Supply chain management telah menjadi tulang punggung operasional perusahaan. Namun, di era disrupsi ini supply chain management dihadapkan dengan berbagai tantangan yang mendorong perusahaan untuk terus adaptif salah satunya dengan mengadakan pelatihan supply chain management.
Wall Street Journal menyebutkan bahwa ketegangan geopolitik, gangguan tenaga kerja, dan bencana alam terus memberikan tekanan pada rantai pasok global, mendorong perusahaan untuk mengadopsi strategi manajemen risiko dan teknologi baru untuk mendapatkan keunggulan kompetitif.
Pelatihan supply chain management bisa menjadi solusi bagi perusahaan untuk terus adaptif dan resilien dalam mengelola risiko yang terjadi pada rantai pasok global.
Studi yang dilakukan oleh perusahaan consulting Oliver Wyman menyebutkan bahwa bisnis yang menginvestasikan diri pada ketahanan rantai pasok mengalami pertumbuhan pendapatan rata-rata sebesar 23% dari tahun 2018 hingga 2023, dibandingkan dengan pertumbuhan 15% yang dialami oleh perusahaan lainnya.
Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini akan diulas bagaimana pelatihan supply chain management bisa berdampak positif bagi pertumbuhan pendapatan dan efisiensi operasional perusahaan.
Dalam konteks bisnis, supply chain atau rantai pasok bisa disebut nafas utama bagi sebuah bisnis. Supply chain adalah rangkaian proses atau kegiatan yang terjadi mulai dari bahan mentah sampai produk jadi sampai ke tangan konsumen.
Sedangkan pengertian supply chain management adalah cara atau proses mengatur dan mengelola semua tahapan dalam supply chain supaya berjalan lancar, efisien, dan biaya yang dikeluarkan bisa ditekan.
Tujuan dari proses supply chain management adalah agar produk bisa sampai ke konsumen dengan tepat waktu, kualitas terjaga, dan perusahaan bisa menghemat biaya.
Di era digital dan revolusi industri 4.0, kebutuhan kompetensi dalam supply chain mengalami transformasi yang signifikan. Digitalisasi menjadi solusi penting untuk mengatasi berbagai tantangan operasional di berbagai industri.
Kompetensi yang dibutuhkan kini meliputi kemampuan dalam memanfaatkan teknologi canggih seperti analisis analitik yang mendalam, otomatisasi, dan machine learning untuk meningkatkan produktivitas, fleksibilitas, dan kecepatan operasional rantai pasok.
Perusahaan yang berhasil mengadopsi teknologi digital terbukti menghasilkan hasil nyata, seperti pengurangan inventaris dan biaya barang terjual hingga 30%, penurunan biaya kualitas sebesar 50%, serta peningkatan produktivitas dan arus kas hingga 30%. Selain itu, digitalisasi juga berkontribusi pada efisiensi ekologi rantai pasok.
Untuk menghadapi tantangan ini, kompetensi di bidang modernisasi sistem teknologi informasi supply chain sangat krusial, termasuk kemampuan merancang ulang proses, memilih vendor teknologi yang tepat, dan membuat peta jalan implementasi digital.
Kemampuan untuk menerapkan integrated business planning (IBP) juga sangat penting, di mana organisasi yang matang dalam IBP mampu meningkatkan laba operasional (EBIT) serta menurunkan biaya pengiriman dan risiko kegagalan pengiriman secara signifikan.
Untuk menciptakan supply chain management yang resilien dan adaptif dengan era digital ini, perusahaan harus terus belajar. Proses pembelajaran yang paling umum adalah mengadakan pelatihan supply chain management.
Dengan mengikuti pelatihan supply chain management, perusahaan memiliki ekspektasi agar proses supply chain di dalam perusahaan bisa semakin cepat, hemat, efisien, dan meningkatkan daya saing perusahaan.
Pelatihan supply chain management yang tepat dan sesuai kebutuhan akan memberikan dampak positif bagi proses kelola rantai pasok di perusahaan.
Council of Supply Chain Management Professionals (CSCMP) menyebutkan manfaat dari supply chain management yang dikelola dengan tepat.
Pelayanan pelanggan yang prima sangat bergantung pada kemampuan perusahaan dalam memenuhi harapan dasar konsumen terkait produk dan layanan.
Pelanggan mengharapkan produk yang mereka pesan tersedia dalam variasi dan jumlah yang tepat, serta harus tersedia di lokasi yang tepat saat dibutuhkan.
Misalnya, sebuah bengkel mobil harus memiliki suku cadang yang diperlukan dalam stok agar dapat memperbaiki kendaraan pelanggan tepat waktu. Jika tidak, pelanggan harus menunggu lebih lama, yang akan menurunkan kepuasan mereka.
Selain itu, pengiriman produk yang tepat waktu juga sangat penting. Produk yang terlambat tiba, seperti pizza yang datang dua jam setelah pemesanan atau hadiah Natal yang baru diterima setelah tanggal 25 Desember, dapat mengecewakan pelanggan dan menurunkan kepercayaan mereka pada perusahaan.
Tidak kalah penting, dukungan purna jual yang cepat dan responsif, terutama dalam situasi darurat, sangat diharapkan oleh pelanggan.
Adanya penundaan dalam layanan ini bisa menyebabkan ketidakpuasan yang signifikan.
Dengan mengelola rantai pasok secara efektif dan memastikan aspek-aspek tersebut terpenuhi, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan membangun loyalitas jangka panjang.
Pelatihan manajemen rantai pasok membantu perusahaan menurunkan berbagai biaya operasional penting.
Dalam hal pembelian, rantai pasok yang efisien memungkinkan pengecer untuk menerima produk mahal dengan cepat sehingga mengurangi kebutuhan menyimpan inventaris yang mahal dalam waktu lama.
Di sisi produksi, rantai pasok yang andal memastikan bahan baku tiba tepat waktu, menghindari gangguan produksi yang dapat menyebabkan kerugian besar.
Selain itu, pengelolaan jaringan rantai pasok yang baik membantu menekan total biaya rantai pasok secara keseluruhan, sehingga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan biaya terendah dan tetap kompetitif di pasar, seperti pendekatan Dell yang membuat komputer berdasarkan pesanan untuk menghindari biaya inventaris besar dan risiko teknologi usang.
Manajemen rantai pasok yang efektif dapat secara signifikan memperbaiki posisi keuangan perusahaan. Dengan mengendalikan dan menurunkan biaya rantai pasok, perusahaan bisa meningkatkan keuntungan secara dramatis.
Selain itu, pengelolaan rantai pasok yang efisien mengurangi kebutuhan akan aset tetap besar seperti pabrik, gudang, dan kendaraan, sehingga menghemat investasi modal yang besar.
Selanjutnya, percepatan aliran produk dari produksi ke pelanggan juga meningkatkan arus kas perusahaan, karena faktur dapat diterbitkan lebih cepat dan pendapatan masuk lebih cepat, yang pada akhirnya memperkuat kesehatan finansial perusahaan.
Proses supply chain management yang efisien akan memberikan manfaat baik untuk perusahaan, konsumen, atau pun pihak eksternal.
Di sisi perusahaan, perusahaan bisa memproduksi produk yang dibutuhkan konsumen dengan biaya yang optimal dan proses yang cepat sehingga tidak terdahului oleh kompetitor.
Sedangkan di sisi konsumen, mereka bisa mendapatkan produk sesuai kebutuhan dengan harga yang relevan bagi mereka.
Lantas bagi pihak eksternal terutama masyarakat ada banyak manfaatnya seperti meningkatkan keberlanjutan hidup manusia, meningkatkan kesehatan manusia, dan juga melindungi manusia dari bahaya iklim yang ekstrem.
Apakah proses supply chain management di perusahaan Anda sudah memberikan dampak positif bagi semua pihak? Apakah seluruh prosesnya sudah lebih cepat, efisien, dan memberikan nilai keunggulan bagi perusahaan?
Jika jawabannya masih belum, inilah saat yang tepat untuk perusahaan berinvestasi pada pelatihan supply chain management yang tepat untuk Anda.
Seperti pelatihan supply chain management dari prasmul-eli yang memberikan pemahaman dasar terbaru tentang Supply Chain Management kepada para manajer operasional maupun non-operasional yang relevan dengan praktik bisnis saat ini, sehingga mereka dapat memperluas pengetahuan bisnis dengan melihat keterkaitan fungsi mereka dalam jaringan dan ekosistem bisnis secara menyeluruh.
Tantangan yang perusahaan hadapi di era disrupsi mendorong perusahaan untuk terus menyiapkan proses pembelajaran bagi karyawannya. Salah satu yang bisa dilakukan adalah merancang proses pembelajaran dengan training need analysis (TNA).
Bisnis sekarang dihadapkan dengan tantangan multidimensional seperti tantangan sumber daya manusia lintas generasi yang punya karakter berbeda, regulasi yang terus berubah, kondisi pasar yang volatil, disrupsi teknologi, dan tantangan lainnya.
Peralihan menuju ekonomi berbasis digital dan pengetahuan menjadikan tenaga kerja yang dinamis lebih penting dari sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Ocean Tomo dalam studi Intangible Asset Market Value Study menunjukkan bahwa persentase yang sangat signifikan dari kapitalisasi pasar pada perusahaan publik didasarkan pada aset tidak berwujud yakni karyawan yang terampil, pemimpin yang luar biasa, dan pengetahuan yang dimiliki perusahaan.
Hasil penelitian tersebut menekankan peran krusial pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menciptakan nilai jangka panjang bagi organisasi di era digital ini.
Oleh karena itu, merancang program pengembangan sumber daya manusia yang sesuai dengan tujuan bisnis adalah prioritas utama.
Agar program pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan tujuan maka bisnis perlu melakukan training need analysis yang akan dibahas dalam pembahasan ini.
Training Needs Analysis (TNA) adalah proses sistematik yang digunakan oleh organisasi untuk mengidentifikasi kesenjangan antara keterampilan, pengetahuan, dan kompetensi yang dimiliki karyawan saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi di masa depan.
Proses ini penting untuk memastikan bahwa program pelatihan yang dirancang relevan, efektif, dan efisien dalam meningkatkan kinerja individu dan organisasi.
McKinsey menekankan bahwa strategi pembelajaran harus selaras dengan tujuan bisnis organisasi.
Melalui penilaian kebutuhan yang mendalam, divisi learning & development dapat memastikan bahwa program pelatihan mendukung prioritas strategis perusahaan, seperti transformasi digital atau pengembangan kepemimpinan, sehingga memberikan dampak positif terhadap kinerja bisnis
Dalam merancang pelatihan kerja atau program pengembangan sumber daya manusia, hasil yang diharapkan adalah adanya return of investment (ROI).
ROI dalam hal ini apakah investasi yang perusahaan bayarkan pada lembaga pelatihan bisa membuahkan dampak positif bagi perusahan, tidak terbatas pada pendapatan perusahaan, tapi bisa faktor lainnya seperti peningkatan etos kerja dan semacamnya.
Namun, dalam praktiknya, perusahaan menghadapi sejumlah tantangan untuk mendapatkan ROI dari investasi pelatihan kerja yang sudah dilakukan. Tantangan tersebut adalah sebagai berikut:
Kesenjangan Kinerja dan Keterampilan.
Banyak bisnis menghadapi kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh karyawan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja, kesalahan operasional, atau ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar atau teknologi.
Keterbatasan Anggaran untuk Pelatihan yang Efektif
Banyak organisasi terbatas dalam hal anggaran untuk pelatihan. Tanpa analisis yang jelas, pelatihan yang dilakukan bisa tidak fokus dan tidak memberikan hasil yang optimal, bahkan menjadi pemborosan sumber daya.
Kesulitan dalam Menyelaraskan Pelatihan dengan Tujuan Bisnis
Banyak perusahaan kesulitan untuk memastikan bahwa program pelatihan yang dilakukan benar-benar mendukung tujuan strategis bisnis, seperti meningkatkan inovasi, efisiensi, atau transformasi digital.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, training need analysis menjadi solusinya. Dengan menggunakan training need analysis, perusahaan dapat mengidentifikasi secara spesifik area mana saja yang membutuhkan peningkatan keterampilan.
Selain itu, perusahaan dapat memprioritaskan pelatihan yang paling relevan dan mendesak berdasarkan kebutuhan spesifik organisasi.
Hal yang terpenting selanjutnya adalah training need analysis membantu dalam menyelaraskan pembelajaran dengan tujuan bisnis dengan cara mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang terkait langsung dengan inisiatif strategis organisasi.
Ada beberapa cara untuk melakukan metode training need analysis dalam perusahaan yang bisa diterapkan untuk mengetahui pelatihan apa yang cocok untuk mendukung tujuan bisnis.
Metode survei dan kuesioner adalah salah satu cara yang paling umum digunakan untuk mengumpulkan data terkait kebutuhan pelatihan dalam organisasi.
Melalui survei, organisasi dapat menjangkau banyak karyawan secara efisien dan mengidentifikasi area-area di mana mereka merasa kurang terampil atau membutuhkan pengembangan lebih lanjut.
Survei ini dapat mencakup berbagai pertanyaan yang berfokus pada keterampilan yang perlu ditingkatkan, keterampilan yang dibutuhkan, tantangan yang dihadapi dalam pekerjaan sehari-hari, serta jenis pelatihan yang dirasa paling bermanfaat.
Meskipun metode ini memiliki keuntungan dalam hal efisiensi dan pengumpulan data dari banyak responden, hasilnya bisa dipengaruhi oleh subjektivitas responden, yang mungkin tidak selalu memberikan gambaran yang akurat tentang kebutuhan pelatihan yang sebenarnya.
Wawancara adalah metode yang lebih mendalam di mana penilai berbicara langsung dengan karyawan atau manajer untuk mendapatkan wawasan tentang kebutuhan pelatihan.
Melalui wawancara, organisasi dapat menggali masalah yang lebih kompleks dan mendapatkan perspektif yang lebih personal tentang keterampilan yang perlu diperbaiki atau dikembangkan.
Wawancara dapat dilakukan dalam bentuk individu atau kelompok, tergantung pada kebutuhan organisasi. Metode ini memungkinkan untuk memperoleh informasi yang lebih kontekstual dan mendalam tentang tantangan yang dihadapi karyawan dalam pekerjaan mereka.
Meskipun wawancara memberikan wawasan yang lebih kaya, metode ini memerlukan waktu yang lama dan biaya yang lebih besar, serta mungkin menghasilkan data yang tidak selalu dapat digeneralisasi untuk seluruh organisasi. Karena dengan keterbatasan waktu, hanya beberapa sampel saja yang bisa diambil.
Observasi adalah metode yang digunakan untuk secara langsung mengamati karyawan dalam menjalankan tugas mereka sehari-hari.
Dengan mengamati bagaimana karyawan melakukan pekerjaan mereka, penilai dapat mengidentifikasi kesenjangan keterampilan atau area di mana karyawan mungkin mengalami kesulitan.
Observasi memberikan pemahaman langsung tentang praktik kerja karyawan dan memberi wawasan tentang efektivitas keterampilan yang dimiliki oleh mereka dalam konteks pekerjaan nyata.
Keuntungan utama dari metode ini adalah kemampuannya untuk memberikan penilaian yang objektif dan praktis. Namun, observasi memerlukan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari bias pengamat yang dapat memengaruhi hasil analisis.
Metode analisis data kinerja melibatkan pemeriksaan data yang ada, seperti evaluasi kinerja, umpan balik dari pelanggan, atau laporan kinerja lainnya untuk mengidentifikasi kesenjangan atau masalah yang berkaitan dengan keterampilan.
Data ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang di mana karyawan mungkin kurang berprestasi atau membutuhkan pelatihan lebih lanjut.
Penggunaan data kinerja sebagai dasar untuk training need analysis memungkinkan organisasi untuk fokus pada area yang benar-benar membutuhkan perhatian, yang pada gilirannya dapat mengoptimalkan sumber daya pelatihan.
Meskipun data ini bersifat objektif dan berbasis pada hasil, kelemahannya adalah bahwa data kinerja tidak selalu mencakup seluruh aspek keterampilan yang mungkin perlu ditingkatkan, terutama keterampilan yang tidak langsung terlihat dalam hasil kinerja.
Focus Group Discussion (FGD) adalah metode yang melibatkan diskusi kelompok antara karyawan atau manajer untuk membahas keterampilan yang perlu dikembangkan dan tantangan yang mereka hadapi dalam pekerjaan mereka.
Melalui FGD, organisasi dapat menggali perspektif yang lebih holistik tentang masalah pelatihan yang mungkin tidak dapat ditemukan dengan metode lain.
Diskusi kelompok ini memberi kesempatan bagi peserta untuk berbagi pandangan dan pengalaman mereka tentang pelatihan yang mereka rasa diperlukan.
Keuntungan dari metode ini adalah memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam dan terbuka mengenai masalah yang dihadapi.
Namun, FGD juga bisa dipengaruhi oleh dinamika kelompok, di mana peserta mungkin tidak selalu merasa nyaman untuk berbicara jujur atau berbagi pandangan yang berbeda dari mayoritas.
Analisis pekerjaan adalah metode yang digunakan untuk menganalisis peran dan tanggung jawab pekerjaan tertentu dan mengidentifikasi keterampilan serta kompetensi yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tersebut dengan efektif.
Dengan metode ini, organisasi dapat memetakan kebutuhan pelatihan berdasarkan peran spesifik dalam perusahaan, memastikan bahwa pelatihan yang disediakan relevan dengan tugas dan tanggung jawab pekerjaan.
Analisis pekerjaan memberikan panduan yang sangat jelas tentang keterampilan yang dibutuhkan untuk setiap posisi dalam organisasi. Meskipun sangat berguna, proses ini dapat memakan waktu dan memerlukan keterampilan analitis yang tinggi untuk memastikan bahwa hasilnya akurat dan aplikatif.
Benchmarking melibatkan perbandingan kinerja dan keterampilan organisasi dengan standar industri atau pesaing.
Dengan membandingkan data kinerja dan keterampilan dengan perusahaan lain yang memiliki kesuksesan serupa, organisasi dapat mengidentifikasi area di mana mereka perlu meningkatkan keterampilan agar tetap kompetitif.
Benchmarking memberikan wawasan tentang praktik terbaik yang diterapkan oleh pesaing dan bisa memberi gambaran tentang standar industri yang perlu dicapai.
Meskipun metode ini sangat berguna untuk menilai posisi organisasi dibandingkan dengan pesaing, hasilnya sangat tergantung pada relevansi dan kesesuaian standar industri yang digunakan untuk perbandingan.
Anda sudah mengetahui betapa pentingnya training need analysis dalam menyelaraskan proses pengembangan sumber daya manusia dengan tujuan bisnis.
Pertanyaan berikutnya adalah kapan waktu terbaik untuk perusahaan perlu melakukan training need analysis.
Waktu terbaik untuk melakukan training need analysis adalah setelah penilaian kinerja akhir tahun. Penilaian kinerja tahunan memberikan gambaran yang jelas tentang kekuatan dan kelemahan setiap karyawan.
Namun, waktu terbaik tidak hanya berhenti pada penilaian kinerja akhir tahun. Waktu lainnya adalah ketika terjadi perubahan strategis dalam organisasi, awal tahun atau Q1, saat ada pengembangan produk baru, atau saat terjadi kinerja yang kurang memadai.
Anda bisa melakukan training need analysis dengan tim internal atau bisa menggunakan corporate program dari prasmul-eli yang telah dipercaya banyak perusahaan multinasional.
Mari mulai merancang pembelajaran bagi karyawan perusahaan yang selaras dengan tujuan bisnis. Sehingga tidak hanya karyawan saja yang memetik manfaatnya, tapi juga perusahaan memperoleh dampak positif dalam hal operasional.
Self assessment sudah tidak asing lagi bagi perusahaan, self assessment adalah sebuah metode penilaian untuk mengukur kemampuan seseorang berdasarkan indikator-indikator tertentu.
Berdasarkan riset dari McKinsey dalam McKinsey Center for CEO Excellence, pengaruh CEO menyumbang 45% dalam hal peningkatan performa perusahaan. Melihat betapa pentingnya peran CEO dalam perusahaan, maka CEO pun sudah selayaknya untuk melakukan penilaian diri dan meningkatkan keterampilannya.
Mengapa CEO butuh untuk melakukan self assessment, apa urgensinya, serta bagaimana cara menerapkannya akan dibahas dalam pembahasan kali ini.
Bila merujuk pada arti kata assessment menurut kamus bahasa Oxford, maka assessment memiliki arti penilaian atau estimasi tentang sifat, kualitas, atau kemampuan seseorang.
Lantas apa itu self-assessment? Self-assessment adalah sebuah penilaian tentang kemampuan atau kualitas diri kita berdasarkan indikator tertentu.
Dengan melakukan self-assessment, Anda bisa mengetahui gap atau kesenjangan kemampuan yang Anda miliki sekarang dengan kebutuhan kemampuan di posisi pekerjaan Anda sekarang.
Bagi seorang CEO pun, self-assessment penting adanya. Karena CEO memiliki pengaruh besar bagi berhasilnya sebuah bisnis atau perusahaan, maka CEO perlu terus meningkatkan kemampuannya.
CEO pun akan dilihat oleh karyawannya sebagai sosok teladan yang mereka dapat belajar banyak ilmu praktis darinya.
Jika CEO tidak meningkatkan kemampuannya, maka bagaimana para karyawan akan bisa mengikuti jejaknya?
Secara tidak langsung, ketika CEO terus meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya, maka akan membentuk pemimpin-pemimpin baru yang terinspirasi darinya.
Merujuk pada hasil penelitian McKinsey dalam McKinsey Center for CEO Excellence CEAT Database, tantangan terbesar seorang CEO adalah menjalin interaksi dengan dewan direksi, terhubung dengan pemangku kebijakan, dan mengalokasikan sumber daya.
Dalam riset tersebut, CEO memiliki keunggulan dalam mengelola efektivitas personalnya, tapi jika sudah berhubungan dengan dewan direksi dan pemangku kebijakan mereka masih merasa kesulitan.
Banyak CEO merasa kurang yakin dalam hal menjalin dan memprioritaskan hubungan dengan pemangku kepentingan utama.
Melalui self-assessment, CEO dapat memetakan ulang siapa saja aktor kunci eksternal dan menyusun strategi keterlibatan yang lebih proaktif serta berdampak bagi perusahaan.
Self-assessment menjadi alat penting bagi seorang CEO untuk secara jujur mengevaluasi efektivitas kepemimpinannya dalam menjalankan empat fungsi utama kepemimpinan eksekutif yakni menentukan arah, menyelaraskan organisasi, menjalin hubungan dengan pemangku kepentingan, dan mengelola diri sendiri.
Sehingga, tujuan utama self-assessment bagi seorang CEO adalah bukan sekadar menilai kinerja masa lalu, tetapi untuk mengidentifikasi area perbaikan yang selama ini mungkin diabaikan karena bias internal, tekanan jabatan, atau kebiasaan lama.
Ada berbagai cara untuk CEO menilai performanya sendiri. Penilaian performa CEO akan berfokus pada tingkat strategis.
Faktor yang dinilai dalam penilaian performa CEO bukan hanya tentang visi dan misi dari CEO semata, tetapi juga tentang kapasitas untuk mengambil keputusan lintas fungsi yang memiliki dampak besar terhadap masa depan perusahaan.
Untuk itu, aspek yang perlu dievaluasi dalam tingkat strategis menyangkut kompetensi dalam aspek berikut ini:
Penilaian dari sisi keuangan akan menilai dan mengevaluasi kemampuan CEO atau pemimpin terhadap struktur keuangan perusahaan, pengelolaan arus kas, risiko keuangan, pengambilan keputusan investasi, dan penciptaan nilai bagi pemegang saham.
Seorang CEO bertanggung jawab atas pertumbuhan nilai perusahaan dan kesehatan finansial jangka panjang. Pemahaman mendalam terhadap aspek keuangan memungkinkan CEO mengambil keputusan tepat berbasis data, seperti alokasi modal, pengendalian biaya, analisis profitabilitas, perencanaan investasi dan pembiayaan
Bila CEO tidak memiliki penilaian yang tepat dari sisi keuangan, maka CEO berisiko membuat keputusan yang salah arah, seperti ekspansi yang tidak terukur atau investasi yang tidak menghasilkan pengembalian investasi yang memadai.
Penilaian kompetensi dalam area komersial akan mengukur kemampuan CEO dalam memahami dinamika pasar, mengelola portofolio produk, membentuk strategi pricing, serta menjaga daya saing komersial perusahaan.
Dengan disrupsi dan perkembangan pasar yang melesat cepat, CEO perlu untuk memberikan arahan atau adaptasi yang membuat perusahaan bisa tetap relevan dengan dinamika pasar.
Ketika CEO terus mempertajam keterampilan strategis dalam area komersial maka ia akan mengambil keputusan bukan berdasarkan intuisi semata, tetapi juga strategi berbasis analisis pasar yang kuat untuk mendorong pertumbuhan pendapatan.
Keterampilan kepemimpinan menjadi keterampilan utama yang harus CEO miliki. Penilaian dalam area human capital ini akan mengkaji kepemimpinan CEO dalam mengelola talenta, membangun budaya organisasi, meningkatkan produktivitas karyawan, dan mengembangkan sistem manajemen kinerja yang berdaya saing.
Penilaian dalam area ini penting bagi CEO, karena sumber daya manusia adalah elemen utama di sebuah perusahaan. Pengelolaan sumber daya manusia yang berkualitas akan menghasilkan produk perusahaan yang berkualitas pula.
Dengan melakukan self-assessment dalam area human capital, CEO akan mampu mengevaluasi pengelolaan sumber daya manusia, tidak hanya secara operasional, tapi juga tentang bagaimana membangun budaya kerja yang mendorong sumber daya manusia ini untuk menjadi versi terbaik performa kinerjanya.
Penilaian dalam aspek operasional akan menilai efektivitas CEO dalam mengelola proses bisnis, efisiensi rantai pasok, pengendalian kualitas, dan skalabilitas operasional dalam mendukung pertumbuhan perusahaan.
Penilaian ini penting karena strategi sehebat apa pun akan gagal jika tidak didukung oleh proses operasional yang solid, efisien, dan scalable.
Dengan penilaian aspek ini, CEO akan mampu melihat kesenjangan yang terjadi dalam area operasional. Sehingga bisa menentukan strategi untuk menghilangkan kesenjangan tersebut.
Sejak pandemi COVID-19 melanda, penerapan teknologi dalam sebuah perusahaan menjadi keniscayaan. Untuk itu, penilaian kompetensi area teknologi akan menilai pemahaman CEO terhadap teknologi digital dan transformasi digital yang diperlukan untuk mendukung inovasi, efisiensi, serta keamanan data dan sistem.
Penilaian area teknologi ini penting karena banyak kegagalan bisnis saat ini bukan karena visi yang salah, tetapi karena lambat beradaptasi secara digital atau gagal mengeksekusi transformasi teknologi secara menyeluruh.
Apa urgensi dari penilaian kompetensi CEO pada lima area tersebut? Berikut ini urgensinya:
Self-assessment pada lima area esensial memberikan gambaran objektif tentang kekuatan dan area pengembangan di seluruh fungsi bisnis strategis.
Penilaian ini akan membantu menyelaraskan keputusan bagi CEO dengan data dan wawasan yang kuat dari berbagai perspektif organisasi.
Hasil dari penilaian ini menjadi dasar bagi CEO untuk mengikuti program pengembangan eksekutif atau mentoring yang benar-benar relevan dengan kesenjangan yang teridentifikasi.
Rekomendasi dari penilaian ini akan membantu meningkatkan kredibilitas CEO sebagai pemimpin yang tidak hanya intuitif, adaptif tetapi juga sistematis dan terukur dalam mengambil keputusan.
Dari penjelasan diatas, self-assessment tidak hanya penting untuk karyawan perusahaan, tapi lebih penting lagi untuk CEO atau pimpinan manajerial dalam perusahaan.
Penilaian strategis pada lima area esensial bisnis di prasmul-eli disebut dengan Strategic Qualification Assessment Program.
Strategic Qualification Assessment Program dirancang untuk para pimpinan manajerial perusahaan dalam meningkatkan kemampuan teknis di level manajemen atau strategis.
Dengan pendekatan berbasis data dan metode evaluasi terstandarisasi, Strategic Qualification Assessment Program (SQAP) membantu para pemimpin memahami di mana posisi kekuatan mereka saat ini, dan aspek mana yang masih perlu ditingkatkan untuk menghadapi tantangan bisnis yang semakin kompleks.
Di era ketidakpastian dan percepatan digital saat ini, kemampuan seorang pemimpin dalam menyeimbangkan kecakapan teknis dan kepemimpinan strategis adalah kunci keunggulan kompetitif perusahaan untuk terus meningkatkan performanya.
ESG (Environmental Social, and Governance) menjadi cukup populer dalam operasional perusahaan sejak 2005, mengalahkan popularitas dari istilah CSR (corporate social responsibility).
Banyak bisnis dan perusahaan yang menerapkan ESG dalam implementasi praktik bisnis mereka dan bagian tujuan perusahaan.
Hal ini terbukti dari Sustainability reporting in focus dari G&A Institute tahun 2021 yang menyebutkan bahwa lebih dari 90% perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham S&P 500(Standard & Poor's 500) di Amerika Serikat telah mempublikasikan laporan ESG dalam berbagai format.
Pasca COVID-19, sebuah observasi yang dilakukan oleh Centre for Corporate Reputation Oxford University, menemukan bahwa perusahaan-perusahaan ketika pasar bursa saham kolaps, perusahaan-perusahaan di Nasdaq yang memiliki jejak implementasi ESG yang kuat bisa lebih unggul dibanding perusahaan yang jejak ESG-nya rendah.
Menerapkan ESG dalam bisnis bukan lagi sekadar mengikuti tren semata, namun sebagai tanggung jawab sosial, kepedulian pada lingkungan, dan konservasi sumber daya alam.
Dunia bisnis saat ini tidak bisa hanya fokus mengejar finansial semata. Perlu seimbang antara aspek lingkungan dan sosial dengan tujuan profit yang dikejar.
Dengan memahami ESG, perusahaan tidak hanya menyeimbangkan proses bisnisnya, tapi juga mampu mengidentifikasi hingga mitigasi risiko bisnis.
Untuk itu, artikel ini akan membahas tentang apa itu ESG dan bagaimana peran ESG dalam mitigasi risiko bisnis.
Environmental Social and Governance (ESG) adalah sebuah kerangka bisnis yang digunakan sebagai paramater dalam operasional perusahaan yang berfokus pada dampak lingkungan dan sosial.
ESG memiliki kaitan erat dengan keberlanjutan dan bisnis jangka panjang. Isu tentang keberlanjutan menjadi perhatian banyak pihak. Fokus pada nilai keberlanjutan bukan hanya opsi tapi sudah menjadi hal yang esensial bagi bisnis.
Di Indonesia sendiri, OJK telah merilis mandat peraturan bagi perusahaan swasta, perusahaan yang terdaftar beroperasi di Indonesia, dan perusahaan keuangan untuk menyerahkan sustainability report melalui Peraturan OJK Nomor 51/POJK.03/2017.
ESG memiliki tiga komponen utama yang berguna untuk mengukur aspek keberlanjutan, dampak sosial serta tata kelola dari sebuah perusahaan.
Tiga komponen utama dalam ESG adalah environmental (lingkungan), social (sosial), dan governance (tata kelola)
Implementasi ESG yang tepat bisa mendorong kinerja perusahaan yang berujung pada meningkatnya profit perusahaan hingga bisa mitigasi risiko.
Berikut ini adalah tiga komponen utama dari ESG
Fokus pada bagaimana perusahaan beroperasi memberi dampak pada lingkungan. Ini mencakup isu-isu seperti pengelolaan emisi karbon, penggunaan energi terbarukan, keberlanjutan sumber daya alam, pengelolaan limbah, dan dampak lainnya terhadap ekosistem.
Komponen sosial ini mengukur bagaimana perusahaan memperlakukan pemangku kepentingan sosialnya. Ini meliputi hak asasi manusia, kondisi kerja, keterlibatan komunitas, keanekaragaman dan inklusi, serta hubungan perusahaan dengan konsumen dan masyarakat.
Berfokus pada bagaimana perusahaan dikelola dan diawasi. Ini mencakup transparansi dalam pengambilan keputusan, struktur kepemimpinan, pengelolaan risiko, perlindungan pemegang saham minoritas, serta etika dalam menjalankan bisnis.
Seiring meningkatnya perhatian terhadap keberlanjutan dan investasi yang bertanggung jawab, ESG telah menjadi faktor yang semakin penting dalam pengambilan keputusan investasi dan strategi bisnis di seluruh dunia.
Apa saja yang menjadi indikator untuk mengukur suksesnya penerapan ESG? Indikator berikut ini menjadi ketentuan untuk merencanakan bisnis yang berkelanjutan.
Berikut indikator ESG yang sering perusahaan terapkan.
Indikator lingkungan meliputi bagaimana dampak operasional dari hulu ke hilir memberi dampak pada lingkungan. Indikatornya meliputi beberapa hal berikut:
Indikator yang diukur dalam aspek sosial tidak hanya pada sumber daya manusia yang ada dalam internal perusahaan, tapi juga eksternal perusahaan. Berikut ini indikator sosial yang bisa menjadi parameter:
Tata kelola yang transparan dan efektif menjadi parameter untuk operasional perusahaan yang memiliki dampak positif. Berikut beberapa indikator terkait tata kelola organisasi:
Berinvestasi pada penerapan ESG (Environmental, Social, and Governance) dalam perusahaan bukan hanya soal memenuhi tuntutan sosial dan regulasi, tetapi juga merupakan langkah strategis yang dapat meningkatkan kinerja finansial dan daya saing jangka panjang.
Berikut ini beberapa manfaat yang perusahaan dapat dengan menerapkan ESG:
ESG dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko yang berhubungan dengan faktor eksternal, yang mungkin tidak tercermin dalam analisis finansial tradisional.
Dalam wawancara McKinsey dengan mantan CFO UPS menyatakan bahwa mengadopsi kerangka kerja seperti Sustainability Accounting Standards Board (SASB) membantu perusahaan mengukur, mengelola, dan mengungkapkan risiko ESG yang material. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi potensi risiko lebih awal dan mengambil langkah mitigasi yang tepat.
Dengan melibatkan prinsip-prinsip ESG, perusahaan dapat mengurangi potensi risiko yang berasal dari:
Perubahan iklim, regulasi lingkungan yang lebih ketat, dan potensi kerusakan ekosistem dapat mengancam operasi perusahaan. Perusahaan yang proaktif dalam mengurangi emisi karbon dan mengadopsi praktik bisnis ramah lingkungan dapat lebih siap menghadapi tantangan ini dan mengurangi risiko yang terkait dengan kerusakan reputasi dan kepatuhan hukum.
Isu sosial seperti ketidakadilan tenaga kerja, hak asasi manusia, dan keberagaman dalam perusahaan dapat menimbulkan risiko litigasi atau reputasi. Integrasi prinsip sosial dalam ESG, seperti memastikan lingkungan kerja yang adil dan mendukung keragaman, membantu memitigasi potensi konflik sosial atau ketidakpuasan pelanggan dan karyawan.
Praktik tata kelola yang buruk, seperti kurangnya transparansi dan pengawasan, dapat meningkatkan risiko penipuan, korupsi, atau kesalahan pengambilan keputusan. Perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang kuat dan transparan memiliki ketahanan yang lebih besar terhadap risiko hukum dan reputasi yang dapat muncul dari kesalahan pengelolaan.
Dengan secara aktif mengelola dan memitigasi risiko ESG, perusahaan tidak hanya memperbaiki ketahanan mereka terhadap masalah eksternal, tetapi juga menciptakan peluang untuk pertumbuhan jangka panjang.
Manajemen risiko yang efektif melalui penerapan ESG menawarkan berbagai manfaat langsung dan tidak langsung bagi perusahaan, yang mencakup:
Integrasi ESG dalam manajemen risiko melibatkan beberapa langkah strategis, seperti berikut ini:
Identifikasi isu-isu ESG yang relevan dan material bagi perusahaan Anda. Isu material ini adalah faktor-faktor yang memiliki dampak signifikan terhadap kinerja perusahaan dan dapat mempengaruhi keputusan pemangku kepentingan (investor, konsumen, regulator, dll).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam identifikasi isu material ESG antara lain:
Setelah mengidentifikasi isu material, langkah berikutnya adalah menilai potensi risiko ESG yang bisa mempengaruhi perusahaan. Ini adalah langkah yang sangat penting untuk memahami dampak yang mungkin timbul dari setiap isu ESG yang teridentifikasi.
Melalui penilaian risiko ini, perusahaan dapat memahami dampak dan probabilitas risiko yang mungkin muncul dari isu-isu ESG yang ada, serta cara untuk menilai seberapa besar pengaruhnya terhadap keberlanjutan dan reputasi perusahaan.
Setelah menilai risiko ESG, langkah selanjutnya adalah mengembangkan strategi untuk mengurangi atau menghindari risiko tersebut. Strategi mitigasi ini harus mencakup langkah-langkah konkret yang bisa diambil perusahaan untuk mengurangi dampak negatif dari isu-isu ESG yang teridentifikasi.
Strategi ini harus disesuaikan dengan prioritas bisnis perusahaan dan dapat melibatkan perubahan dalam proses operasional, kebijakan internal, serta pelatihan untuk karyawan dan manajemen.
Langkah terakhir adalah memantau dan melaporkan kemajuan implementasi ESG dalam mitigasi risiko. Ini penting untuk memastikan bahwa perusahaan tetap berada di jalur yang benar dalam upaya mitigasi risiko ESG dan dapat mengevaluasi seberapa efektif strategi yang diterapkan.
Proses pemantauan dan pelaporan ini juga akan membantu perusahaan untuk membuat penyesuaian lebih lanjut pada strategi mitigasi yang telah diterapkan jika diperlukan.
Pada tahun 2024, London Stock Exchange Group (LSEG) merilis daftar 50 perusahaan Indonesia dengan skor ESG terbaik.
Penilaian dilakukan dengan kombinasi kualitatif dan kuantitatif untuk menjaga keakuratan dan konsistensi data.
Dalam skala 1-100 berikut ini skor ESG yang didapatkan oleh 10 perusahaan besar Indonesia yang masuk dalam daftar 50 perusahaan Indonesia dengan skor ESG terbaik:
Manajemen risiko tidak hanya berpatokan pada laporan keuangan. Namun, sekarang bisa dilihat dari parameter ESG. Sehingga risiko bisnis yang terlihat bisa lebih luas lagi.
Dengan mampu mengidentifikasi dan mitigasi risiko bisnis, hal ini mencegah kerugian yang lebih mendalam. Bahkan bisa mengidentifikasi peluang yang ada dari setiap risiko.
Perusahaan yang mengelola risiko ESG dengan baik dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap krisis, memperoleh keuntungan kompetitif, dan menarik lebih banyak investor dan pelanggan yang peduli dengan keberlanjutan.
Apakah perusahaan Anda sudah mulai mengintegrasikan ESG dalam strategi bisnis?
Workshop ESG in Action: From Plan to Impact dari prasmul-eli bisa menjadi landasan utama untuk menyamakan pemahaman tentang penerapan ESG dalam strategi bisnis.
Mari mitigasi risiko bisnis untuk peluang yang lebih baik.
Keterampilan project management kini menjadi kebutuhan strategis bagi perusahaan yang ingin meningkatkan efektivitas pelaksanaan proyek dan daya saing bisnis. Sehingga, kebutuhan project management training pun meningkat.
Dalam era yang ditandai dengan ketidakpastian dan kompleksitas tinggi, bisnis yang menguasai manajemen proyek akan lebih cepat memberikan produk yang relevan bagi konsumen.
Atas urgensi keterampilan project management, perusahaan berlomba untuk mengikutkan karyawannya dalam training manajemen proyek.
Berdasarkan data dari Project Management Institute (PMI), organisasi yang berinvestasi dalam pelatihan manajemen proyek memiliki peluang 38% lebih tinggi untuk menyelesaikan proyek dengan sukses.
Pelatihan ini tidak hanya memperkenalkan metodologi populer seperti Agile dan Scrum, tetapi juga mengembangkan soft skill penting seperti kepemimpinan, manajemen waktu, dan pengambilan keputusan berbasis data.
Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan kompetitif, keberhasilan proyek tidak hanya bergantung pada ide besar, tetapi pada eksekusi yang terstruktur dan terukur.
Berdasarkan laporan Pulse of the Profession dari PMI tahun 2023, organisasi yang menerapkan praktik manajemen proyek secara menyeluruh berhasil menyelesaikan 76% proyeknya tepat waktu dan sesuai anggaran, angka yang jauh di atas rata-rata global.
Berikut ini adalah lima materi inti yang biasanya ada pada pelatihan manajemen proyek.
Tahapan perencanaan merupakan fondasi utama dari keberhasilan sebuah proyek.
Dalam materi ini, peserta akan dibekali keterampilan menyusun Project Charter yang kuat sebagai landasan formal proyek, melakukan analisis pemangku kepentingan untuk memahami ekspektasi berbagai pihak, serta membangun peta jalan proyek (project roadmap) yang terstruktur.
Menurut Harvard Business Review, kegagalan dalam perencanaan menyumbang 37% dari total kegagalan proyek global.
Pelatihan ini membantu tim merumuskan ruang lingkup yang jelas, menetapkan tujuan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound), serta menyusun work breakdown structure (WBS) sebagai landasan implementasi.
Manajemen waktu yang efektif menjadi pembeda utama antara proyek yang berhasil dengan proyek yang meleset dari jadwal.
Dalam materi ini, peserta akan mempelajari berbagai teknik penjadwalan teruji seperti penggunaan Gantt Chart, Critical Path Method (CPM) untuk analisis jalur kritis, hingga Agile Sprint Planning untuk proyek berbasis iterasi.
Penemuan McKinsey pada tahun 2022 menyebutkan bahwa proyek yang menerapkan manajemen waktu berbasis sistem mampu mempersingkat durasi hingga 30% lebih efisien.
Peserta juga akan mempelajari manajemen ketergantungan (dependency management) untuk menghindari hambatan.
Ketepatan dalam manajemen biaya sangat krusial untuk menjaga kesehatan finansial proyek.
Dalam materi ini, peserta akan dilatih untuk menyusun budget baseline, menghitung estimasi biaya secara akurat, serta mengelola pengeluaran proyek dengan disiplin tinggi.
Data PMI menunjukkan bahwa 27% proyek mengalami pembengkakan anggaran karena tidak memiliki mekanisme pengendalian biaya yang memadai.
Pelatihan ini mencakup teknik Earned Value Management (EVM) dan analisis cost variance.
Risiko merupakan bagian yang tak terhindarkan dari setiap proyek, tetapi dengan pendekatan yang tepat, risiko dapat dikelola secara efektif.
Materi ini membekali peserta dengan keterampilan untuk mengidentifikasi risiko menggunakan metode seperti SWOT Analysis dan PESTEL Framework, melakukan analisis dampak risiko, serta menyusun rencana mitigasi yang realistis dan aplikatif.
Riset dari Gartner tahun 2024 mencatat bahwa organisasi dengan sistem manajemen risiko yang proaktif memiliki kemungkinan 60% lebih besar menyelesaikan proyek sesuai rencana.
Proyek yang sukses tidak hanya ditentukan oleh rencana teknis, tetapi juga oleh kualitas kepemimpinan yang menggerakkan tim.
Dalam materi ini, peserta akan belajar mengoptimalkan alokasi sumber daya secara efisien, membangun komunikasi lintas fungsi yang efektif, serta mengembangkan gaya kepemimpinan situasional yang adaptif terhadap dinamika tim.
Berdasarkan laporan Gallup, tim yang dipimpin oleh manajer proyek dengan keterampilan kepemimpinan yang baik mencatat peningkatan produktivitas sebesar 21%.
Materi ini dirancang untuk membentuk project leader yang tidak hanya mampu mengoordinasikan tugas, tetapi juga menginspirasi dan memberdayakan tim untuk mencapai performa puncak.
Dalam dunia pelatihan profesional, efektivitas pembelajaran sangat ditentukan oleh metode yang digunakan.
Project management training tidak cukup hanya menyampaikan teori, ia harus mampu mengubah pengetahuan menjadi keterampilan nyata.
Menurut laporan Training Industry Report tahun 2023, kombinasi antara pembelajaran aktif dan pengalaman langsung dapat meningkatkan retensi peserta hingga 75%, jauh lebih tinggi dibanding metode ceramah tradisional.
Oleh karena itu, program project management training perlu dirancang menggunakan pendekatan berbasis praktik dan interaktivitas tinggi.
Berikut beberapa metode pembelajaran yang digunakan dalam project management training.
Materi inti disampaikan melalui sesi presentasi singkat berdurasi 10–20 menit, diperkaya dengan pertanyaan terbuka, polling digital, dan quick quizzes.
Menurut Harvard Business School, metode kuliah interaktif mampu meningkatkan partisipasi peserta hingga 60% lebih tinggi dibandingkan ceramah pasif.
Format ini memastikan peserta tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi aktif berpikir dan terlibat secara kognitif sejak awal sesi pembelajaran.
Setiap modul dirancang agar peserta langsung menerapkan konsep ke dalam latihan berbasis studi kasus nyata atau simulasi proyek industri.
Studi dari Association for Talent Development (ATD) menunjukkan bahwa pelatihan berbasis simulasi meningkatkan transfer pengetahuan ke tempat kerja sebesar 63%.
Dalam sesi ini, peserta berperan sebagai project manager, mengelola anggaran, jadwal, dan risiko dalam skenario realistis yang meniru tantangan dunia nyata.
Sesi diskusi kecil diintegrasikan untuk memperdalam pemahaman peserta dan membangun kolaborasi lintas departemen.
Menurut studi McKinsey tahun 2024, diskusi peer-to-peer dalam pelatihan dapat meningkatkan kreativitas solusi hingga 40% lebih tinggi.
Diskusi ini mendorong peserta untuk berbagi pengalaman, bertukar sudut pandang, dan mengembangkan strategi efektif dalam menghadapi kompleksitas proyek.
Untuk meningkatkan motivasi dan menciptakan daya saing positif, pelatihan ini menerapkan elemen gamifikasi seperti leaderboard, badge pencapaian, dan tantangan tim.
Penelitian Deloitte menunjukkan bahwa program pelatihan yang mengintegrasikan gamifikasi dapat meningkatkan engagement peserta hingga 83%.
Metode ini terbukti efektif mendorong partisipasi aktif, mempercepat proses pembelajaran, sekaligus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan namun tetap berorientasi pada pencapaian hasil nyata.
Melalui kombinasi berbagai metode pembelajaran ini, project management training yang diselenggarakan tidak hanya bersifat informatif tetapi juga transformatif.
Setiap peserta didorong untuk belajar secara aktif, mengasah keterampilan berpikir kritis, dan berkolaborasi dalam situasi nyata yang mencerminkan kompleksitas proyek di dunia kerja.
Project management training bukan hanya menjadi kebutuhan, tetapi juga keharusan strategis bagi organisasi yang ingin unggul di tengah kompleksitas bisnis modern.
Dengan pelatihan yang dirancang secara sistematis dan berbasis praktik terbaik global, perusahaan dapat membangun tim proyek yang lebih adaptif, kolaboratif, dan mampu mengeksekusi strategi secara efektif dan memperkuat eksekusi bisnis.
Investasi dalam project management training terbukti tidak hanya meningkatkan tingkat keberhasilan proyek, tetapi juga memberikan dampak langsung terhadap efisiensi biaya, kepuasan karyawan, dan keunggulan kompetitif jangka panjang.
Untuk mendapatkan hasil project management training yang bisa memperkuat eksekusi bisnis, pelatihan The Real Project Management dari prasmul-eli bisa mengakomodir kebutuhan perusahaan Anda.
Kini saatnya organisasi Anda mengambil langkah proaktif untuk memperkuat fondasi manajemen proyek demi mendorong pertumbuhan bisnis.
Belajar financial analysis menjadi kebutuhan mutlak di era bisnis yang bergerak cepat dan berbasis data.
Berdasarkan riset McKinsey, perusahaan yang secara aktif mengembangkan kemampuan financial analysis di berbagai lini organisasi mampu meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan strategis hingga 30%.
Di Indonesia sendiri, sejumlah perusahaan besar seperti di sektor FMCG dan teknologi yang berhasil bertahan dan bahkan tumbuh di tengah krisis global 2020–2021, terbukti memiliki sistem analisis keuangan yang kuat sebagai fondasi strategi bisnis mereka.
Data ini menegaskan bahwa keterampilan financial analysis bukan hanya memperkaya keahlian individu, tetapi juga memperkokoh daya tahan dan ketangguhan bisnis secara keseluruhan.
Dalam artikel ini, Anda akan lebih memahami urgensi belajar menganalisa keuangan, mulai dari mengenal tugas seorang analisis keuangan dan mengetahui siapa saja yang perlu menggunakannya dalam perusahaan.
Financial analyst tidak sekadar menyusun laporan keuangan atau membuat proyeksi angka semata.
Menurut Aswath Damodaran, seorang pakar valuation dan keuangan dari New York University, "Financial analysis is the bridge between numbers and strategy."
Artinya, melalui analisa keuangan yang tajam, manajemen bisa menerjemahkan data keuangan menjadi insight strategis yang dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan bisnis.
Oleh karena itu, tugas utama seorang financial analyst meliputi:
Dalam sebuah artikel Harvard Business Review yang berjudul "The New Skills of the Financial Analyst", disebutkan bahwa di era bisnis modern, financial analyst diharapkan tidak hanya memiliki kemampuan teknis dalam analisis data, tetapi juga keahlian komunikasi untuk menerjemahkan hasil analisis ke dalam narasi bisnis yang mudah dipahami oleh manajemen senior.
Ini berarti mereka berperan sebagai mitra strategis, bukan sekadar "penjaga angka."
Dalam studi yang dilakukan McKinsey bertajuk "The Evolving Role of the Finance Function", perusahaan dengan fungsi financial analysis yang matang mampu meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan strategis hingga 20–30%.
Hal ini terjadi karena adanya pergeseran dari fokus sekadar reporting ke forward-looking analysis yang mengarahkan langkah bisnis ke depan.
Dalam konteks perusahaan, keberadaan financial analyst yang kuat akan:
Sebagai ilustrasi nyata, beberapa perusahaan besar di Indonesia yang sukses melewati krisis 2020–2021, seperti sektor FMCG dan teknologi, menunjukkan bahwa ketajaman analisis keuangan yang berorientasi masa depan adalah salah satu faktor pembeda utama antara yang bertahan dan yang tumbang.
Oleh karena itu, manajemen perusahaan perlu memperkuat keterampilan analisis finansial di perusahaan.
Hal yang diperkuat bukan hanya dalam jumlah orang yang menguasai keterampilan analisis finansial, tetapi juga dari sisi kualitas, alat analisis yang digunakan, dan pelatihan berkelanjutan.
Dengan begitu, manajemen bisa memastikan bahwa setiap keputusan yang manajemen ambil berbasis pada data kuat dan analisis mendalam, mendukung ambisi perusahaan untuk terus tumbuh berkelanjutan.
Analisis keuangan bukan lagi keterampilan eksklusif untuk tim keuangan saja.
Dalam sebuah artikel Harvard Business Review yang berjudul "Every Manager Should Be a Financial Analyst", menyebutkan bahwa di dunia bisnis modern, setiap manajer perlu memiliki pemahaman dasar tentang analisis keuangan untuk membuat keputusan yang lebih strategis dan berbasis data.
Berdasarkan pengalaman kami di prasmul-eli dan berbagai literatur manajemen keuangan, berikut adalah kelompok karyawan yang seharusnya memiliki keterampilan financial analysis.
Tim keuangan dan akuntansi sudah pasti menjadi kelompok utama yang punya keharusan menguasai keterampilan analisis finansial.
Mereka adalah garda depan dalam mengolah laporan keuangan, memproyeksikan cash flow, dan melakukan evaluasi performa keuangan perusahaan.
Keterampilan analisis keuangan ini penting untuk meningkatkan akurasi analisis mereka dan memperkuat kemampuan dalam memberikan wawasan strategis, bukan sekadar laporan historis.
Seperti disampaikan oleh Deloitte dalam studinya "Finance 2025", masa depan tim keuangan adalah sebagai strategic advisor yang proaktif, bukan hanya pencatat angka.
Banyak keputusan operasional yang berimplikasi pada kondisi finansial, misalnya adalah keputusan untuk ekspansi, merekrut tambahan sumber daya, atau membeli aset baru.
Dengan pemahaman financial analysis yang tepat, para manajer dapat:
Atas pentingnya pemahaman financial analysis, maka para manajer divisi dan kepala departemen menjadi kelompok kedua yang penting untuk belajar analisis keuangan yang tepat.
Dalam riset yang dilakukan McKinsey yang bertajuk "Building Financial Acumen Across the Organization" menemukan bahwa perusahaan yang melatih manajer non-keuangan dalam analisis keuangan dapat meningkatkan efisiensi operasional hingga 18%.
Mereka adalah ujung tombak pertumbuhan bisnis. Dengan penguasaan aspek finansial memungkinkan mereka untuk dapat:
Pengetahuan tentang financial analysis pada divisi ini akan mendorong pertumbuhan bisnis yang lebih sehat karena berpengaruh kepada keseimbangan antara pertumbuhan pendapatan dan cash flow perusahaan dalam jangka panjang.
Setiap proyek, terutama yang berbasis inovasi dan teknologi, memerlukan analisis keuangan untuk memastikan kelayakan investasi dan estimasi ROI (Return on Investment).
Dalam laporannya yang berjudul "The Value of Financially Literate Project Teams", Gartner menegaskan bahwa proyek yang dipimpin oleh manajer dengan literasi keuangan yang baik memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mencapai target waktu dan anggaran.
Menguasai financial analysis adalah investasi keterampilan yang akan membawa dampak besar pada karier Anda.
Dengan keahlian tersebut, Anda bisa memberikan dampak positif untuk bisnis di perusahaan tempat Anda bekerja.
Pengetahuan dan keterampilan tambahan tentang financial analysis akan membantu pengambilan keputusan dari kaca mata finansial dari tiap divisi kerja.
Dengan demikian, pengambilan keputusan strategis juga lebih mempertimbangkan dampak pada kinerja keuangan perusahaan.
Anda bisa menguasai keterampilan analisis keuangan dengan mengikuti pelatihan Financial Analysis Program dari prasmul-eli.
Pelatihan ini bahkan menyediakan materi komprehensif, yang secara khusus dirancang untuk manajer dan profesional untuk memiliki kompetensi analisis keuangan.
Mari berikan kontribusi terbaik untuk bisnis dengan memiliki keterampilan analisis keuangan yang tepat.
Di era kompetisi bisnis yang semakin ketat, investasi pada certification program untuk karyawan menjadi kunci strategis dalam meningkatkan kualitas SDM dan daya saing perusahaan.
Menurut LinkedIn Workplace Learning Report 2024, sebanyak 76% organisasi besar lebih memprioritaskan karyawan bersertifikasi untuk promosi jabatan.
Selain itu, karyawan yang memiliki sertifikasi profesional memiliki peluang dua kali lebih besar untuk mengisi peran strategis di organisasi.
Society for Human Resource Management (SHRM) juga menegaskan bahwa sertifikasi bukan hanya meningkatkan kredibilitas individu, tetapi juga mempercepat pengembangan kapabilitas organisasi secara keseluruhan.
Pertanyaannya adalah bagaimana peran perusahaan dalam membantu memenuhi kebutuhan program sertifikasi untuk karyawan? Mari simak artikel berikut ini!
Certification program adalah sebuah program pelatihan profesional yang diakhiri dengan pemberian sertifikat resmi kepada peserta yang telah memenuhi standar kompetensi tertentu.
Sertifikat ini bukan sekadar formalitas, melainkan bukti terverifikasi bahwa seorang profesional telah menguasai keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan industri modern.
Menurut Society for Human Resource Management (SHRM), program sertifikasi meningkatkan kredibilitas profesional di mata perusahaan dan mempercepat pengembangan karier individu, karena menunjukkan keahlian tervalidasi yang dapat langsung diterapkan dalam tugas-tugas strategis perusahaan.
Dalam memilih program sertifikasi tidak boleh sembarangan. Perusahaan sebaiknya memilihkan program sertifikasi yang sudah bersertifikat ISO.
Sertifikat ISO adalah pengakuan resmi bahwa suatu organisasi telah memenuhi standar internasional yang ditetapkan oleh International Organization for Standardization (ISO).
ISO adalah lembaga independen, non-pemerintah, yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss, dan telah menerbitkan lebih dari 24.000 standar yang mencakup berbagai aspek sistem manajemen, keamanan, efisiensi, dan kualitas operasional.
Menurut Philip Kotler, guru besar pemasaran dan strategi bisnis, standar seperti ISO membantu perusahaan membangun kepercayaan dengan pemangku kepentingan serta memperkuat fondasi operasional secara sistematis dan terukur.
Sementara itu, World Economic Forum mencatat bahwa perusahaan yang menerapkan sistem manajemen berbasis standar ISO memiliki tingkat adaptabilitas dan resiliensi lebih tinggi di tengah dinamika global, termasuk disrupsi rantai pasok, perubahan teknologi, dan krisis ekonomi.
Selain itu, berdasarkan data dari ISO Survey 2023, negara-negara Asia menunjukkan peningkatan adopsi ISO yang sangat signifikan.
Indonesia masuk dalam lima besar dengan pertumbuhan tahunan di atas 12% pada sektor manufaktur, jasa keuangan, dan teknologi informasi.
Dengan berinvestasi menggunakan pelatihan berserifikasi yang bersertifikat ISO, perusahaan Anda bukan hanya mendapatkan pengakuan formal, tetapi membangun fondasi manajemen yang lebih kuat, tangguh, dan siap menghadapi tantangan global di masa depan.
Agar program sertifikasi yang Anda selenggarakan benar-benar berdampak dan selaras dengan tujuan perusahaan, diperlukan pendekatan yang sistematis dan berbasis kebutuhan nyata.
Setiap langkah harus dirancang dengan mempertimbangkan arah strategis bisnis, kapabilitas karyawan saat ini, serta kesiapan organisasi dalam mendukung pengembangan berkelanjutan.
Berikut ini adalah tahapan analisis dan perencanaan yang dapat Anda lakukan sebelum berkomitmen untuk bekerjasama dengan lembaga pelatihan bersertifikasi yang kredibel.
Langkah pertama adalah memahami kebutuhan bisnis dan arah strategis perusahaan dalam tiga sampai lima tahun ke depan. Pertimbangkan kebutuhan strategis perusahaan dengan mempertanyakan hal berikut ini:
Kompetensi apa yang dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan bisnis Anda?
Apakah ada perubahan di industri atau regulasi yang membuat sertifikasi tertentu menjadi wajib atau sangat relevan?
Area mana yang saat ini menjadi kelemahan organisasi dan butuh penguatan melalui sertifikasi?
Sebagai contoh, jika perusahaan berfokus pada ekspansi global, maka sertifikasi internasional dalam manajemen proyek atau keuangan mungkin lebih prioritas dibanding sertifikasi lokal.
Bila kebutuhan strategis sudah ditetapkan, lakukan pemetaan kompetensi karyawan. Cermatilah apakah ada kesenjangan kompetensi dengan kebutuhan strategis yang ingin dicapai.
Bersama tim HR dan Learning & Development (L&D), perusahaan perlu melakukan assessment kompetensi untuk mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi kompetensi saat ini dengan yang diharapkan.
Metode assessment yang digunakan meliputi:
Wawancara manajer divisi.
Survei self-assessment karyawan.
Review performa tahunan.
Benchmarking standar industri.
Kesenjangan kompetensi inilah yang menjadi dasar dalam menentukan jenis pelatihan dan sertifikasi yang paling dibutuhkan.
Bila perusahaan sudah mengetahui kesenjangan kompetensi, maka perusahaan sudah memiliki pilihan yang mengerucut tantang jenis program sertifikasi yang dibutuhkan.
Langkah berikutnya adalah perusahaan perlu berkomitmen hanya bekerja sama dengan lembaga pelatihan yang memiliki beberapa faktor berikut:
Memiliki rekam jejak kuat dalam penyelenggaraan program sertifikasi.
Diakui secara nasional atau internasional.
Mampu menyediakan materi berbasis praktik nyata (experiential learning).
Fleksibel dalam metode delivery (online, hybrid, atau in-house training).
Nilai tambah apabila program sertifikasinya sudah tersertifikasi ISO.
Jangan lupa untuk melakukan evaluasi lembaga-lembaga pelatihan pilihan yang dilakukan berdasarkan:
Kredibilitas dan akreditasi.
Testimoni dari perusahaan klien sebelumnya.
Kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan perusahaan.
Fasilitas pasca-pelatihan seperti coaching, assessment sertifikasi, dan alumni support.
Setelah perusahaan memutuskan lembaga pelatihan program sertifikasi. Selanjutnya pastikan bahwa program sertifikasi memiliki beberapa hal berikut ini:
Terhubung dan relevan dengan jenjang karier internal.
Menjadi bagian dari KPI atau bonus program untuk meningkatkan motivasi.
Dilengkapi dengan evaluasi pasca-program untuk mengukur efektivitas pembelajaran dalam pekerjaan sehari-hari.
Dalam konteks ini, kerja sama dengan lembaga pelatihan bukan hanya sekadar mengadakan kelas, tetapi benar-benar merancang pelatihan dan sertifikasi terpersonalisasi yang relevan dengan tantangan nyata di perusahaan.
Keberhasilan program ini tidak dapat dicapai tanpa dukungan penuh dari seluruh level manajemen.
Keterlibatan aktif para pemimpin unit dan divisi sangat krusial, khususnya dalam proses pemilihan peserta yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan potensi pengembangan.
Selain itu, dibutuhkan komunikasi internal yang kuat dan konsisten agar tujuan serta manfaat program ini dapat dipahami secara menyeluruh oleh seluruh lapisan organisasi.
Hal terpenting adalah untuk memastikan bahwa karyawan tidak memandang sertifikasi ini sebagai beban tambahan dalam pekerjaan mereka.
Sebaliknya, mereka perlu melihatnya sebagai investasi jangka panjang untuk kemajuan karier dan peningkatan kompetensi pribadi.
Setelah program berjalan, perusahaan perlu menetapkan mekanisme monitoring yang meliputi:
Evaluasi efektivitas berdasarkan feedback peserta.
Penilaian perubahan performa kerja pasca-sertifikasi.
Diskusi lanjutan dengan penyelenggara pelatihan untuk memperbaiki batch berikutnya.
Ini penting agar setiap program sertifikasi yang dijalankan menjadi continuous learning journey, bukan event satu kali saja.
Dengan cara menganalisa kebutuhan certification program ini, perusahaan dapat mempersiapkan program sertifikasi yang tidak hanya akan meningkatkan kapabilitas individu karyawan, tetapi juga mempercepat pencapaian visi dan misi perusahaan secara menyeluruh.
Sehingga program sertifikasi bukan hanya sarana menghamburkan uang perusahaan, tetapi merupakan kebutuhan strategis.
Dengan pendekatan yang tepat, mulai dari analisa kebutuhan, pemilihan lembaga pelatihan bersertifikasi, hingga proses evaluasi dan monitoring.
Perusahaan Anda tidak hanya meningkatkan kapabilitas individu, tetapi juga mempercepat transformasi organisasi menuju keunggulan kompetitif.
Program sertifikasi apa yang cocok untuk kebutuhan strategis perusahaan Anda. Anda bisa melihat daftar program sertifikasi manajemen bisnis dari prasmul-eli yang menawarkan pilihan jenis sertifikasi sesuai dengan kebutuhan strategis perusahaan Anda.
Nilai plusnya adalah program sertifikasi yang ada di prasmul-eli sudah tersertifikasi ISO 9001.
Saatnya berinvestasi pada program sertifikasi karyawan yang terstruktur dan berbasis hasil nyata, demi memastikan perusahaan siap bersaing dan berkembang di pasar nasional maupun internasional.
Di era digitalisasi dan perubahan perilaku konsumen yang tidak mudah terprediksi, setiap manajer pemasaran perlu menguasai pilar penting dalam marketing management sebagai kompetensi strategis.
Peran manajer pemasaran telah berevolusi, dari sekadar mengatur kampanye promosi menjadi arsitek utama strategi bisnis yang berbasis pelanggan.
Hal ini semakin relevan ketika laporan McKinsey tahun 2023 menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan pendekatan pemasaran berbasis data dapat meningkatkan ROI hingga 20%.
Menurut riset American Marketing Association (AMA), efektivitas pemasaran kini dinilai dari pengalaman pelanggan yang konsisten, bukan hanya seberapa menarik kampanye yang dijalankan.
Manajer pemasaran yang mampu mengintegrasikan analitik, kolaborasi lintas fungsi, serta memahami customer journey dari awal hingga akhir akan menjadi penggerak utama pertumbuhan bisnis.
Karena itu, kemampuan ini bukan hanya soal mencapai target, tetapi juga membangun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bagi perusahaan.
Marketing management adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan seluruh kegiatan pemasaran dengan tujuan utama menciptakan nilai pelanggan dan menghasilkan profitabilitas bisnis yang berkelanjutan.
Menurut Philip Kotler, yang dikenal sebagai “bapak pemasaran modern,” marketing management adalah seni dan ilmu dalam memilih target pasar serta menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai superior kepada pelanggan.
Di tengah disrupsi digital dan perubahan perilaku konsumen yang dinamis, fungsi marketing tidak lagi hanya soal promosi, tetapi menjadi penggerak strategi bisnis secara keseluruhan.
Salah satu elemen kunci dalam marketing management adalah pemahaman pasar melalui riset yang sistematis.
Berdasarkan laporan dari McKinsey & Company, perusahaan yang mengintegrasikan data dan analitik dalam pengambilan keputusan pemasaran dapat meningkatkan ROI hingga 15–20%.
Ini menunjukkan pentingnya marketing management berbasis data, bukan asumsi.
Pemasar yang andal perlu mampu membaca tren, memahami segmen pasar, serta menerjemahkannya menjadi strategi diferensiasi dan positioning yang tepat.
Marketing management juga berkaitan erat dengan pengelolaan bauran pemasaran atau marketing mix (produk, harga, distribusi, dan promosi). Di era digital saat ini, konsep ini berkembang menjadi 7P dengan tambahan people, process, dan physical evidence.
Lembaga seperti American Marketing Association (AMA) menekankan bahwa efektivitas pemasaran modern tidak hanya dinilai dari output promosi, tetapi dari pengalaman holistik pelanggan (customer journey) yang dikelola secara konsisten lintas kanal.
Dalam praktiknya, marketing management mencakup pengelolaan brand, kampanye digital, content marketing, hingga kolaborasi lintas fungsi seperti sales dan customer service.
7 Pilar Marketing Management adalah kerangka strategis yang digunakan perusahaan untuk mengelola seluruh aspek pemasaran secara komprehensif dan terintegrasi, agar dapat menciptakan, mengkomunikasikan, dan mempertahankan nilai pelanggan.
Model ini berasal dari pengembangan konsep klasik 4P (Product, Price, Place, Promotion) yang diperkenalkan oleh E. Jerome McCarthy pada tahun 1960, lalu diperluas menjadi 7P oleh Booms dan Bitner tahun 1981 untuk mengakomodasi dinamika industri jasa dan bisnis modern.
Hingga saat ini, lembaga kredibel seperti American Marketing Association (AMA) dan Harvard Business School masih merekomendasikan framework ini sebagai fondasi dalam mengelola marketing secara profesional.
Berikut adalah uraian 7 Pilar dalam konteks Marketing Management:
Produk atau layanan adalah dasar dari semua strategi pemasaran. Menurut Philip Kotler, "The product is the heart of marketing efforts."
Produk harus terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar.
Berdasarkan riset McKinsey tahun 2023, perusahaan yang berfokus pada inovasi produk mencatat pertumbuhan pendapatan 2,4 kali lebih tinggi dibandingkan pesaingnya.
Harga mencerminkan nilai produk di mata pelanggan dan menjadi elemen strategis dalam positioning.
Survei Deloitte tahun 2022 mengungkapkan bahwa 82% konsumen membandingkan harga online sebelum membuat keputusan pembelian.
Strategi harga yang efektif harus mempertimbangkan faktor kompetitif, psikologis, dan value-based pricing.
Distribusi mengatur bagaimana produk tersedia bagi pelanggan. Dengan transformasi digital, distribusi mencakup jalur fisik dan kanal daring.
Studi dari Harvard Business Review menyatakan bahwa perusahaan dengan pendekatan omnichannel meningkatkan loyalitas pelanggan hingga 90% lebih tinggi dibanding single-channel.
Promosi adalah bagaimana perusahaan mengkomunikasikan nilai produknya ke pasar. Ini mencakup iklan, PR, media sosial, SEO, dan lainnya.
Menurut laporan Gartner tahun 2024, perusahaan yang mengintegrasikan kampanye digital dan offline berhasil meningkatkan brand engagement rata-rata sebesar 27%.
Karyawan adalah duta besar brand. Kualitas layanan sangat bergantung pada keterampilan, sikap, dan motivasi staf.
Gallup Workplace Report menunjukkan bahwa perusahaan dengan employee engagement tinggi memiliki profitabilitas 23% lebih besar dibandingkan rata-rata industri.
Marketing management harus memastikan bahwa seluruh proses, mulai dari produksi, penjualan, pelayanan, hingga feedback pelanggan, berjalan efisien dan terstandarisasi.
Dalam Forrester Research tahun 2023 menemukan bahwa 79% pelanggan meninggalkan brand setelah satu pengalaman buruk akibat proses layanan yang tidak mulus.
Dalam produk jasa dan digital, bukti fisik seperti website, brosur, ulasan pelanggan, dan packaging membangun persepsi kualitas.
Menurut Nielsen Trust Report, 92% konsumen mempercayai user-generated content (review dan testimoni) dibandingkan iklan resmi.
Menguasai manajemen pemasaran bukan hanya tentang memahami teori, tetapi juga tentang mampu menerapkan strategi pemasaran yang efektif, terukur, dan berorientasi pada hasil nyata.
Sebagai seorang pemimpin berpengalaman, Anda harus mengamati ada beberapa indikator utama yang menunjukkan bahwa seorang manajer pemasaran benar-benar menguasai disiplin ini.
Pendapat ini juga diperkuat oleh riset dari lembaga kredibel seperti American Marketing Association (AMA), McKinsey, dan HubSpot.
Seorang manajer pemasaran yang menguasai marketing management mampu merancang rencana pemasaran yang komprehensif, meliputi analisis pasar, segmentasi, targeting, positioning , serta penggunaan bauran pemasaran (7P).
Menurut riset McKinsey tahun 2024, perusahaan yang mengimplementasikan strategi pemasaran berbasis data dan terintegrasi mampu meningkatkan efektivitas kampanye hingga 25% lebih tinggi dibandingkan pendekatan tradisional.
Di era digital, penguasaan terhadap data analitik menjadi indikator kritis. Seorang manajer pemasaran yang andal tidak hanya melihat vanity metrics (seperti jumlah likes), tetapi juga memahami metrik strategis seperti Customer Acquisition Cost (CAC), Customer Lifetime Value (CLV), Conversion Rate, dan Return of Investment (ROI) dari kampanye pemasaran.
Laporan dari HubSpot tahun 2023 menunjukkan bahwa 73% perusahaan top-performing memiliki manajer pemasaran yang rutin menggunakan data analytics dalam pengambilan keputusan.
Marketing tidak bisa berjalan dalam silo. Seorang manajer pemasaran sejati mampu memimpin tim kreatif, digital, penjualan, bahkan keuangan dalam satu ekosistem yang saling terhubung.
Menurut Gallup's State of the Global Workplace Report tahun 2023, organisasi dengan kolaborasi lintas departemen yang kuat mencatatkan pertumbuhan pendapatan 21% lebih tinggi dibandingkan yang bergerak sendiri-sendiri.
Seorang manajer pemasaran yang mahir harus memahami seluruh siklus customer journey, mulai dari awareness hingga advocacy, dan mampu menciptakan pengalaman pelanggan yang konsisten di setiap titik sentuh pelanggan.
Studi dari PwC tahun 2024 menyebutkan bahwa 73% konsumen menyatakan customer experience adalah faktor utama dalam keputusan membeli, lebih penting daripada harga atau produk itu sendiri.
Menguasai marketing management berarti siap menghadapi perubahan cepat dalam tren pasar, teknologi baru (seperti AI dalam marketing, automation, personalisasi), dan perubahan perilaku konsumen.
Menurut laporan Salesforce State of Marketing tahun 2024, 91% pemimpin pemasaran mengatakan bahwa kemampuan adaptasi cepat terhadap perubahan adalah kunci utama kesuksesan jangka panjang.
Seorang manajer pemasaran yang menguasai marketing management akan terlihat dari kemampuannya menyusun strategi berbasis data, mengeksekusi kampanye terintegrasi, memimpin tim, menciptakan customer experience yang kuat, dan beradaptasi dengan perubahan tren.
Agar indikator-indikator tersebut dikuasai, manajer membutuhkan pelatihan pemasaran yang memadai dan kredibel.
prasmul-eli menyediakan Program Marketing Management Training yang dipercaya mengembangkan potensi manajer dalam menerapkannya secara berkelanjutan relevan dengan visi dan misi perusahaan Anda.
Dalam lanskap digital, bisnis yang sering muncul di setiap kanal yang diakses konsumen adalah bisnis yang bisa memenangkan hati konsumen.
Untuk itu peran manajer pemasaran dengan keterampilan marketing management menjadi sangat krusial untuk menumbuhkan visibilitas perusahaan hingga berdampak pada penghasilan profit bagi perusahaan.
Inilah saatnya untuk terus memaksimalkan praktik manajemen pemasaran untuk mendorong pertumbuhan bisnis.
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif dan dinamis, strategic brand management menjadi kunci untuk membangun merek yang tidak hanya dikenal, tetapi juga dipercaya dan dicintai oleh pelanggan.
Pendekatan ini menempatkan merek sebagai aset bisnis strategis yang harus dikelola secara holistik agar selaras dengan tujuan perusahaan, pengalaman pelanggan, dan nilai jangka panjang.
Menurut Keller’s Brand Equity Model, merek yang kuat mampu menciptakan resonansi emosional dan loyalitas pelanggan tinggi, dua elemen yang sangat menentukan posisi kompetitif perusahaan di pasar.
Lebih dari sekadar tugas tim pemasaran, strategic brand management kini menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi perusahaan secara keseluruhan.
Laporan Interbrand Best Global Brands tahun 2023 menunjukkan bahwa merek dengan pertumbuhan nilai tertinggi adalah yang memiliki keselarasan kuat antara strategi merek, strategi bisnis, dan pengalaman pelanggan.
Harvard Business Review juga mencatat bahwa perusahaan dengan brand equity tinggi mampu menetapkan harga premium hingga 20% dan lebih tahan terhadap krisis pasar.
Dengan manfaat nyata terhadap valuasi perusahaan, loyalitas pelanggan, dan efisiensi organisasi, manajemen merek strategis kini menjadi prioritas bagi manajemen perusahaan yang ingin mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Strategic brand management adalah pendekatan menyeluruh dalam mengelola merek sebagai aset bisnis yang memberikan keunggulan kompetitif dan nilai jangka panjang.
Dari perspektif CEO, strategic brand management memiliki dampak langsung terhadap valuasi dan profitabilitas perusahaan.
Selain itu, riset McKinsey tahun 2022 menunjukkan bahwa brand yang dikelola secara strategis cenderung mencatat customer lifetime value 60% lebih tinggi dibanding kompetitor yang hanya fokus pada kampanye jangka pendek.
Di tengah persaingan yang semakin homogen, merek bukan sekadar logo, tetapi identitas strategis yang membedakan dan mengarahkan arah pertumbuhan bisnis.
Bagi HR Manager, strategic brand management berperan besar dalam employer branding dan retensi talenta.
Studi dari LinkedIn tahun 2023 menemukan bahwa perusahaan dengan reputasi merek kuat menerima 50% lebih banyak pelamar berkualitas, serta menurunkan cost per hire hingga 43%.
Merek yang konsisten di mata konsumen dan karyawan menciptakan budaya organisasi yang kohesif, meningkatkan employee engagement, dan memperkuat keselarasan antara nilai perusahaan dengan perilaku karyawan.
Oleh karena itu, strategic brand management bukan sekadar aktivitas komunikasi, tetapi fondasi arah bisnis jangka panjang.
Ini melibatkan pengelolaan identitas merek, arsitektur merek, pengalaman pelanggan, serta aktivasi merek yang konsisten lintas kanal.
Strategic brand management memberikan kerangka kerja untuk mengelola merek sebagai aset bisnis yang mendorong pertumbuhan jangka panjang, loyalitas pelanggan, dan keunggulan kompetitif.
Menurut laporan Harvard Business Review, perusahaan dengan manajemen merek yang matang memiliki pertumbuhan pendapatan dua sampai tiga kali lebih tinggi dibanding pesaingnya.
Bagi pemimpin perusahaan, manfaat ini bukan hanya soal reputasi di mata publik, tetapi juga tentang efisiensi organisasi, budaya perusahaan, dan daya tarik talenta terbaik.
Dalam dunia bisnis modern, nilai merek bukan lagi sekadar aspek komunikasi, melainkan aset finansial strategis.
Laporan Interbrand menunjukkan bahwa merek-merek yang dikelola secara strategis seperti Apple, Microsoft, dan Amazon kini menyumbang lebih dari 40% dari total valuasi perusahaan.
Ini membuktikan bahwa pengelolaan merek yang tepat tidak hanya meningkatkan persepsi publik, tetapi juga secara langsung mengangkat nilai ekonomi perusahaan di mata investor dan pasar.
Sebaliknya, kegagalan dalam manajemen merek dapat merusak valuasi secara signifikan, bahkan jika kinerja produk tetap baik.
Oleh karena itu, strategic brand management menjadi alat penting dalam membangun kekuatan finansial jangka panjang.
Di pasar yang semakin jenuh dan kompetitif, loyalitas pelanggan adalah keunggulan yang tidak ternilai.
Menurut penelitian Deloitte, pelanggan yang memiliki koneksi emosional dengan sebuah merek memiliki kemungkinan 2,5 kali lebih besar untuk melakukan pembelian ulang.
Strategic brand management membantu perusahaan menciptakan positioning merek yang jelas, konsisten, dan relevan dengan nilai serta aspirasi pelanggan.
Dengan resonansi emosional yang kuat, perusahaan tidak hanya memenangkan transaksi jangka pendek, tetapi membangun hubungan jangka panjang yang sulit ditiru oleh pesaing.
Manajemen merek strategis tidak hanya berdampak ke pasar eksternal, tetapi juga ke dalam organisasi.
Laporan LinkedIn Talent Solutions tahun 2023 mencatat bahwa perusahaan dengan employer brand yang kuat mengalami penurunan turnover rate sebesar 28%.
Reputasi merek yang baik menarik lebih banyak talenta berkualitas, mengurangi biaya rekrutmen, dan mempercepat integrasi budaya organisasi.
Strategic brand management memastikan bahwa citra perusahaan di mata calon karyawan konsisten dengan nilai-nilai internal, menciptakan tim yang lebih bersemangat, loyal, dan produktif.
Konsistensi adalah kunci dalam membangun persepsi merek yang kuat. Dengan adanya panduan brand strategis yang terstruktur, seluruh departemen, mulai dari pemasaran, layanan pelanggan, hingga pengembangan produk memiliki pedoman yang sama dalam berinteraksi dengan pasar.
Konsistensi ini memperkuat profesionalisme organisasi, memperjelas nilai-nilai perusahaan di mata pelanggan, dan memperkecil risiko miskomunikasi lintas fungsi.
Dalam jangka panjang, organisasi dengan konsistensi merek yang baik cenderung membangun kepercayaan yang lebih kuat dan mempercepat proses pengambilan keputusan internal.
Di tengah disrupsi teknologi dan perubahan pasar yang cepat, fleksibilitas dan relevansi menjadi kunci.
Strategic brand management memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan identitas, pesan, dan pendekatan komunikasi agar tetap relevan tanpa kehilangan keaslian merek.
McKinsey mencatat bahwa brand yang adaptif memiliki peluang sukses transformasi digital 1,6 kali lebih besar dibandingkan brand yang kaku.
Manajemen merek yang strategis memungkinkan perusahaan memimpin perubahan, bukan hanya bereaksi terhadapnya, sehingga memperkuat daya saing dan kesiapan menghadapi masa depan.
Strategic brand management hari ini bukan lagi pilihan opsional, melainkan fondasi bisnis untuk membangun nilai ekonomi, loyalitas pelanggan, daya tarik talenta, konsistensi operasional, dan kapasitas bertransformasi.
Dalam konteks ketidakpastian global, merek yang kuat dan dikelola strategis menjadi pilar utama pertumbuhan berkelanjutan dan keunggulan kompetitif jangka panjang.
Bila perusahaan Anda sedang berproses untuk meningkatkan keterampilan strategic brand management, pelatihan strategic brand management dari prasmul-eli bisa mempermudah proses Anda.
Mari terus berproses menjadi merek yang dicintai oleh konsumen!
Untuk menjembatani adanya kesenjangan keterampilan (skill gaps), perusahaan berinvestasi besar pada pelatihan dan pengembangan karyawan. Untuk itu penting mencari lembaga pelatihan kerja terbaik demi karyawan mereka.
Terdapat fakta dari LinkedIn Learning Report yang menyatakan bahwa 70% karyawan yang diikutsertakan pada pelatihan mengatakan bahwa rasa terhubung dengan perusahaan semakin meningkat.
Selain meningkatkan rasa terhubung dengan perusahaan, 80% karyawan juga mengaku bahwa setelah mengikuti pelatihan, tujuan mereka bekerja di perusahaan semakin meningkat.
Agar perusahaan Anda bisa merasakan manfaat terbaik dari pelatihan yang diberikan pada karyawan, maka Anda perlu memilih lembaga pelatihan kerja terbaik yang merancang pembelajaran terpersonalisasi sesuai kebutuhan Anda.
Idealnya, sebuah perusahaan selain menyediakan divisi research and development, juga perlu adanya divisi learning yang memikirkan proses pembelajaran dan pengembangan kompetensi karyawan.
Divisi learning yang akan memutuskan kapan waktu terbaik untuk mengikutkan karyawannya pada sebuah pelatihan.
Biasanya pada waktu dan kondisi berikut perusahaan mendorong karyawannya untuk mengikuti pelatihan baik pelatihan in-house atau pun pelatihan eksternal.
Saat perusahaan melakukan transformasi model bisnis, digitalisasi, merger, ekspansi internasional, atau pergeseran strategi, kebutuhan kompetensi karyawan berubah drastis.
Dalam situasi ini, perusahaan akan mencari lembaga pelatihan kerja terbaik untuk mempercepat proses reskilling dan upskilling tenaga kerja agar sejalan dengan arah baru perusahaan.
Jika hasil analisis kebutuhan pelatihan (training need analysis) menunjukkan adanya kesenjangan besar antara skill yang dimiliki karyawan dengan skill yang dibutuhkan untuk masa depan, maka perusahaan akan mencari lembaga yang bisa membantu menutup gap tersebut secara sistematis dan terukur.
Dalam kondisi pertumbuhan bisnis yang agresif, misal target ekspansi market atau peningkatan kapasitas produksi, perusahaan membutuhkan lembaga pelatihan untuk mempercepat persiapan calon pemimpin (leadership pipeline) dan mengembangkan kompetensi manajerial secara masif dalam waktu relatif cepat.
Jika pelatihan internal yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan yang sangat spesifik atau teknis (misalnya advanced digital analytics, ESG management, lean manufacturing, strategic negotiation), perusahaan akan mencari lembaga eksternal yang memiliki keahlian spesialis dan pengalaman praktis di bidang tersebut.
Dalam era learning digital, perusahaan perlu lembaga pelatih kerja yang tidak hanya menawarkan program tradisional, tetapi juga mampu menyediakan blended learning, microlearning, gamification, VR/AR learning, dan platform berbasis data. Jika lembaga internal belum siap, maka opsi terbaik adalah mencari mitra eksternal.
Ketika industri mengalami disrupsi besar (seperti perubahan teknologi, regulasi baru, atau perubahan perilaku konsumen), memperkuat agility SDM menjadi prioritas. Maka perusahaan akan mencari lembaga pelatihan terbaik untuk membangun organisasi pembelajar (learning organization) dan mempercepat adaptasi terhadap perubahan.
Program pengembangan karyawan yang kuat meningkatkan employer branding. Dalam kondisi di mana persaingan menarik dan mempertahankan talenta semakin ketat, lembaga pelatihan eksternal yang berkualitas dapat membantu memperkaya program pengembangan karyawan sebagai bentuk investasi pada people development.
Sekarang dengana adanya teknologi internet, perusahaan punya kemudahan untuk mencari lembaga pelatihan kerja untuk karyawannya.
Namun, tidak semua yang di internet punya kredibilitas dan dampak yang bagus. Untuk itu, Anda perlu mempertimbangkan beberapa faktor ini dalam mencari lembaga pelatihan kerja.
Kredibilitas dan Reputasi Global
Pilihlah lembaga dengan kredibilitas tinggi dan reputasi teruji, baik secara nasional maupun internasional. Hal ini penting untuk menjaga standar pembelajaran di dalam perusahaan Anda.
Pengalaman dalam Industri yang Relevan
Lembaga tersebut harus memiliki pengalaman melatih di sektor yang sesuai dengan industri perusahaan Anda atau sektor lain yang dinamis, sehingga paham konteks nyata yang dihadapi peserta pelatihan.
Kualitas Fasilitator dan Coach
Pastikan lembaga memiliki fasilitator yang bukan hanya berpengalaman di akademik, tetapi juga memiliki pengalaman praktis dalam dunia bisnis. Coach yang mumpuni sangat berpengaruh terhadap efektivitas program.
Metodologi Belajar yang Inovatif dan Agile
Learning delivery harus berbasis adult learning principles, kombinasi experiential learning, digital learning, microlearning, gamification, dan on-the-job learning. Tidak kaku dan selalu adaptif dengan kebutuhan peserta.
Kemampuan Mengukur Dampak Pelatihan (ROI/ROE)
Lembaga harus mampu menyediakan framework pengukuran efektivitas pelatihan (learning impact, behavior change, bahkan business outcome).
Fleksibilitas dalam Kustomisasi Program
Setiap program pelatihan harus bisa disesuaikan dengan kebutuhan unik perusahaan. Tidak boleh copy-paste materi generik tanpa kontekstualisasi.
Dukungan Teknologi Learning Management System (LMS) atau Platform Digital
Lembaga yang ideal mampu menyediakan learning platform atau bisa berintegrasi dengan LMS perusahaan, untuk mendukung blended learning, progress tracking, dan data-driven development plan.
Komitmen pada Diversity, Equity, and Inclusion (DEI)
Sekarang ini, perusahaan sudah mulai memiliki komitmen besar terhadap DEI. Lembaga pelatih kerja yang dipilih harus memiliki pendekatan yang sejalan dalam merancang dan mengelola programnya.
Lembaga pelatihan kerja terbaik di Indonesia yang sudah dipercaya oleh para industri besar pemimpin pasar lebih dari satu dekade ini adalah prasmul-eli.
Sejak berdiri pada 11 November 2011, prasmul-eli telah menjadi mitra strategis bagi berbagai perusahaan nasional dan multinasional dalam mengembangkan sumber daya manusia (SDM) dan meningkatkan efektivitas organisasi.
Visi yang dimiliki prasmul-eli adalah menjadi pilihan dan rujukan dalam workplace learning and performance di Indonesia, ke Indonesia, dan dari Indonesia.
Lembaga prasmul-eli menawarkan berbagai program pelatihan dan konsultasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik perusahaan, termasuk:
Program Pelatihan Publik dan Korporat: Meliputi kursus singkat, program sertifikasi, dan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
Layanan Konsultasi: Membantu perusahaan dalam pengembangan strategi bisnis, manajemen perubahan, dan peningkatan kinerja organisasi.
Assessment Center: Menyediakan layanan penilaian untuk mengidentifikasi potensi dan kompetensi karyawan.
prasmul-eli telah dipercaya oleh berbagai klien yang merupakan pemimpin pasar di industri masing-masing, mulai dari otomotif, kimia, farmasi, utilitas, real estate, teknologi, agribisnis, barang konsumen, ritel, hingga sektor lainnya.
Kepercayaan ini menunjukkan rekam jejak prasmul-eli dalam memberikan solusi pengembangan manusia dan organisasi yang mampu berkontribusi langsung pada keberhasilan bisnis klien.
Layanan prasmul-eli bersifat end-to-end, mencakup pengembangan dari hulu hingga hilir, mulai dari kebutuhan assessment, perancangan program pelatihan, implementasi, hingga evaluasi keberhasilan.
Cakupan ini diperkuat melalui kolaborasi dengan berbagai institusi ternama, baik di tingkat nasional maupun internasional, memastikan standar global dalam setiap program yang diberikan.
Lebih istimewa lagi, sejak Juli 2024, public program prasmul-eli telah tersertifikasi ISO 9001:2015. Sertifikasi jaminan mutu ini memastikan bahwa seluruh program publik, termasuk Short Program, Certification of Business Management, hingga Public Assessment Program, diselenggarakan dengan standar kualitas internasional secara konsisten dan terukur.
Dengan kombinasi warisan bisnis yang kuat, basis klien yang kredibel, cakupan layanan komprehensif, jaringan kolaborasi internasional, dan jaminan mutu bersertifikasi, prasmul-eli menjadi mitra strategis ideal bagi perusahaan yang ingin mempercepat pengembangan kapabilitas sumber daya manusia dan organisasi secara berkelanjutan.
Mari tingkatkan kapabilitas sumber daya manusia perusahaan Anda dengan prasmul-eli, lembaga pelatihan kerja terbaik di Indonesia.
Persaingan bisnis semakin ketat, perubahan pun semakin tidak terprediksi. Untuk menghadapi perubahan yang tidak menentu, perusahaan seringkali menggunakan jasa consulting services untuk membuat strategi bisnis ke depan.
Di Amerika, setiap tahunnya perusahaan consulting services mendapatkan pendapatkan lebih dari $2 Miliar untuk layanan consulting yang mereka tawarkan pada perusahaan.
Data pendapatan perusahaan consulting services tersebut menunjukkan bahwa masih tinggi permintaan jasa consulting services untuk perusahaan.
Pertanyaannya adalah kapan waktu yang tepat untuk perusahaan Anda menggunakan jasa consulting services? Anda akan menemukan jawabannya disini.
Dalam memberikan layanan consulting services, seorang konsultan yang ahli di dalam bidang bisnis akan membantu kliennya. Berdasarkan Harvard Business Review, ada delapan fundamental objektif dari sebuah jasa consulting services, yaitu:
Konsultan bertugas menyediakan data, analisis, dan informasi yang relevan untuk membantu klien memahami situasi bisnis mereka dengan lebih baik. Informasi ini menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih terarah.
Konsultan membantu merancang solusi spesifik atas masalah yang dihadapi klien. Fokusnya adalah mencari akar permasalahan dan mengatasi hambatan nyata yang mengganggu kinerja atau pertumbuhan organisasi.
Konsultan melakukan analisis mendalam untuk menemukan akar penyebab masalah. Seringkali, diagnosis ini mengharuskan mendefinisikan ulang masalah yang awalnya diidentifikasi klien agar solusi yang diberikan benar-benar efektif.
Berdasarkan hasil diagnosis, konsultan menyusun dan menyampaikan rekomendasi konkret yang dirancang untuk mengatasi masalah secara menyeluruh, bukan hanya mengobati gejalanya.
Konsultan tidak hanya berhenti pada memberi saran, tetapi juga mendampingi klien dalam proses implementasi, memastikan perubahan yang diusulkan benar-benar dijalankan dengan baik.
Konsultan berperan dalam membantu semua pihak di dalam organisasi menyepakati langkah-langkah perubahan, menciptakan komitmen bersama untuk mendukung pelaksanaan solusi.
Konsultan bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas internal klien dengan mengajarkan metode penyelesaian masalah, sehingga di masa depan organisasi dapat menangani tantangan serupa secara mandiri.
Tujuan akhir dari jasa consulting adalah membangun organisasi yang lebih efektif secara berkelanjutan, baik dari sisi struktur, budaya, maupun proses, sehingga perusahaan lebih tangguh menghadapi perubahan.
Perusahan memang sudah memiliki fungsi yang ideal untuk menjalankan bisnisnya. Namun, terkadang bisnis membutuhkan perspektif dari luar untuk mengetahui akar masalah atau hal yang tidak bisa dilihat oleh orang yang menjalankan bisnis.
Berikut ini beberapa alasan mengapa perusahaan membutuhkan jasa consulting services:
Consulting services memberikan pandangan eksternal yang independen terhadap permasalahan, peluang, dan potensi risiko yang mungkin tidak terlihat oleh internal perusahaan.
Di tengah dinamika bisnis yang cepat berubah, memiliki sudut pandang objektif membantu perusahaan menghindari bias internal, mempertajam analisis, dan membuat keputusan yang lebih akurat dan berani.
Dalam situasi di mana perubahan perlu dilakukan dengan cepat seperti transformasi digital, reorganisasi struktur, atau pivot model bisnis, jasa consulting services membantu mempercepat proses operasional perusahaan.
Mereka membawa metodologi yang sudah terbukti, pengalaman lintas industri, dan sumber daya tambahan untuk memastikan perubahan berjalan lebih cepat, terstruktur, dan berdampak nyata.
Tidak semua tantangan bisa dihadapi hanya dengan sumber daya internal. Ada kebutuhan terhadap keahlian sangat spesifik, misalnya dalam transisi energi, advanced analytics, ESG (Environmental, Social, and Governance), atau manajemen krisis, di mana konsultan sudah memiliki pengalaman mendalam.
Dengan menggunakan jasa consulting services, perusahaan dapat mengakses keahlian premium tanpa harus membangun dari nol.
Dalam menghadapi keputusan strategis besar, seperti ekspansi, merger, akuisisi, atau investasi besar, perusahaan membutuhkan analisis mendalam dan simulasi berbagai skenario.
Konsultan membantu mengembangkan business case yang kuat, memperkirakan risiko, serta memberikan validasi eksternal atas keputusan strategis yang akan diambil.
Dengan menggunakan jasa consulting services dapat membantu mengidentifikasi inefisiensi dalam rantai nilai perusahaan, proses produksi, logistik, hingga manajemen keuangan.
Para konsultan menawarkan benchmark secara global dan solusi terbaik untuk menurunkan biaya, meningkatkan produktivitas, serta memperbaiki margin perusahaan tanpa mengorbankan kualitas dan keberlanjutan operasional.
Layanan konsultan bisnis yang ideal bukan hanya mengerjakan proyek, tetapi juga mentransfer pengetahuan dan membangun kapabilitas internal tim perusahaan.
Hal ini memperkuat daya saing jangka panjang, karena setelah proyek selesai, perusahaan menjadi lebih mandiri dan siap menghadapi tantangan serupa di masa depan.
Dengan meningkatnya kompleksitas regulasi, baik di sektor energi, keuangan, maupun lingkungan, layanan konsultan bisnis membantu perusahaan untuk tetap compliant sekaligus meminimalisir risiko hukum, reputasi, dan operasional.
Mereka memastikan perusahaan tidak hanya patuh, tetapi juga mengelola risiko secara proaktif.
Situasi finansial perusahaan akan mempengaruhi keputusan untuk menggunakan jasa consulting services.
Namun, dalam kondisi tertentu yang memang genting dan sangat dibutuhkan agar tetap kompetitif di tengah perubahan pasar, perusahaan tidak segan untuk mengeluarkan budget untuk menggunakan jasa konsultan bisnis.
Kondisi seperti apa yang memungkinkan perusahaan untuk menggunakan jasa konsultan bisnis. Berikut ini beberapa gambaran dan kondisi waktu yang tepat:
Perusahaan akan menggunakan jasa konsultan ketika perusahaan menghadapi transformasi besar, seperti misalnya Pertamina ketika akan ada transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan (EBT).
Konsultan dapat membantu mengembangkan strategi roadmap yang terintegrasi, mengelola risiko perubahan, serta memastikan organisasi siap secara operasional dan budaya untuk bertransformasi.
Dalam upaya memperluas bisnis ke luar negeri, perusahaan bisa menggunakan jasa konsultan bisnis untuk mendukung analisis pasar, manajemen risiko geopolitik, dan kepatuhan terhadap regulasi lokal di negara tujuan.
Hal ini penting agar ekspansi dilakukan secara strategis, minim risiko, dan sesuai dengan kepentingan nasional.
Ketika terjadi krisis seperti gangguan rantai pasok energi global, bencana lingkungan, atau instabilitas politik yang berdampak pada operasional, perusahaan akan melibatkan konsultan spesialis manajemen krisis untuk membantu perencanaan skenario, mitigasi risiko, dan komunikasi krisis secara efektif.
Perusahaan akan menggunakan jasa konsultan bisnis ketika ingin melakukan optimalisasi proses bisnis, meningkatkan efisiensi produksi, menurunkan biaya distribusi, atau memperbaiki struktur biaya operasional.
Konsultan bisa menawarkan benchmark, tools digital, dan best practice industri global untuk mencapai target efisiensi.
Dalam rangka mempercepat digitalisasi operasional dan mengembangkan bisnis baru berbasis teknologi, perusahaan bisa menggandeng konsultan teknologi dan inovasi.
Para konsultan bisa membantu menyusun roadmap transformasi digital, memperkenalkan teknologi baru seperti AI atau IoT untuk industri dan membangun kapabilitas digital internal.
Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan diatas, apakah perusahaan Anda sedang dalam situasi tersebut? Jika iya, tidak salah untuk mencoba menggunakan jasa consulting services.
Mengambil langkah untuk bekerja sama dengan konsultan yang tepat dapat mempercepat perubahan positif, memperkaya perspektif, dan mengoptimalkan pengambilan keputusan strategis.
Dengan pendekatan yang kolaboratif dan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan Anda, consulting services dapat menjadi katalisator bagi pertumbuhan dan transformasi perusahaan Anda.
Bekerjasama dengan perusahaan consulting services sama halnya bermitra dengan para pemimpin bisnis yang ahli di bidangnya, seperti jasa consulting services prasmul-eli.
Konsultan dari prasmul-eli merupakan para pakar bisnis yang siap membantu perusahaan mulai dari business strategy, change management, risk management, hingga customer experience.
Apakah Anda sudah siap bermitra dengan consulting services untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis perusahaan Anda?
Tugas seorang HR (Human Resources) tidak berhenti ketika proses pencarian kandidat selesai, HR punya peran penting dalam operasional perusahaan. Untuk itu perlu untuk selalu mengembangkan kompetesinya, salah satunya melalui pelatihan human resources (HR).
Riset dari McKinsey menunjukkan bahwa organisasi atau perusahaan yang memfasilitasi pengalaman kerja yang positif memiliki kemungkinan 1,3 kali lebih besar untuk melaporkan kinerja organisasi yang lebih baik.
Selain membangun pengalaman kerja yang positif, manajemen sumber daya manusia juga menjadi kunci penting dalam perkembangan bisnis.
Pertanyaannya adalah apakah peran HR di perusahaan Anda sudah optimal? Pelatihan apa yang tepat untuk perusahaan Anda?
Berikut ini rekomendasi materi pelatihan HR yang bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi para profesional HR.
Materi perilaku organisasi akan membekali HR dengan pemahaman mendalam tentang bagaimana perilaku individu dan kelompok memengaruhi kinerja organisasi.
Dampaknya, HR dapat menciptakan kebijakan berbasis perilaku yang lebih efektif untuk mendorong kolaborasi, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi konflik internal.
Masalah seperti rendahnya engagement atau tingginya turnover dapat diatasi lebih terstruktur.
Materi ini membantu HR memahami bagaimana persepsi, nilai pribadi, dan sikap karyawan membentuk dinamika organisasi.
Materi ini membantu HR profesional mampu merancang komunikasi internal, program pengembangan budaya, dan inisiatif perubahan yang lebih akurat.
Materi ini menjawab masalah seperti resistansi terhadap perubahan dan kesalahpahaman antar tim dapat ditekan secara signifikan.
Pelatihan tentang motivasi melengkapi keterampilani HR untuk menyusun program penghargaan, pengembangan karir, dan insentif yang berbasis pada kebutuhan karyawan.
Materi ini akan berdampak pada peningkatan motivasi intrinsik dan ekstrinsik karyawan, yang secara langsung meningkatkan produktivitas.
Secara tidak langsung, materi ini bisa menjawab permasalahn seperti performa karyawan yang rendah dan demotivasi dalam tim bisa ditangani lebih efektif.
Kemampuan komunikasi yang kuat dalam HR memungkinkan terciptanya alur komunikasi yang lebih terbuka, transparan, dan efektif di seluruh organisasi.
Dengan meningkatnya kompetensi komunikasi dapat mengurangi miskomunikasi, meningkatkan koordinasi, dan mempercepat eksekusi strategi.
Masalah seperti kebingungan peran, konflik antar departemen, dan kurangnya clarity dalam tujuan organisasi dapat dikurangi.
Materi kepemimpinan menjadi materi penting dalam membangun kompetensi HR untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mendukung pemimpin yang efektif di seluruh organisasi.
Dengan keterampilan kepemimpinan yang mumpuni, maka akan tercipta pipeline kepemimpinan yang kuat serta kultur kepemimpinan yang sehat.
HR profesional yang punya kepemimpinan yang mumpuni dapat menjawab permasalahn seperti leadership gap, ketergantungan pada figur tertentu, dan kurangnya empowerment dalam organisasi dapat diselesaikan.
Materi team management ini memperkuat kemampuan HR dalam membangun dan mengelola tim berperforma tinggi.
Pengelolaan tim yang baik akan berdampak pada meningkatnya efektivitas kerja lintas fungsi dan munculnya budaya kolaborasi yang kuat.
Pelatihan ini akan mampu menyelesaikan masalah seperti silo antar departemen, kerja sama tim yang buruk, dan konflik dalam tim dapat dikelola lebih baik.
HR tidak hanya mengerjakan pekerjaa administrasi. Ada pekerjaan penting yang lebih strategis dalam menyusun kebutuhan tenaga kerja jangka pendek dan jangka panjang.
Keterampilan human resource management and planning membantu menyiapkan organisasi untuk menghadapi perubahan bisnis.
Sehingga, masalah seperti mismatch antara kebutuhan bisnis dan ketersediaan SDM dapat diminimalisir.
Materi ini membantu HR mendesain pekerjaan secara optimal, jelas, dan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Dengan melakukan analisis dan desain pekerjaan yang tepat maka akan peningkatan efisiensi operasional serta pengalaman kerja yang lebih baik bagi karyawan.
Sehingga, karyawan tidak akan merasakan masalah seperti ketidakjelasan peran, overlap tugas, atau beban kerja tidak seimbang bisa diatasi.
Pelatihan ini memperkuat kapabilitas HR untuk menemukan dan memilih kandidat terbaik dengan metode yang efektif dan objektif.
Metode rekrutmen yang efektif dan objektif akan meningkatkan kualitas talenta yang direkrut.
Sehingga, di masa depan masalah seperti high turnover early stage, rekrutmen yang tidak sesuai kebutuhan, dan biaya rekrutmen membengkak dapat dikurangi.
Dengan penguatan pada materi ini, HR dapat merancang program orientasi dan pengembangan karyawan baru secara lebih sistematis.
Tidak ada lagi transisi yang tidak mulus sehingga mempercepat time-to-productivity karyawan baru dan meningkatkan loyalitas.
Materi ini membekali HR dalam membangun sistem evaluasi kinerja yang adil, transparan, dan berbasis pengembangan.
Dengan merancang sistem evaluasi kinerja yang efektif dapat meningkatkan kepercayaan terhadap sistem penilaian dan terbangunnya budaya high performance.
Sistem yang adil dan transparan dalam mengevaluasi kinerja bisa meminimalisir masalah seperti ketidakpuasan terhadap sistem penilaian dan bias evaluasi.
Pelatihan ini penting untuk mengembangkan struktur penggajian dan kompensasi yang adil berdasarkan nilai pekerjaan.
Struktur kompensasi yang adil dan objektif akan menciptakan persepsi keadilan internal di antara karyawan. Masalah seperti ketidakpuasan kompensasi dan ketimpangan gaji bisa dihindari.
Pengelolaan reward yang baik akan meningkatkan motivasi dan retensi karyawan. Reward bisa menjadi faktor untuk memperkuat loyalitas serta meningkatkan daya saing organisasi dalam menarik talenta.
Salah satu alasan karyawan bertahan adalah adanya jenjang karier yang jelas. Sehingga, HR perlu mengembangkan jalur karier yang jelas dan menarik bagi karyawan.
Adanya jenjang karier yang jelas dapat meningkatkan retensi serta membangun pipeline kepemimpinan internal.
Masalah seperti stagnasi karier, ketidakpuasan perkembangan pribadi, dan brain drain bisa dikurangi.
HR akan dipersiapkan untuk membangun hubungan industrial yang sehat dan konstruktif dengan serikat pekerja dan regulator.
Dengan paham materi hubungan industrial maka akan tercipta hubungan kerja yang harmonis serta pengelolaan risiko hukum yang lebih baik.
Perusahaan bisa mengantisipasi masalah seperti sengketa ketenagakerjaan, mogok kerja, atau konflik hukum.
Strategic HR Management berfokus pada bagaimana fungsi HR berperan aktif dalam membentuk dan mengarahkan organisasi untuk lebih adaptif, inovatif, dan berkelanjutan menghadapi perubahan bisnis.
Dalam konteks ini, HR tidak hanya berfungsi menjadi mitra strategis dalam mendesain pengembangan organisasi yang lebih lincah dan efisien.
HR berkontribusi langsung dalam membangun struktur organisasi yang mampu merespons perubahan dengan cepat.
Materi ini akan membantu HR untuk mendorong terciptanya learning organization, yaitu organisasi yang terus belajar, berinovasi, dan memperbarui dirinya untuk tetap kompetitif.
Di sisi lain, pengelolaan knowledge management menjadi bagian penting, di mana HR harus mampu memastikan bahwa pengetahuan organisasi dikelola, dibagikan, dan diwariskan secara efektif.
Rekomendasi materi pelatihan HR diatas dapat membantu mengatasi masalah yang terjadi di perusahaan Anda kaitannya dengan pengelolaan sumber daya manusia.
Setiap organisasi memiliki kebutuhan dan tantangan yang unik. Karena itu, penting untuk memilih dan merancang program pelatihan yang paling relevan dengan prioritas pengembangan SDM di perusahaan Anda saat ini.
Dengan pendekatan yang tepat, pelatihan HR tidak hanya meningkatkan kompetensi individu, tetapi juga mendorong transformasi organisasi secara menyeluruh.
Enam belas rekomendasi materi pelatihan HR diatas, dapat Anda dapatkan hanya dengan mengikuti satu program pelatihan dan sertifikasi Human Resources Management and Development dari prasmul-eli.
Transformasikan peran dan fungsi HR untuk performa organisasi yang lebih baik.
Setiap transformasi yang terjadi dalam perusahaan akan menyentuh setiap aspek mulai dari aspek sumber daya manusia, proses, strategi, struktur, dan teknologi. Peran HR menjadi peran strategis karena berhubungan dengan sumber daya manusia, sehingga perlu untuk terus upskilling dan reskilling dengan mengikuti HR (Human Resources) training.
Dalam proses transformasi, HR memiliki peran penting untuk menggerakkan berbagai macam inisiatif dalam perusahaan. Contohnya seperti memetakan kebutuhan sumber daya manusia berdasarkan nilai perusahaan, menciptakan lingkungan kerja yang lebih fleksibel, memprioritaskan perencanaan tenaga kerja strategis, manajemen kinerja, dan pelatihan ulang.
Berdasarkan konferensi yang diadakan McKinsey secara virtual pada bulan Mei 2020 menyatakan bahwa dua tahun kedepan semenjak konferensi diadakan, para praktisi HR akan fokus untuk memperkuat agility (ketangkasan) dan identitas.
Untuk mendukung peran strategis HR, perlu adanya pelatihan untuk upskilling dan reskilling yang diperuntukkan untuk HR.
Transformasi bisnis tidak akan efektif tanpa adanya transformasi fungsi HR itu sendiri. Untuk tetap menjadi relevan dan beradaptasi dengan proses transformasi, perlu diadakan pelatihan HR.
HR Training atau pelatihan HR adalah proses sistematis untuk membangun dan mengembangkan kapabilitas profesional HR agar mampu menjadi strategic partner organisasi, menggerakkan perubahan budaya, mendukung agility bisnis, serta mengelola siklus hidup karyawan secara adaptif dan berbasis data.
Secara singkat, HR Training adalah alat strategis untuk membentuk HR yang bukan hanya "mengelola karyawan", tetapi menggerakkan organisasi maju dalam menghadapi disrupsi.
Sebagai penggerak perubahan atau transformasi dalam sebuah perusahaan, HR perlu untuk bertransformasi terlebih dahulu.
Stigma yang melekat pada HR adalah HR masih terlalu sering terjebak dalam tugas-tugas transaksional yang bersifat administratif, sehingga kurang optimal dalam menciptakan nilai nyata bagi organisasi.
Sebuah artikel dari Harvard Business Review tahun 2015 menyebutkan bahwa talenta atau sumber daya manusia menjadi tiga prioritas utama para CEO perusahaan. Namun, hal yang disayangkan adalah kurangnya rasa percaya diri fungsi HR untuk mengoptimalkan para talenta.
Untuk itu perlu adanya reskilling dan upskilling yang mengkombinasikan pembelajaran tradisional (pelatihan, kursus digital, alat bantu kerja) dengan metode nontradisional (pelatihan antarteman, jaringan pembelajaran, dan personalisasi perubahan massal) untuk mendapatkan hasil yang efektif dan optimal.
Pelatihan HR yang didesain dengan tepat akan memaksimalkan fungsi dan peran HR dalam transformasi di sebuah organisasi. Berikut ini manfaat HR training atau pelatihan HR:
Agar HR mampu menjaga agar seluruh aktivitas organisasi tetap sejalan dengan purpose dan nilai-nilai perusahaan, mereka perlu dibekali pemahaman mendalam tentang bagaimana menerjemahkan konsep nilai dan tujuan ke dalam kebijakan, prosedur, dan perilaku sehari-hari.
HR harus dapat menginternalisasi nilai tersebut dan menjadi role model bagi seluruh karyawan. Mereka juga perlu terampil mengukur seberapa jauh organisasi telah menghidupi nilai-nilai tersebut, serta mampu menyesuaikan kebijakan bila terjadi penyimpangan dari arah yang telah ditetapkan.
Untuk memastikan bahwa sistem kompensasi dan manajemen kinerja mendukung budaya organisasi, HR perlu memiliki keahlian dalam merancang sistem evaluasi dan penghargaan berbasis perilaku dan kontribusi terhadap misi perusahaan, bukan hanya hasil kuantitatif semata.
Ini berarti HR harus mampu menetapkan indikator kinerja baru yang mengukur kepatuhan terhadap nilai, kolaborasi lintas tim, inovasi, dan adaptasi terhadap perubahan.
Mereka juga perlu memahami bagaimana mengaitkan pencapaian purpose ini dengan sistem penghargaan finansial maupun non-finansial yang adil dan transparan.
HR perlu mengembangkan kemampuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data tenaga kerja dengan lebih sistematis.
Hal ini termasuk menggunakan data untuk mengidentifikasi pola keberhasilan perekrutan, efektivitas program pengembangan, prediksi turnover, serta mengukur engagement dan produktivitas karyawan.
Dengan pendekatan berbasis data ini, HR dapat membuat keputusan yang lebih akurat, cepat, dan terukur dalam mengelola siklus hidup karyawan, memastikan organisasi memiliki sumber daya manusia terbaik untuk mendukung transformasi.
HR harus memahami bagaimana merancang dan mengelola pengalaman kerja karyawan secara holistik, dari proses perekrutan, onboarding, pengembangan karier, hingga exit process.
Fokus utama adalah menciptakan perjalanan kerja karyawan yang intuitif, personal, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
HR perlu mampu memetakan kebutuhan emosional, profesional, dan aspirasi karyawan di setiap tahap karier mereka, serta mengintegrasikan umpan balik berkelanjutan untuk melakukan perbaikan dalam waktu cepat.
Pengalaman karyawan yang kuat akan memperkuat keterlibatan dan loyalitas dalam organisasi yang agile.
Dalam konteks agile, HR perlu mampu mengembangkan sistem pengelolaan karyawan yang fleksibel dan berbasis eksperimen.
Ini meliputi pengembangan jalur karier yang dinamis, yang memungkinkan karyawan untuk bergerak antar peran atau proyek sesuai dengan kebutuhan organisasi dan aspirasi pribadi.
Sistem manajemen kinerja pun perlu disesuaikan menjadi lebih ringan, dengan fokus pada feedback real-time, pengembangan berkelanjutan, dan penyesuaian target secara berkala.
HR juga harus mendorong proses pembelajaran yang cepat, praktis, dan adaptif sesuai dengan perkembangan kebutuhan kompetensi di lapangan.
HR harus mampu mengambil peran strategis dalam memetakan kebutuhan tenaga kerja jangka panjang, dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi, disrupsi industri, serta perubahan ekspektasi pekerja.
HR perlu bisa mengidentifikasi keterampilan yang akan menjadi kritikal di masa depan, memetakan kesenjangan keterampilan yang ada saat ini, serta merancang program reskilling dan upskilling yang proaktif.
HR juga harus mempertimbangkan dinamika supply and demand tenaga kerja baik di internal organisasi maupun di pasar tenaga kerja eksternal, sehingga strategi pengembangan dan perekrutan lebih presisi dan terintegrasi.
Untuk menciptakan budaya di mana karyawan berani mengambil inisiatif dan mengelola risiko secara sehat, HR perlu mendorong lingkungan kerja yang aman secara psikologis.
Budaya yang dibangun termasuk membangun kepercayaan, transparansi, serta sistem penghargaan yang tidak hanya fokus pada keberhasilan, tetapi juga mengapresiasi upaya inovatif, meskipun hasilnya belum sempurna.
HR harus mampu membimbing pimpinan unit kerja untuk menerapkan pola pikir coaching, membuka ruang dialog, serta mendorong pengambilan keputusan cepat di tingkat tim, tanpa harus selalu bergantung pada struktur otoritas tradisional.
Karena perannya yang semakin strategis dalam mendukung transformasi bisnis dan membangun agility organisasi, fungsi HR tidak lagi cukup hanya mengandalkan pengalaman administratif masa lalu.
HR harus menjadi unit yang terus berkembang, memperbaharui pengetahuan, dan mengasah keterampilannya agar mampu memenuhi ekspektasi perusahaan masa kini dan masa depan.
Pertanyaannya sekarang, pelatihan HR seperti apa yang paling dibutuhkan perusahaan Anda?
Apakah itu penguatan kapabilitas analitik, pengembangan employee experience, atau transformasi dalam mengelola talent berbasis prinsip agile? Atau justru pelatihan yang holistik?
Jika tim Anda butuh pelatihan holistik, prasmul-eli menjadi pilihan tepat karena menawarkan pelatihan sekaligus sertifikasi Human Resources Management & Development.
Mari maksimalkan fungsi HR untuk mencapai dampak transformasi bisnis yang maksimal.