ada gunanya menunjukkan kinerja yang baik, yang kemudian membuatnya menjadi tidak termotivasi untuk menunjukkan performa terbaiknya. 



 

Cara Menggunakan Goal Setting dalam Memotivasi Karyawan

Apabila Anda merasa perlu untuk menggunakan goal setting untuk memotivasi karyawan, maka berikut adalah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan

1. Bangun Budaya Mendiskusikan Goal dalam Tim.

Pelibatan karyawan dalam penentuan tujuan tentunya tidak akan berfungsi optimal apabila komunikasi dan diskusi mengenai tujuan dan sasaran tidak terjadi dengan lancar, seperti apabila ada perasaan enggan atau takut. Oleh sebab itu, bangun iklim dan suasana yang memungkinkan karyawan untuk mendiskusikan goal dengan atasan mereka. Pastikan bahwa tujuan yang hendak dicapai selaras dengan apa yang hendak dicapai oleh perusahaan, dan pastikan bahwa goal yang hendak dicapai cukup menantang dan realistis. Terbukalah pada diskusi mengenai bagaimana karyawan akan mencapai suatu tujuan, milestone apa yang perlu untuk diperhatikan, dan sebagainya.

2. Lakukan Monitoring dan Berikan Feedback.

Meskipun pada umumnya review atas kinerja dilakukan secara berkala dalam satu tahun satu atau dua kali, tetapi tidak ada salahnya untuk melakukan review dalam jangka waktu yang lebih pendek. Melakukan monitoring dan feedback atas proses dan pencapaian tujuan akan memberikan karyawan perasaan bahwa upaya mereka dihargai, dan bahwa pemimpin bersama dengan mereka dalam mencapai tujuan tersebut (“we’re in it together”). Selain itu, karyawan juga dapat sesegera mungkin mengetahui aspek kinerja apa yang sudah baik dan apa yang perlu ditingkatkan. Hal ini juga dapat membantu apabila karyawan menemui kesulitan atau ada tujuan yang tidak tercapai, pemimpin dapat mendorong karyawan untuk memberikan alternatif solusi atas hambatan yang dihadapi, serta menentukan kapan ia perlu terlibat dalam menangani hambatan itu. Bahkan, jika diperlukan, dapat dilakukan penyesuaian milestone, timeframe, dan bahkan suatu goal itu sendiri. 

3. Pertimbangkan Aspirasi Personal Karyawan.

Terdapat sejumlah keuntungan apabila seorang pemimpin mengikutsertakan aspirasi atau goal personal seorang karyawan dalam tujuan profesional mereka. Pertama, karyawan akan merasa bahwa atasan mereka memperhatikan dan menghargai mereka. Rasa kepemilikan karyawan atas suatu goal serta bagaimana mereka akan mencapainya juga akan lebih tinggi. Meski demikian, perlu diperhatikan bahwa tidak semua karyawan berkenan untuk mencampurkan antara aspirasi personal mereka dengan tujuan perusahaan, tetapi berikan kesan bahwa Anda akan dapat memfasilitasi hal tersebut apabila mereka berkenan. 


Menggunakan pendekatan goal setting hanyalah salah satu dari cara memotivasi karyawan. Setiap karyawan tentunya memiliki hal berbeda yang dapat memotivasi mereka. Oleh sebab itu, asesmen dini atas potensi, kompetensi, dan kapabilitas karyawan dapat menjadi penting untuk dapat membantu mengenali hal apa yang dapat mendorong karyawan untuk tetap termotivasi.

 

Oleh Herjuno Tisnoaji - Resident Assessor prasmul-eli

ARTIKEL TERKAIT
Banner-Article-Feb-18 (1).jpg
Cara Berkomunikasi pada Atasan jika Kelebihan Workload
03 June 2024

Setiap karyawan tentunya punya kapasitas terkait beban pekerjaan yang bisa diselesaikan. Mendapatkan tambahan pekerjaan tentunya akan membuat kualitas pekerjaan menurun, begitu pun dengan kesehatan dari karyawan tersebut. Jika Anda sedang mengalaminya, pastinya untuk bilang ke atasan bahwa Anda mengalami kelebihan workload.

Sayangnya, situasi ini kadang kurang menguntungkan untuk banyak karyawan. Banyak atasan yang kerap menilai mereka yang kelebihan pekerjaan hanyalah karyawan pemalas dan tukang mengeluh. Untuk itu, Anda perlu sebuah strategi dalam berkomunikasi dengan atasan supaya mendapatkan hasil terbaik.

Cara Mengatakan Anda Kelebihan Pekerjaan kepada Atasan

Hal yang perlu diperhatikan memang menjauhkan dari kesan mengeluh atau mencari enaknya saja. Berikut sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk bilang ke atasan bahwa Anda kelebihan beban pekerjaan.

1. Merencanakan meeting

Mengingat ini urusan pekerjaan, Anda tetap harus melakukan dengan cara profesional. Carilah waktu yang tepat untuk mengajak atasan membicarakan masalah ini secara empat mata. Dengan sebuah meeting terjadwal, Anda akan membuat obrolan ini menjadi penting bagi semua pihak.

Lebih baiknya lagi tidak melakukan meeting mendadak. Dengan begitu, Anda bisa mencatat semua hal yang perlu dibahas dalam meeting tersebut.

Lebih baiknya lagi jika Anda memberikan pembahasan singkat tentang agenda meeting tersebut. Hal ini pun akan memberikan kesempatan untuk atasan Anda memikirkan solusi dari segala kemungkinan tentang hasil meeting.

2. Memberikan solusi tanpa mengeluh

Sebuah cara mengekspresikan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap sebuah situasi pastinya sebuah keluhan. Jika ini yang dilakukan, Anda akan dicap sebagai karyawan pemalas.

Cara untuk menghindari keluhan itu keluar dari mulut Anda adalah memberikan solusi terkait dengan beban pekerjaan tersebut. Sampaikan bahwa ini merupakan masalah tim dan bukanlah persoalan individu. Jika pekerjaan tersebut terlalu banyak, solusi yang perlu dilakukan adalah menambah jumlah personil untuk menyelesaikannya atau membuat skala prioritas.

Mungkin solusi menambah karyawan bisa jadi sebuah masalah baru bagi semua perusahaan. Namun, membuat skala prioritas seharusnya bisa dilakukan oleh siapa saja. Atasan Anda harus tahu mana pekerjaan yang perlu diselesaikan lebih dulu dan mana yang bisa dikesampingkan atau bahkan dihilangkan.

3. Berkata jujur berdasarkan pengalaman

Anda juga perlu berkata jujur tentang pengalaman dalam menyelesaikan pekerjaan. Uraikan semua pekerjaan yang ada dan faktor yang perlu diperhatikan saat mengerjakannya. Faktor-faktor tersebut tentunya akan mempengaruhi waktu pengerjaan dan tingkat kesulitan dari sebuah pekerjaan.

Lalu, buat sebuah pengandaian jika satu atau dua pekerjaan bisa didelegasikan atau dikerjakan bersama dengan orang lain. Mungkin saja waktu yang dibutuhkan bisa jauh lebih singkat. Sampaikan juga bahwa waktu yang singkat ini juga akan jadi nilai lebih untuk finansial perusahaan.

4. Memberikan pandangan tentang mendelegasi pekerjaan

Selalu ada baik dan buruk dalam mengambil sebuah langkah. Namun, atasan Anda perlu tahu tentang pandangan delegasi pekerjaan dalam sebuah bisnis dan karyawan. Tentu setiap orang akan mendapatkan imbas dari pekerjaan ini.

Mengambil pekerjaan dari Anda dan memberikan pekerjaan kepada orang lain mungkin akan membuat mereka benci kepada Anda. Bisa jadi hal ini akan menimbulkan konflik baru di dalam tim. Tentu saja risiko ini tidak akan diambil oleh atasan Anda.

Di sisi lain, ada hal baik yang bisa didapatkan dari mendelegasi pekerjaan ini. Pertama, workload Anda tentu akan berkurang sehingga Anda bisa menjaga kualitas dari hasil pekerjaan. Hal ini pasti akan disukai oleh semua atasan.

Kedua, orang yang diberikan tambahan beban dari Anda pun akan mendapatkan pengalaman baru. Hal ini tentunya akan baik untuk karyawan tersebut karena dapat pengalaman dan skill tambahan. Tentu saja ini juga akan menjadi nilai tambah untuk perusahaan.

5. Mengajak rekan kerja untuk membantu

Mengharapkan atasan untuk memahami segala hal yang Anda katakan juga kadang tidak bijaksana. Bisa jadi atasan Anda tidak akan melakukan perubahan terkait dengan workload milik Anda. Jika memang hal itu yang terjadi, cobalah untuk memberikan sebuah sinyal ke rekan kerja Anda.

Anda bisa mengharapkan untuk seseorang bisa mengambil sebagian pekerjaan untuk meringankan beban Anda. Jika mereka tidak melakukannya, setidaknya Anda sudah memberikan peringatan kepada rekan kerja. Kalau semua kondisi tidak kunjung berubah, berarti waktunya Anda mencari pekerjaan baru.

Itulah cara yang bisa dilakukan untuk memberikan sinyal kepada atasan bahwa Anda kelebihan beban pekerjaan. Mengkomunikasikan hal ini membuat seluruh tim tetap bisa melakukan pekerjaan dengan nyaman dalam pengembangan bisnis.

Banner-Article-Feb-15.jpg
Cara Memulai Self Improvement yang Praktis di Tempat Kerja
31 May 2024

Perjalanan karier terkadang membuat seseorang merasa sulit atau kurang motivasi. Namun, hal ini biasanya juga memberikan dorongan untuk melakukan self improvement. Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk terus memahami situasi yang terjadi di tempat kerja.

Jika sudah memiliki prinsip hidup yang kokoh, seseorang cenderung tidak gentar di posisi sulit. Namun, diperlukan dukungan yang kuat pula untuk dapat mencapai posisi tersebut. Hal ini tidak hanya bisa dicapai dengan upaya sendiri, tapi juga dukungan lingkungan Anda.

Melakukan self improvement bisa mendorong seseorang untuk lebih termotivasi dan bahkan mampu menginspirasi diri sendiri dan orang di sekitarnya. Karena itulah, Anda dapat melakukan self improvement sebagai salah satu cara menemukan potensi diri.

Apa Itu Self Improvement?

Proses yang terjadi saat melakukan self improvement bukan hanya terjadi sebagai sebuah pencapaian ke titik akhir. Anda mungkin harus melalui beberapa tahap hingga akhirnya mencapai sebuah tujuan yang ingin direalisasikan sejak awal.

Self improvement adalah proses panjang yang melibatkan kesadaran diri, pembelajaran baru, dan bahkan penemuan atas potensi diri untuk beralih dari satu situasi ke situasi lain. Perlu diingat pula bahwa proses self improvement tidak terjadi secara instan, Anda mungkin perlu mengatasi ketakutan untuk bisa bergerak dan mengembangkan diri.

Meski tidak mudah, self improvement merupakan bagian penting dari hidup seseorang. Hal ini merupakan proses memahami segala situasi sebagai hal yang normal dan manusiawi.

Cara Melakukan Self Improvement

Saat bekerja, Anda tentu menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja sehingga banyak hal yang terjadi di sana. Agar bisa melalui prosesnya dengan baik, berikut ini cara melakukan self improvement di tempat kerja.

1. Fokus pada kekuatan Anda

Proses pengembangan diri sebaiknya tidak dipahami sebagai cara untuk menutupi kelemahan karena hal ini akan membuat prosesnya sulit. Anda harus melakukan self-improvement dengan tujuan mengembangkan bakat atau unggul dalam hal-hal yang disukai.

2. Declutter

Proses decluttering berarti melepaskan bagian-bagian diri dan lingkungan yang tidak lagi berguna bagi Anda. Saat melakukan decluttering, Anda memberikan ruang atas pengalaman baru. Hal ini akan berdampak pada kesadaran dan kebebasan atas pertumbuhan diri seseorang dan memungkinkan Anda untuk melihat arah yang ingin diambil.

3. Lakukan refleksi diri

Berikan pertanyaan-pertanyaan yang kritis atas diri Anda. Dapatkan insight yang berarti tentang cara menginspirasi orang lain. Pikirkan kesan yang ingin Anda buat di hadapan orang lain saat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Anda juga bisa mencari feedback yang konstruktif untuk dapat menanggapi orang lain dengan lebih baik. Hal ini membuat Anda berkembang dengan lebih cepat karena orang lain mengungkapkan sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh diri sendiri. Dari tahap itulah Anda bisa melakukan penyesuaian, lebih banyak bermimpi, dan melakukan achievement.

4. Bermitra dengan mentor

Temukan mentor atau teman yang bisa menjadi pendamping yang bertanggung jawab. Anda bisa mengandalkan mereka untuk memberikan dukungan agar tetap berada di jalur yang benar. Peran mereka dapat menjadi mekanisme kuat yang bisa membantu Anda bergerak maju dan mencapai hasil yang diinginkan dengan cara yang halus.

5. Mulailah dari yang kecil

Pencapaian seseorang dilakukan melalui langkah-langkah kecil dan konsisten. Meskipun memungkinkan, Anda tidak perlu melakukan lompatan besar sekaligus. Hal tersebut tidak selalu menjadi awal yang baik. Jika ragu, mulailah dari tindakan kecil untuk menghasilkan pencapaian demi pencapaian positif dimulai dari diri Anda sendiri.

6. Teruslah bergerak

Kesalahan terbesar yang sering kali dilakukan saat melakukan pengembangan diri adalah menyerah pada suatu proses. Jika Anda memilih untuk menantang diri Anda sendiri dan berkembang, pertahankan. Proses pembelajaran tidak hanya memerlukan masa stabil, tapi juga momen kesuksesan dan kegagalan.

7. Selalu ingin tahu

Rasa ingin tahu mendorong Anda untuk selalu mencari tahu lebih lanjut, mempertanyakan, dan merespons dengan bijaksana. Rasa ingin tahu muncul setiap kali Anda mengadopsi “beginner’s mind”. Anda mengatur ulang semua yang telah diketahui untuk melihat segala sesuatu seolah-olah untuk pertama kali agar bebas dari bias dan pengalaman sebelumnya.

Itulah cara yang bisa dilakukan untuk dapat memulai self improvement di tempat kerja. Proses ini harus dipahami sebagai rangkaian proses panjang untuk bisa mengembangkan kemampuan diri Anda agar tetap termotivasi di lingkungan kerja. Dengan begitu, Anda akan tetap merespons segala situasi dengan positif sekaligus menginspirasi orang lain.

22-Banner-Article-INERTIA.jpg
Inertia of a Young Leader
14 December 2023

“Untuk berhasil adalah untuk berkembang dan dihormati.”

Harapan adalah landasan dari semua tindakan. Ini mendorong seorang siswa sekolah dasar untuk begadang sepanjang malam sebelum hari ujian. Harapan mendorong seorang atlet untuk menunjukkan performa terbaiknya dalam kompetisi. Harapan juga mendorong para pemimpin bisnis untuk menerapkan perubahan penting, untuk mendorong perusahaan mereka maju tidak hanya dalam waktu krusial tetapi juga selama periode pertumbuhan berkelanjutan dan perubahan lanskap pasar yang terus berkembang. Harapan, memberikan panduan individu untuk melangkah maju.

Sebagai anggota masyarakat, harapan juga tidak terelakkan bagi generasi muda. Generasi muda ini membawa harapan dan ekspektasi untuk menjadi pemimpin berikutnya. Mereka dituntut untuk unggul dan berhasil dalam segala hal sejak mereka masih muda; untuk diprogram bahwa beban untuk menciptakan lingkungan dan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat, keluarga, dan diri mereka adalah beban yang harus mereka pikul. Proposisi ini tidak sepenuhnya salah karena harapan seperti itu adalah mantra yang membentuk individu menjadi kontributor proaktif untuk kemajuan masyarakat, keluarga, dan kesejahteraan pribadi mereka. Namun, bagi beberapa orang, harapan tersebut juga merupakan ancaman bagi generasi muda karena masalah dengan harapan adalah bahwa itu tidak datang sendirian tetapi dengan tindakan dan hasil. Hasil yang tidak selalu bisa diprediksi sepanjang waktu.

Ketidakpastian itu tampaknya lebih besar dari yang terlihat karena tekanan untuk unggul dapat menyebabkan kecemasan, membuat ketakutan akan membuat kesalahan menjadi sangat parah. Karena itu, beberapa orang mungkin menghindari mengambil tanggung jawab dan peluang yang lebih besar karena hal ini menghadapkan mereka pada risiko dianggap tidak kompeten.

Menerobos Inersia

Dari sudut pandang sumber daya manusia, fenomena seperti ini mengecewakan, karena seseorang dengan banyak potensi mungkin tetap stagnan karena ketakutan. Stagnasi ini tidak hanya merugikan organisasi dari kontribusi berharga yang dapat muncul dari potensi yang belum dimanfaatkan, tetapi juga menghambat pengembangan holistik dan pemenuhan individu dalam konteks profesional. Namun, fenomena seperti ini tidak terikat untuk selamanya. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan seseorang untuk menerobos inersia:

1. Tantang Pikiran Negatif.

Kenali dan hadapi pikiran negatif dan keraguan diri. Gantikan percakapan negatif tentang diri sendiri dengan afirmasi positif dan keyakinan konstruktif tentang kemampuan seseorang. Dengan secara proaktif mengatasi dan mentransformasi pola pikir negatif, individu dapat membentuk pola pikir yang lebih memberdayakan, meningkatkan rasa percaya diri, dan membuka potensi penuh mereka untuk kesuksesan pribadi dan profesional.

2. Kembangkan Pola Pikir Pertumbuhan.

Ambil tantangan sebagai peluang untuk pertumbuhan dan pembelajaran. Akui bahwa keterampilan dapat diasah melalui dedikasi dan usaha dari waktu ke waktu. Mengadopsi pendekatan ini tidak hanya meningkatkan perkembangan pribadi tetapi juga meningkatkan adaptabilitas, ketahanan, dan kapasitas untuk menavigasi tantangan profesional di masa depan dengan percaya diri dan kompeten.

3. Cari Mentor dan Dukungan.

Cari bimbingan dan nasihat dari mentor atau rekan yang berpengalaman sambil juga berbagi kekhawatiran dan tantangan dengan jaringan pendukung untuk mendapatkan sudut pandang berharga. Mengadopsi pendekatan kolaboratif ini tidak hanya memperkaya perkembangan pribadi tetapi juga memfasilitasi pertukaran wawasan yang dinamis, memupuk budaya pembelajaran berkelanjutan dan pertumbuhan profesional.

4. Ambil Langkah Nyata.

Dengan mengambil langkah nyata, seseorang dapat membangun momentum dan kepercayaan diri dalam kemampuan mereka untuk menangani tanggung jawab yang lebih besar. Setiap langkah yang selesai berfungsi sebagai bukti kompetensi Anda dan berkontribusi pada tujuan keseluruhan pertumbuhan profesional. Ingatlah bahwa kehidupan merupakan platform pembelajaran yang berkelanjutan bagi orang-orang untuk tumbuh.

 

Artikel oleh Arvica Salwa Fitriani Masrukin