Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Artikel

Article-Web-sept-1.jpg
ESG Framework: Panduan Strategis bagi Perusahaan yang Visioner
02 September 2025

ESG Framework kini bukan sekadar jargon dalam dunia bisnis modern yang mana telah menjadi kompas strategis bagi perusahaan yang ingin tetap relevan di era transparansi dan keberlanjutan. 

Laporan PwC tahun 2023 mengungkap bahwa lebih dari 76% investor global mempertimbangkan kinerja keberlanjutan (ESG) sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan investasi. 

Sementara itu, Bloomberg Intelligence memproyeksikan bahwa nilai aset global berbasis ESG akan menyentuh angka USD 53 triliun pada tahun 2025, mencakup lebih dari sepertiga total aset global. 

Angka-angka ini mencerminkan pergeseran besar dalam paradigma bisnis: tidak cukup hanya mencetak keuntungan, perusahaan kini dituntut untuk membuktikan dampak sosial dan lingkungan yang positif.

Di tengah tekanan regulasi dan harapan pasar yang terus berkembang, memahami apa itu ESG Framework bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan strategis. 

ESG sendiri merupakan singkatan dari Environmental, Social, dan Governance, yakni tiga pilar utama yang membentuk fondasi keberlanjutan sebuah perusahaan. 

Framework ini berfungsi sebagai panduan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan melaporkan isu-isu keberlanjutan secara terstruktur dan transparan. 

Dengan menerapkan ESG Framework yang tepat, perusahaan tak hanya memperkuat reputasi dan loyalitas stakeholder, tetapi juga meningkatkan ketahanan bisnis dalam menghadapi risiko jangka panjang. 

Di sinilah ESG Framework berperan bukan hanya sebagai alat pelaporan, melainkan sebagai poros transformasi bisnis masa depan.

Apa Itu ESG Framework?

Dalam dunia bisnis yang semakin terdorong oleh transparansi dan keberlanjutan, ESG Framework kini menjadi standar baru yang tidak bisa diabaikan. 

Laporan dari PwC (2023) menunjukkan bahwa lebih dari 76% investor global menilai kinerja keberlanjutan (ESG) sebagai faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi mereka. 

Bahkan, Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa aset global berbasis ESG akan mencapai USD 53 triliun pada 2025, atau lebih dari sepertiga total aset global. 

Angka ini menggambarkan perubahan besar dalam lanskap bisnis, di mana perusahaan tak hanya dituntut mencetak laba, tetapi juga membuktikan tanggung jawab sosial dan lingkungan secara konkret. 

Inilah mengapa memahami ESG Framework bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan strategis.

ESG Merupakan Singkatan dari Environmental, Social, dan Governance

ESG adalah akronim dari tiga pilar utama: Environmental (Lingkungan), Social (Sosial), dan Governance (Tata Kelola). 

Ketiganya mencerminkan tanggung jawab perusahaan di luar aspek keuangan tradisional. Pilar Environmental menyoroti isu seperti emisi karbon, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah. 

Sementara itu, aspek Social mencakup hak pekerja, keanekaragaman tenaga kerja, hingga dampak sosial di komunitas sekitar. 

Terakhir, pilar Governance mengacu pada tata kelola perusahaan yang transparan dan etis, termasuk struktur dewan direksi, audit, dan manajemen risiko.

Mengelola ketiga aspek ini secara komprehensif memberikan Anda gambaran utuh tentang bagaimana perusahaan berdampak pada lingkungan dan masyarakat, sekaligus bagaimana perusahaan dijalankan. 

ESG bukan hanya tentang citra, tetapi tentang menciptakan nilai yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Ini juga menjadi alat bantu penting untuk membangun kepercayaan dengan investor, pelanggan, hingga regulator.

ESG Framework Adalah Struktur untuk Mengelola dan Melaporkan Isu Keberlanjutan

Secara sederhana, ESG Framework adalah kerangka kerja yang membantu Anda mengidentifikasi, mengukur, mengelola, dan melaporkan isu-isu keberlanjutan. 

Dengan framework ini, perusahaan memiliki peta jalan yang jelas tentang bagaimana menghadapi risiko non-keuangan yang kian relevan di tengah perubahan iklim, disrupsi sosial, dan tuntutan akan tata kelola yang transparan.

Framework ini juga mengintegrasikan ESG ke dalam strategi perusahaan. Bukan hanya soal pelaporan tahunan atau memenuhi regulasi, tetapi sebagai bagian dari pengambilan keputusan strategis. 

Perusahaan yang menerapkan ESG Framework secara serius biasanya mampu membaca arah tren pasar lebih cepat, merespons ekspektasi stakeholder lebih tepat, dan meningkatkan ketahanan bisnis dalam jangka panjang.

Fungsi Utama ESG Framework

Seiring dengan meningkatnya tuntutan global terhadap transparansi dan keberlanjutan, ESG Framework tak lagi hanya dilihat sebagai pelengkap pelaporan, melainkan sebagai tulang punggung dalam strategi bisnis. 

Laporan Deloitte (2024) menekankan bahwa perusahaan yang mengintegrasikan ESG ke dalam inti bisnisnya memiliki peluang 2,6 kali lebih besar untuk mempertahankan keunggulan kompetitif jangka panjang. 

Bahkan, menurut McKinsey, perusahaan dengan inisiatif ESG yang matang cenderung mengalami peningkatan valuasi pasar sebesar 10–20%.  Angka-angka ini tidak sekadar menggambarkan tren, tetapi perubahan paradigma bisnis yang menuntut perusahaan untuk tidak hanya menghasilkan keuntungan, tapi juga memberikan dampak positif. 

Lalu, apa saja sebenarnya fungsi utama dari ESG Framework dan bagaimana penerapannya dapat memperkuat posisi bisnis Anda?

1. Mengukur Dampak Non-Keuangan

ESG Framework membantu Anda untuk mengkuantifikasi berbagai risiko dan peluang non-keuangan, yang sebelumnya sulit diukur. 

Contohnya, jejak karbon, kualitas hubungan dengan komunitas lokal, hingga praktik kerja yang adil. 

Semua ini memiliki pengaruh nyata terhadap reputasi dan performa jangka panjang perusahaan.

Dengan pendekatan berbasis data, ESG membantu perusahaan membuat keputusan yang lebih tepat. 

Anda tidak lagi hanya mengandalkan intuisi atau narasi korporat, tetapi berdasarkan angka dan indikator yang dapat diaudit dan dilaporkan secara terbuka.

2. Mengarahkan Strategi Bisnis

ESG bukan hanya laporan tambahan; ia adalah bagian dari strategi bisnis itu sendiri. Dengan ESG Framework, Anda bisa memastikan bahwa pertumbuhan bisnis tetap selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan, tanpa mengorbankan profitabilitas.

Contohnya, perusahaan dapat mengarahkan investasi ke teknologi rendah karbon, atau meningkatkan keterlibatan karyawan lewat program sosial yang relevan. 

Semua inisiatif ini bukan hanya meningkatkan loyalitas pelanggan dan karyawan, tapi juga mengurangi risiko jangka panjang.

3. Menjembatani Komunikasi dengan Stakeholder

Kepercayaan adalah mata uang baru dalam dunia bisnis. ESG Framework memungkinkan Anda membangun komunikasi yang terstruktur dan kredibel dengan stakeholder seperti investor, regulator, pelanggan, dan masyarakat umum.

Dengan menyampaikan laporan ESG secara rutin dan berdasarkan framework yang diakui global, Anda memperkuat posisi perusahaan sebagai entitas yang bertanggung jawab. 

Hal ini akan meningkatkan daya tarik bagi investor institusional dan memudahkan proses kepatuhan terhadap regulasi yang kian ketat, seperti EU CSRD atau peraturan OJK terkait keberlanjutan.

4. Menyelaraskan Tujuan Bisnis dengan Ekspektasi Pasar Modern

Saat ini, konsumen dan investor tak hanya melihat angka profit, tapi juga bagaimana bisnis berkontribusi pada lingkungan dan sosial. 

ESG Framework menjadi alat bantu untuk menyelaraskan tujuan perusahaan Anda dengan nilai-nilai yang dipegang oleh pasar dan generasi masa depan.

Dengan menyusun strategi berdasarkan ESG, Anda menunjukkan bahwa perusahaan siap menjawab tantangan masa depan dan memimpin perubahan positif. 

Ini bukan sekadar tren, melainkan investasi dalam daya tahan dan relevansi bisnis Anda di masa yang akan datang.

Daftar ESG Framework

Dengan semakin meningkatnya regulasi dan perhatian global terhadap keberlanjutan, perusahaan dituntut untuk melaporkan performa ESG mereka secara lebih sistematis dan terstandarisasi. 

Menurut KPMG Survey of Sustainability Reporting 2022, lebih dari 96% perusahaan besar di 250 perusahaan global (G250) telah menerbitkan laporan keberlanjutan, dan sebagian besar menggunakan satu atau lebih ESG Framework untuk mengarahkan isi laporan mereka.

Kerangka kerja ini tidak hanya berfungsi sebagai panduan teknis, tetapi juga menjadi alat strategis untuk membangun kepercayaan dengan investor, pelanggan, dan regulator.

Memahami berbagai framework yang ada akan membantu Anda memilih pendekatan pelaporan yang paling relevan dengan model bisnis dan industri Anda.

1. Global Reporting Initiative (GRI)

GRI adalah framework ESG paling umum digunakan di seluruh dunia, terutama untuk pelaporan kepada publik dan berbagai kelompok stakeholder. 

Framework ini menekankan pada pengungkapan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan secara menyeluruh. 

GRI bersifat modular dan dapat disesuaikan, menjadikannya sangat fleksibel bagi berbagai sektor dan skala perusahaan.

Kelebihan GRI terletak pada kemampuannya untuk memberikan transparansi penuh terhadap berbagai isu ESG secara lintas industri. 

Jika perusahaan Anda ingin membangun reputasi sebagai entitas yang akuntabel dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, GRI adalah pilihan tepat. 

Banyak perusahaan multinasional dan bahkan institusi pemerintah menjadikan GRI sebagai standar utama dalam pelaporan ESG mereka.

2. Sustainability Accounting Standards Board (SASB)

Tidak seperti GRI yang bersifat lintas sektor, SASB menyediakan panduan pelaporan ESG yang disesuaikan dengan industri tertentu. 

Framework ini dirancang untuk membantu perusahaan mengkomunikasikan informasi ESG yang paling relevan bagi investor dan pemangku kepentingan keuangan. 

Fokus utama SASB adalah pada aspek ESG yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan jangka panjang.

Bagi perusahaan yang berorientasi pada pasar modal dan ingin menjaga kepercayaan investor, SASB bisa menjadi kerangka kerja pelaporan yang strategis. 

SASB telah mengidentifikasi lebih dari 70 sektor industri dan menyediakan metrik spesifik yang memungkinkan pelaporan ESG lebih terukur dan sesuai konteks bisnis. 

Ini akan membantu Anda menunjukkan bahwa inisiatif keberlanjutan Anda bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga bagian dari strategi pertumbuhan.

3. Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD)

Dibentuk oleh Dewan Stabilitas Keuangan (Financial Stability Board), TCFD mendorong perusahaan untuk mengungkapkan risiko dan peluang terkait iklim yang dapat memengaruhi kondisi keuangan mereka. 

TCFD sangat relevan dalam konteks perubahan iklim global dan menjadi framework yang direkomendasikan oleh banyak regulator, termasuk di kawasan Asia Tenggara dan Uni Eropa.

TCFD membantu perusahaan mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola risiko iklim, baik fisik maupun transisi, sehingga menjadi lebih siap terhadap perubahan kebijakan atau bencana lingkungan. 

Jika Anda beroperasi di sektor dengan paparan tinggi terhadap perubahan iklim seperti energi, agrikultur, atau manufaktur, pelaporan TCFD bisa menjadi langkah strategis untuk mitigasi risiko dan peningkatan nilai jangka panjang.

4. Carbon Disclosure Project (CDP)

CDP merupakan organisasi nirlaba yang menjalankan sistem pelaporan global terkait dampak lingkungan, khususnya yang berfokus pada emisi karbon, air, dan hutan. 

Framework ini digunakan oleh ribuan perusahaan dan kota di seluruh dunia untuk mengukur dan mengungkapkan data iklim mereka kepada publik dan investor.

Keunggulan CDP adalah kemampuannya untuk membangun benchmark lingkungan global. Laporan yang disusun dengan CDP memudahkan perusahaan dalam mendapatkan skor kinerja iklim yang diakui secara internasional. 

Jika Anda sedang menargetkan net-zero emission atau ingin meningkatkan nilai brand Anda sebagai perusahaan ramah lingkungan, CDP adalah framework yang tepat untuk mendukung perjalanan tersebut.

5. Integrated Reporting ()

Framework menggabungkan pelaporan keuangan dan non-keuangan dalam satu dokumen strategis. 

Tujuan utamanya adalah untuk menyajikan gambaran utuh tentang bagaimana strategi, tata kelola, kinerja, dan prospek perusahaan menciptakan nilai dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. 

Framework ini diperkenalkan oleh International Integrated Reporting Council (IIRC) dan kini banyak digunakan untuk memperkuat narasi keberlanjutan perusahaan.

Dengan pendekatan , perusahaan dapat menunjukkan hubungan antara faktor ESG dan kinerja keuangan mereka secara terintegrasi. 

Ini penting untuk memperkuat posisi perusahaan di mata investor strategis dan regulator yang menuntut transparansi lebih dalam pengelolaan nilai perusahaan secara holistik. 

Jika Anda ingin menunjukkan bahwa ESG bukan hanya biaya tambahan, tapi bagian dari penciptaan nilai, dapat menjadi solusi komunikasi yang efektif.

Setiap framework di atas memiliki kekuatan, kelemahan, dan fokus yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihan framework harus disesuaikan dengan prioritas bisnis, sektor industri, dan ekspektasi pemangku kepentingan Anda. 

Jangan ragu untuk mengkombinasikan beberapa framework apabila diperlukan, selama konsistensi dan transparansi tetap terjaga.

Bisakah Perusahaan Menggunakan Beberapa Framework?

Seiring meningkatnya kompleksitas tuntutan regulasi dan ekspektasi dari berbagai pemangku kepentingan, perusahaan global kini semakin sering mengadopsi lebih dari satu ESG framework secara bersamaan. 

Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian multi-framework bukan hanya memungkinkan, tapi juga menjadi strategi yang semakin lumrah dalam praktik keberlanjutan modern. 

Mengetahui kapan dan bagaimana menggabungkan beberapa framework menjadi langkah krusial untuk membangun pelaporan ESG yang komprehensif dan kredibel. Apa saja keuntuangannya?

1. Memenuhi Berbagai Ekspektasi Stakeholder

Setiap kelompok stakeholder memiliki kebutuhan informasi yang berbeda. Investor biasanya membutuhkan data kuantitatif yang spesifik dan material secara finansial, yang disediakan oleh framework seperti SASB atau TCFD. 

Di sisi lain, publik dan konsumen lebih tertarik pada dampak sosial dan lingkungan secara umum, yang dapat dijelaskan secara menyeluruh melalui GRI. 

Dengan menggabungkan dua atau lebih framework, perusahaan Anda dapat menyampaikan pesan yang relevan kepada setiap audiens secara tepat sasaran.

Penggunaan multi-framework memungkinkan pelaporan yang lebih inklusif dan kredibel. Misalnya, regulator di kawasan Eropa mengharuskan pengungkapan iklim berbasis TCFD, sementara investor institusional global juga mulai mensyaratkan pelaporan SASB. 

Jika Anda hanya mengandalkan satu framework, potensi komunikasi yang kurang lengkap bisa menjadi hambatan strategis di masa depan. 

Oleh karena itu, pendekatan multi-framework menjadi solusi adaptif yang mampu menjawab tuntutan multipihak secara seimbang.

2. Meningkatkan Fleksibilitas dan Ketajaman Strategi Keberlanjutan

Dengan mengombinasikan beberapa framework, perusahaan tidak hanya mampu menjawab pertanyaan “apa yang telah dilakukan?”, tetapi juga “mengapa hal itu penting?” dan “apa dampaknya bagi masa depan bisnis?”. 

Contohnya, TCFD sangat baik dalam mengungkap risiko iklim yang bersifat jangka panjang dan transformatif, sedangkan GRI memberikan gambaran menyeluruh tentang komitmen sosial dan etika perusahaan kepada masyarakat luas.

Mengintegrasikan dua atau lebih framework juga memberi fleksibilitas dalam menyusun narasi keberlanjutan yang strategis. 

Perusahaan bisa menggunakan GRI untuk menggambarkan keterlibatan komunitas dan keberagaman karyawan, sambil tetap mengandalkan TCFD untuk membuktikan kesiapan menghadapi risiko perubahan iklim. 

Pendekatan ini menjadikan laporan ESG tidak hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai alat strategis untuk memperkuat daya saing perusahaan dalam jangka panjang.

Meski penggunaan multi-framework memberikan banyak manfaat, hal ini tentu menuntut konsistensi dan koordinasi internal yang lebih baik. 

Anda perlu memiliki tim pelaporan ESG yang memahami seluk-beluk standar, mampu menghindari tumpang tindih data, serta menyelaraskan pesan inti yang ingin disampaikan. 

Alternatif lainnya, Anda bisa bekerjasama dengan mitra profesional yang berpengalaman menyusun laporan ESG lintas-framework.

Tertarik menerapkan ESG Framework dan ESG Reporting secara tepat dan strategis?

Di tengah lanskap bisnis yang semakin kompetitif dan terdorong oleh nilai keberlanjutan, ESG Framework telah menjadi panduan strategis yang tak terelakkan bagi perusahaan yang ingin bertahan dan tumbuh. 

Data dari Bloomberg Intelligence memperkirakan bahwa pada tahun 2025, total aset global berbasis ESG akan mencapai USD 53 triliun, mencerminkan lebih dari sepertiga total aset global. 

Fakta ini tidak hanya menunjukkan urgensi, tetapi juga besarnya peluang yang bisa diraih perusahaan yang mengadopsi ESG secara serius. 

Dengan menerapkan ESG Framework yang tepat, Anda dapat menyelaraskan tujuan bisnis dengan ekspektasi pasar modern, meningkatkan transparansi, serta membangun kepercayaan dengan investor dan stakeholder lainnya. 

Jika Anda ingin memahami dan mengimplementasikan ESG secara strategis di perusahaan Anda, ikuti program pelatihan unggulan kami ESG for Leaders: Lead the Change or Be Left Behind

Pelatihan ini dirancang untuk para pemimpin visioner seperti Anda yang siap membawa perubahan, bukan hanya mengikuti arus.

Article-Web-Agt-5.jpg
Mencegah Dampak Finansial dari Negosiasi Bisnis yang Buruk dengan Negotiation Skills Training Certification
20 August 2025

Kemampuan negosiasi bisnis yang buruk bisa berimbas pada kerugian finansial perusahaan. Hasil dari negosiasi yang buruk salah satunya adalah antara kedua belah pihak tidak mendapatkan win-win solution, tapi justru berat sebelah. 

Negosiasi yang baik tidak hanya memenangkan sebuah kesepakatan dengan pihak lain, tetapi  juga tentang memaksimalkan keuntungan dan kesuksesan jangka panjang perusahaan Anda. 

Namun, apa yang terjadi jika tim Anda tidak memiliki keterampilan untuk bernegosiasi secara efektif?

Dampak buruk yang akan terjadi adalah pada aspek finansial. Perusahaan bisa mengalami kehilangan keuntungan akibat negosiasi yang buruk. 

Sebuah survei dalam sebuah webinar bisnis, menemukan bahwa peserta mengakui keterampilan negosiasi yang buruk menyebabkan kerugian lebih dari 5% dalam keuntungan dan menyoroti potensi peningkatan keuntungan sebesar 50% melalui peningkatan keterampilan negosiasi.

Apakah Anda akan terus berkompromi jika tim Anda memiliki kemampuan negosiasi yang buruk? Jika tidak, berikut ini akan dibahas dampak finansial dari negosiasi bisnis yang buruk dan mengatasinya dengan program pengembangan karyawan melalui negotiation skills training certification. 

Biaya Tersembunyi yang Muncul Ketika Pemimpin Bisnis Memiliki Negosiasi yang Buruk

Sebuah keterampilan yang harus dimiliki seorang pemimpin bisnis selain kemampuan kepemimpinan adalah kemampuan melakukan negosiasi yang efektif dan menguntungkan untuk perusahaan.

Negosiasi yang buruk bukanlah karena tidak mencapai kesepakatan, tapi karena kita tidak bisa memaksimalkan keuntungan dari kesepakatan yang dibuat dengan pihak eksternal. 

Bahkan negosiasi bisnis yang buruk akan memunculkan biaya tersembunyi yang tidak terpikirkan sekalipun. 

Berikut beberapa dampak finansial atau biaya tersembunyi yang akan muncul ketika memiliki negosiasi yang buruk. 

  1. Kehilangan Peluang Penjualan

Negosiasi yang tidak efektif dapat mengakibatkan kesepakatan yang kurang menguntungkan, seperti harga yang lebih tinggi atau ketentuan yang tidak fleksibel.

Hal ini dapat mengurangi daya saing produk atau layanan Anda, sehingga kehilangan peluang penjualan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan teknologi kehilangan kontrak senilai $50 juta karena ulasan negatif yang tersebar secara online, yang membuat calon mitra ragu untuk bekerja sama

  1. Kerusakan Hubungan dengan Klien dan Mitra

Pendekatan negosiasi yang terlalu agresif atau tidak mempertimbangkan kepentingan pihak lain dapat merusak hubungan bisnis jangka panjang. Misalnya, sebuah perusahaan franchise mengalami kesulitan ekspansi karena hubungan yang tegang dengan franchisor akibat negosiasi yang tidak menghargai nilai kemitraan .

  1. Kehilangan Keuntungan Perusahaan

Negosiasi yang buruk dapat mengarah pada kesepakatan yang merugikan perusahaan, seperti harga yang lebih tinggi untuk barang atau layanan, atau ketentuan yang tidak menguntungkan. Hal ini bisa menyebabkan kehilangan pendapatan dalam bentuk harga jual yang lebih rendah.

Jika sebuah perusahaan gagal untuk mendapatkan kesepakatan yang menguntungkan dalam negosiasi dengan pemasok, mereka mungkin terpaksa membeli barang dengan harga lebih tinggi daripada pesaing mereka. Ini mengurangi margin keuntungan mereka, yang berdampak langsung pada kinerja finansial.

  1. Biaya Litigasi dan Penyelesaian Sengketa

Negosiasi yang buruk sering kali berujung pada ketidaksepakatan yang tidak bisa diselesaikan secara damai. Hal ini dapat menyebabkan biaya litigasi yang tinggi jika salah satu pihak memutuskan untuk membawa masalah ke pengadilan. Proses hukum ini tidak hanya memakan waktu tetapi juga sangat mahal.

  1. Penurunan Daya Saing

Dengan negosiasi yang tidak baik, perusahaan mungkin terjebak dalam perjanjian yang kurang fleksibel atau tidak menguntungkan, yang dapat merugikan posisi mereka di pasar. Ini bisa mengarah pada penurunan daya saing mereka, yang akhirnya berdampak pada penurunan pendapatan.

 

Bagaimana Menghindari Biaya Tersembunyi Akibat Negosiasi Bisnis yang Buruk? 

Biaya tersembunyi atau dampak finansial akan negosiasi bisnis yang buruk bisa diatasi dengan membangun kepercayaan dan melakukan negosiasi yang mengutamakan keuntungan yang seimbang antara kedua belah pihak. 

Untuk menghindari dampak finansial tersebut, pemimpin bisnis juga perlu untuk menghindari kesalahan umum yang sering terjadi dalam negosiasi seperti tergesa-gesa, tidak membangun kepercayaan terlebih dahulu, dan lainnya. 

Berikut ini beberapa cara yang bisa digunakan untuk menghindari biaya tersembunyi tersebut:

  1. Membangun Kepercayaan dan Transparansi. Berbagi tujuan bisnis dan harapan secara terbuka dengan pemasok dan mitra untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan .

  2. Negosiasi Berdasarkan Nilai. Alih-alih hanya fokus pada harga, pertimbangkan nilai jangka panjang dari hubungan tersebut, termasuk kualitas, dukungan, dan inovasi.

  3. Menghindari Negosiasi yang Terlalu Kompetitif. Pendekatan yang terlalu menekan dapat merusak hubungan dan mengurangi peluang kolaborasi di masa depan.

  4. Melakukan Due Diligence. Sebelum menandatangani kontrak, pastikan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap reputasi dan kapasitas pemasok untuk memenuhi komitmen mereka.

  5. Menggunakan Teknologi untuk Manajemen Kontrak. Implementasi sistem manajemen kontrak yang efektif dapat membantu melacak kewajiban, tanggal kedaluwarsa, dan memastikan kepatuhan terhadap kesepakatan. 

 

Bagaimana Cara Meningkatkan Kemampuan Negosiasi Seorang Pemimpin Bisnis?

Siapa yang paling harus memiliki kemampuan negosiasi? Tentu para pemimpin bisnis, tapi tidak membatasi pada pemimpin bisnis, timnya pun juga harus bisa melakukan negosiasi.

Negosiasi adalah keterampilan yang berhubungan dengan orang secara langsung dan perlu dilatih dengan jam terbang. 

Berikut ini cara meningkatkan kemampuan negosiasi dalam bisnis:

  1. Persiapan yang Matang dan Analisis BATNA

Sebelum memasuki meja perundingan, pemimpin bisnis harus mempersiapkan diri dengan memahami posisi dan kepentingan semua pihak yang terlibat. 

Mengidentifikasi BATNA (Best Alternative to a Negotiated Agreement) memberikan kekuatan tawar yang lebih baik dan membantu menentukan batas bawah kesepakatan. 

Menurut Program on Negotiation di Harvard Law School, memiliki BATNA yang kuat memungkinkan negosiator untuk membuat keputusan yang lebih baik dan menghindari kesepakatan yang merugikan.

  1. Menerapkan Pendekatan Negosiasi Prinsipil

Buku Getting to Yes oleh Fisher dan Ury mengajukan metode negosiasi prinsipil yang terdiri dari empat prinsip utama yakni:

  1. Pisahkan orang dari masalah. Fokus pada isu, bukan pada individu.

  2. Fokus pada kepentingan, bukan posisi. Cari tahu alasan di balik posisi yang diambil.

  3. Ciptakan opsi untuk keuntungan bersama. Berpikir kreatif untuk menemukan solusi yang menguntungkan semua pihak.

  4. Berdasarkan kriteria objektif. Gunakan standar yang adil dan dapat diterima bersama.

 

  1. Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Komunikasi

Kemampuan untuk mendengarkan secara aktif, menunjukkan empati, dan berkomunikasi secara efektif sangat penting dalam negosiasi. Menurut HBS Online, pemimpin bisnis harus belajar menciptakan nilai bersama dengan memahami perspektif pihak lain dan beradaptasi dengan situasi yang dinamis.

  1. Latihan Melalui Simulasi Negosiasi

Melakukan simulasi atau role-play dapat meningkatkan keterampilan negosiasi. Program seperti Negotiation War Games yang dikembangkan oleh Outcome Simulations menggunakan simulasi berbasis peran untuk mempersiapkan negosiator menghadapi berbagai situasi kompleks. Metode ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil negosiasi.

  1. Pendidikan dan Pelatihan Lanjutan

Mengikuti program pelatihan negosiasi dari institusi terkemuka dapat memperdalam pemahaman dan keterampilan. Misalnya, Harvard Business School menawarkan kursus Negotiation Mastery yang dirancang untuk membantu peserta menutup kesepakatan yang mungkin terhenti, memaksimalkan penciptaan nilai dalam perjanjian, dan menyelesaikan perbedaan sebelum berkembang menjadi konflik yang mahal.

 

Bagaimana Negotiation Skills Training Certification Dapat Meningkatkan Kemampuan Negosiasi? 

Jika Anda sedang mencari sebuah lembaga yang menyediakan pelatihan lanjutan untuk mengasah kemampuan negosiasi bisnis seorang pemimpin bisnis maka program negotiation skills training certification dari prasmul-eli adalah jawabannya. 

Program ini memberikan pemahaman mendalam mengenai teknik negosiasi yang menguntungkan, mulai dari persiapan matang dengan BATNA (Best Alternative to a Negotiated Agreement) hingga penggunaan pendekatan kolaboratif yang mengarah pada solusi win-win. 

Pemimpin bisnis diajarkan bagaimana cara membangun hubungan yang kuat dengan mitra dan klien, sehingga menciptakan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak dan meminimalkan risiko finansial dari kesepakatan yang buruk.

Selain itu, pelatihan ini juga memperkenalkan peserta pada pentingnya soft skills seperti komunikasi efektif, empati, dan kemampuan mendengarkan yang sangat dibutuhkan dalam setiap proses negosiasi.

Dengan sesi simulasi dan praktik langsung, peserta dapat mengasah keterampilan mereka dalam kondisi yang mendekati situasi nyata, sehingga lebih siap menghadapi tantangan negosiasi yang kompleks. 

Hasilnya, pelatihan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan negosiasi, tetapi juga membantu perusahaan mengurangi biaya tersembunyi, menghindari perselisihan yang mahal, serta meningkatkan pendapatan dan profitabilitas secara keseluruhan.

Article-Web-Agt-4.jpg
Bagaimana Cara Merancang Strategi Bisnis Agar Tetap Relevan dengan Kondisi Pasar
20 August 2025

Setiap pemimpin bisnis ingin bisnisnya terus mendapatkan profit yang berkelanjutan. Namun, kondisi pasar bisa membalikkan keadaan, sehingga bisnis membutuhkan cara merancang strategi bisnis agar tetap relevan dengan kondisi pasar saat ini.

Strategi bisnis membantu perusahaan bisa terus menjadi pemimpin pasar, mengenali peluang bisnis yang baru, bahkan merencanakan strategi exit atau pivot apabila model bisnis sekarang tidak lagi relevan dengan pasar. 

Merancang strategi bisnis efektif bisa meningkatkan laba perusahaan. Sebagaimana hal yang diungkapkan oleh Senior Partner McKinsey, Kevin Laczkowski, yang mengungkapkan bahwa hanya 20% perusahaan yang menghasilkan 90% dari total laba ekonomi dalam periode sepuluh tahun. 

Perusahaan yang berhasil mencapai posisi ini biasanya melakukan langkah strategis besar yang meningkatkan produktivitas, diferensiasi, dan alokasi sumber daya secara efektif. Namun, hanya 8% perusahaan yang berhasil beralih dari posisi menengah ke posisi teratas dalam periode tersebut.

Sayangnya perumusan strategi bisnis ini kurang mendapatkan perhatian lebih, menurut Harvard Business Review, 85% tim pimpinan eksekutif hanya menghabiskan waktu kurang dari satu jam untuk membahas strategi bisnis. Bahkan dalam riset ini, karyawan pun tidak mengetahui strategi bisnis perusahaan. 

Fokus pada eksekusi memang tepat. Namun, eksekusi kurang menghasilkan hasil yang maksimal apabila strategi yang dirancang kurang efektif. Sehingga Anda hanya buang-buang waktu saja. 

Oleh karena itu, pembahasan kali ini akan mengajak Anda untuk merancang strategi bisnis efektif agar eksekusi yang dijalankan bisa menghasilkan dampak maksimal untuk bisnis.

Apa Saja Elemen yang Ada dalam Strategi Bisnis?

Strategi bisnis merupakan sebuah proses yang dilakukan organisasi untuk memanfaatkan pengetahuan yang tersedia untuk mendiskusikan arah yang diinginkan oleh suatu bisnis.

Proses merumuskan strategi ini akan digunakan untuk memprioritaskan eksekusi yang perlu dilakukan, pengalokasian sumber daya yang efektif, menyelaraskan tujuan perusahaan, dan mengimplementasikan tujuan secara efektif. 

Apakah berbeda strategi bisnis dengan corporate strategy? Perbedaannya terletak pada fokus strategi dan level implementasinya. 

Berikut ini beberapa elemen yang perlu pemimpin bisnis pegang dalam merencankan strategi bisnis:

  1. Visi dan Misi Perusahaan

Strategi bisnis yang akan dirancang perlu selaras dengan visi dan misi perusahaan yang sudah ada sejak perusahaan berdiri. 

Dengan berlandaskan pada visi dan misi perusahaan, maka strategi bisnis akan memiliki fokus, tujuan, dan objektif yang jelas dan terdefinisi dengan baik. 

  1. Tujuan dan Objektif yang Strategis

Bisnis perlu menetapkan tujuan dan objektif yang jelas dan terdefinisi dengan baik untuk menjadi landasan dari setiap strategi bisnis. 

Tujuan menjadi kompas untuk mengukur kemajuan. Tentukan tujuan dan objektif yang ingin dicapai dengan metode SMART agar memastikan keselarasan di seluruh organisasi. 

  1. Analisis SWOT

Untuk menentukan langkah yang perlu dilakukan dalam strategi bisnis, bisnis perlu menganalisis dari sisi eksternal dan internal melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Treat)

Analisis eksternal dan internal mendukung pengambilan keputusan strategis dengan mengindentifikasi area keunggulan dan tantangan potensial.

  1. Analisis Kompetitif dan Lingkungan

Memahami lanskap kompetitif dan faktor lingkungan yang lebih luas sangat penting untuk menempatkan bisnis secara efektif.

Alat seperti Porter's Five Forces dan analisis PESTLE (Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Hukum, Lingkungan) membantu dalam mengevaluasi dinamika pasar dan pengaruh eksternal.

  1. Alokasi Sumber Daya dan Penilaian Kemampuan

Evaluasi sumber daya yang perusahaan miliki seperti keuangan, manusia, dan teknologi serta penilaian kemampuan organisasi memastikan bahwa bisnis dapat melaksanakan strateginya secara efektif. Hal ini melibatkan penyesuaian sumber daya dengan prioritas strategis. 

  1. Inisiatif Strategis dan Rencana Aksi

Pengembangan inisiatif dan rencana aksi spesifik menjelaskan bagaimana strategi akan diimplementasikan. 

Rencana-rencana ini merinci langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan strategis. 

  1. Metrik Kinerja dan Evaluasi Key Performance Indicators (KPI)

Agar bisa mengukur strategi bisnis yang dirancang, perlu untuk menetapkan metrik kinerja yang berupa Key Perforamance Indicators (KPI). 

Evaluasi rutin memastikan bahwa strategi bisnis tetap selaras dengan tujuan dan beradaptasi dengan kondisi yang berubah.

Bagaimana Cara Menyusun Strategi Bisnis yang Efektif? 

Apabila Anda sudah menyiapkan elemen dalam strategi bisnis, ini saatnya untuk menyusun strategi bisnis yang efektif.

Berikut ini formula cara menyusun strategi bisnis yang efektif menurut Harvard Business School.

  1. Mulai dengan Tujuan 

Tujuan adalah landasan dari strategi bisnis yang kuat. Strategi yang jelas dan berorientasi pada tujuan akan membantu Anda menyelaraskan upaya organisasi menuju tujuan bersama dan memastikan visi perusahaan Anda beresonansi dengan pemangku kepentingan seperti karyawan, pelanggan, pemegang saham, dan lainnya.

Strategi yang berorientasi pada tujuan tidak hanya fokus pada keuntungan, tetapi juga mempertimbangkan dampak yang lebih luas yang dimiliki perusahaan terhadap manusia dan planet. 

Bagaimana memulai dengan tujuan ini? Mulailah dengan menentukan misi dan nilai inti perusahaan Anda. Selaraskan tujuan strategis dengan pertimbangan sosial dan juga lingkungan. 

Integrasikan tujuan perusahaan ke dalam budaya perusahaan, memastikan karyawan merasa termotivasi oleh dampak besar yang mereka kontribusikan.

Contohnya merek Lipton dari Unilever, yang membangun strateginya berdasarkan tujuan memproduksi teh berkelanjutan, menyelaraskan seluruh strateginya untuk memberikan manfaat bagi manusia dan planet, yang pada akhirnya menghasilkan keuntungan melalui merek yang kuat dan berorientasi pada tujuan.

  1. Pertimbangkan Konteks Global

Kondisi ekonomi, sosial, hingga geopolitik global perlu menjadi pertimbangan utama. 

Strategi bisnis tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sekitarnya. Anda perlu secara terus-menerus mengevaluasi konteks global, mempertimbangkan faktor-faktor seperti perkembangan geopolitik, pergeseran ekonomi, dan tren pasar yang dapat memengaruhi strategi Anda.

Pantau secara rutin berita internasional, peristiwa politik, dan tren industri. Lalu evaluasi bagaimana perusahaan global memengaruhi rantai pasokan, basis pelanggan, dan operasional bisnis Anda.

Lantas bangun fleksibilitas dalam strategi Anda. Hal ini memungkinkan penyesuaian yang cepat terhadap guncangan eksternal atau peluang baru. 

Contohnya industri susu, terutama di negara-negara seperti Mongolia, perlu menyesuaikan strateginya jika China memutuskan untuk memberikan subsidi besar-besaran pada sektor susunya, sehingga produksi lokal menjadi kurang kompetitif. 

  1. Analisis Data dan Studi Kasus

Strategi bisnis Anda harus berbasis pada data dan didukung oleh data internal serta studi kasus eksternal atau pun tren ekonomi. 

Analisis data tersebut berfungsi membantu mengurangi bias kognitif, memastikan agar setiap keputusan didasarkan pada fakta dari pada asumsi. 

Data internal yang digunakan bisa berupa data keuangan perusahaan, kinerja historis, dan wawasan pelanggan. Hal ini juga termasuk menganalisis tren penjualan, pangsa pasar, keuntungan, kepuasan pelanggan, dan kinerja produk. 

Data eksternal bisa menggunakan studi kasus dari kesuksesan dan kegagalan perusahaan lain. Strudi kasus perusahaan dalam industri Anda atau industri lain untuk memahami strategi yang berhasil, terutama dalam kondisi pasar yang serupa.

Contohnya Netflix, sebagai studi kasus. Netflix menunjukkan bagaimana strategi berbasis data dapat menjadi game-changer. Netflix menggunakan data penonton pelanggan untuk mengidentifikasi pola, mempersonalisasi rekomendasi, dan mengembangkan konten asli mereka sendiri, yang pada akhirnya mengubahnya dari layanan penyewaan DVD menjadi pemimpin streaming global.

  1. Komunikasi Secara Efektif

Komunikasi yang efektif menjadi kunci dalam kesuksesan eksekusi strategi bisnis. Bisnis tidak cukup hanya merancang strategi yang solid, tapi juga harus memastikan bahwa setiap pemangku kepentingan di organisasi memahami rencan tersebut, peran, dan bagaimana kontribusi mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa 95% karyawan tidak memahami strategi perusahaan mereka. Agar strategi berhasil, karyawan harus memahami dengan jelas tidak hanya "apa" dan "bagaimana" dari strategi tersebut, tetapi juga "mengapa."

Hal ini menciptakan keselarasan dan memberdayakan karyawan untuk mengambil keputusan yang berkontribusi pada tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Setiap strategi bisnis dirumuskan maka jelaskan dengan jelas visi, tujuan, dan tujuan strategi kepada semua karyawan.

Adakan pertemuan strategi rutin, rapat umum, atau pembaruan untuk memastikan semua orang memiliki informasi yang selaras.

Buat mekanisme umpan balik seperti survei dan diskusi tim untuk mengukur pemahaman dan keterlibatan karyawan. 

Contoh perusahaan yang menerapkan komunikasi secara efektif adalah Starbuck. 

Starbucks dikenal karena menyelaraskan karyawan dengan strategi perusahaan melalui komunikasi rutin mengenai komitmennya terhadap sumber daya etis, kesejahteraan karyawan, dan keterlibatan komunitas. Strategi ini diperkuat melalui program pelatihan internal dan pesan yang jelas dari pimpinan.

Pelajari Cara Merancang Strategi Bisnis yang Berdampak 

Kapan merancang strategi bisnis? Di era pasar yang bergerak cepat, jika hanya merencanakan strategi bisnis satu tahun sekali maka siap-siap bisnis Anda akan tertinggal.

Bila melihat bagaimana perusahaan rintisan bergerak, mereka merencanakan strategi bisnis dalam bentuk Sprint, bisa dua minggu sekali bahkan seminggu sekali. 

Agar bisnis Anda melakukan eksekusi yang tepat, Anda perlu belajar cara merancang strategi bisnis yang berdampak.

Anda bisa belajar cara merancang strategi bisnis yang selaras dengan tujuan perusahaan dan mengimplementasikannya di program sertifikasi business strategy dari prasmul-eli.

Anda akan dibekali bagaimana melakukan analisis internal dan eksternal, strategi kompetitif, business model canvas, dan banyak lagi terkait komponen business strategy.

Siapkan diri Anda dan para pemimpin bisnis untuk merancang strategi bisnis yang berdampak. 

Article-Web-Agt-3.jpg
Meningkatkan Potensi Pertumbuhan Bisnis dengan Financial Management Training
19 August 2025

Bagaimana jika masalah yang terjadi dalam bisnis Anda itu bukan karena menurunnya penjualan, tapi karena kurang rapinya pengelolaan keuangan di bisnis Anda? 

Mengelola keuangan perusahaan menjadi hal wajib yang perlu bisnis perhatikan jika tidak ingin mengalami kerugian di kemudian hari.

Keterampilan pengelolaan keuangan tidak hanya wajib dimiliki oleh departemen finansial saja, tapi akan lebih baik jika setiap pemimpin di level middle management, manajer, atau pun tim pelaksana perlu memiliki fondasi pengetahuan pengelolaan keuangan yang baik. 

Semenjak adanya pandemi COVID-19, perusahaan banyak melakukan efisiensi, salah satunya dengan melakukan PHK masal. 

Apakah itu tanda bahwa perusahaan mengalami penurunan pendapatan dalam bisnis? Efisiensi yang dilakukan tidak selalu karena penurunan pendapatan, tapi efisiensi terpaksa dilakukan untuk bisnis bisa memiliki keuangan yang sehat bahkan karena perusahaan perlu melakukan pivot. 

Dalam risetnya, McKinsey menyebutkan bahwa perusahaan pada umumnya tumbuh hanya 2,8 persen per tahun selama sepuluh tahun sebelum COVID-19, dan hanya satu dari delapan perusahaan yang mencatat tingkat pertumbuhan lebih dari 10 persen per tahun.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan adalah dengan menjadikan sistem pengelolaan keuangan yang rapi dan sehat, tidak ada arus kas yang lancar. 

Untuk itu, seluruh karyawan yang ada di perusahaan perlu untuk memiliki pengetahuan pengelolaan keuangan. Salah satunya dengan mengikutsertakan karyawan pada financial management training. 

 

Masalah yang Perusahaan Hadapi Jika Memiliki Manajemen Keuangan yang Buruk

Hal terburuk jika perusahaan memiliki manajemen keuangan yang buruk adalah berhubungan dengan hukum.

Jika manajemen keuangan perusahaan buruk, bisa jadi perusahaan tidak tepat membayar pajak sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga membuat perusahaan berurusan dengan hukum karena masalah pajak ini.

Masalah lain yang muncul jika perusahaan memiliki manajemen keuangan yang buruk adalah sebagai berikut:

  1. Manajemen Inventaris yang Kacau
  2. Tekanan Harga dan Margin Keuntungan
  3. Masalah Arus Kas yang Kurang Sehat
  4. Kurangnya Perencanaan Keuangan dan Kesulitan Melakukan Proyeksi Keuangan
  5. Kesulitan Mendapatkan Pendanaan
  6. Kontrol Biaya yang Tidak Memadai  

Mengapa Perusahaan memerlukan manajemen keuangan yang baik?

Manajemen keuangan adalah landasan penting untuk pertumbuhan bisnis yang sehat. 

Pengelolaan manajemen keuangan yang buruk bisa menimbulkan manipulasi laporan keuangan yang bisa mengurangi kepercayaan investor. 

Seperti yang terjadi pada startup E-fishery yang diduga melakukan fraud dengan melakukan manipulasi keuangan. Hal ini membuat investor kecewa dan menurunkan kredibilitas perusahaan. 

Untuk mencegah hal-hal buruk yang terjadi di perusahaan Anda, maka penting untuk melakukan pengelolaan manajemen keuangan yang baik. 

Berikut manfaat yang perusahaan rasakan jika memiliki financial management yang baik: 

  1. Meningkatkan Efisiensi Operasional

Perusahaan dengan fungsi keuangan yang dikelola dengan baik telah menunjukkan pengurangan biaya yang signifikan dan peningkatan efektivitas.

Seperti studi yang dilakukan McKinsey terhadap ratusan divisi finansial perusahaan selama satu dekade untuk mengetahui biaya dan efektivitas berkembang selama 10 tahun terakhir. 

Studi tersebut menunjukkan bahwa departemen keuangan telah mengurangi biaya operasional hingga hampir 30%. 

Pengurangan biaya tersebut difokuskan untuk melakukan kegiatan yang bisa memberikan nilai tambah bagi bisnis sehingga berkontribusi pada pertumbuhan bisnis. 

  1. Mendorong Pengambilan Keputusan Strategis dan Data

Pengelolaan keuangan yang strategis mendorong perusahaan untuk melakukan proses pengambilan keputusan berbasis data yang selaras dengan tujuan perusahaan jangka panjang.

Dengan mengintegrasikan perencanaan keuangan dengan tujuan strategis, perusahaan dapat menilai peluang investasi, mengelola risiko, dan mengoptimalkan struktur modal untuk memaksimalkan nilai pemegang saham.

  1. Peningkatan Arus Kas dan Alokasi Modal

Praktik pengelolaan kas yang efektif, seperti mengoptimalkan modal kerja dan belanja modal, secara langsung meningkatkan Return on Invested Capital (ROIC).

Pendekatan yang disiplin ini tidak hanya menarik kepercayaan investor tetapi juga memberi perusahaan fleksibilitas untuk berinvestasi dalam peluang pertumbuhan, bahkan selama masa krisis ekonomi.

  1. Dukungan untuk Transformasi Organisasi 

Selama periode transformasi, CFO memainkan peran penting dalam membimbing perusahaan melalui perubahan.

Dengan mengawasi metrik kinerja, mengelola arus kas, dan menetapkan indikator kinerja utama, para pemimpin keuangan memastikan bahwa inisiatif strategis dijalankan secara efektif, yang berkontribusi pada keberhasilan perubahan organisasi secara keseluruhan.

  1. Penyelarasan Kinerja Keuangan dan Organisasi

Mengintegrasikan manajemen keuangan dengan metrik kinerja organisasi membantu perusahaan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan menyelaraskan sumber daya yang sesuai.

Pendekatan holistik ini memastikan bahwa strategi keuangan mendukung tujuan bisnis yang lebih luas, yang mengarah pada peningkatan kinerja secara keseluruhan.

Bagaimana Manajemen Keuangan Membantu Membuka Potensi Pertumbuhan Bisnis?

Untuk membuka potensi pertumbuhan bisnis, tidak selalu dengan menciptakan produk baru. Namun, juga bisa dengan membenahi manajemen keuangan. 

Dengan membenahi manajemen keuangan perusahaan, maka akan membuka potensi pertumbuhan bisnis dengan menyediakan framework dan alat yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan strategis, alokasi sumber daya, dan manajemen risiko. 

Bagaimana manajemen keuangan dapat membantu perusahaan membuka potensi pertumbuhan bisnis? Berikut ini bagaimana manajemen keuangan dapat berkontribusi pada pertumbuhan bisnis.

  1. Membantu Mengatur Alokasi Modal dan Keputusan Investasi

Manajemen keuangan yang efektif membantu mengidentifikasi peluang investasi terbaik, memastikan modal dialokasikan ke proyek atau unit bisnis dengan pengembalian tinggi.

Manajemen keuangan yang efektif juga dapat  mengevaluasi ROI (Return on Investment), yang penting untuk meningkatkan pangsa pasar, memperluas operasi, atau meluncurkan produk baru.

Selain itu, bisnis bisa mengoptimalkan penggunaan sumber daya, memastikan dana digunakan secara efisien untuk menghasilkan nilai jangka panjang, bukan sekadar keuntungan jangka pendek.

  1. Mengendalikan Biaya dan Meningkatkan Profitabilitas

Manajemen keuangan berfokus pada meminimalkan biaya yang tidak perlu sambil mempertahankan kualitas dan produktivitas. 

Dengan merampingkan operasi, bisnis dapat mencapai profitabilitas yang lebih tinggi, yang dapat diinvestasikan kembali ke inisiatif pertumbuhan.

Dengan memantau biaya, pendapatan, dan kinerja keuangan secara ketat, bisnis dapat meningkatkan margin keuntungan mereka, yang memungkinkan lebih banyak dana dialokasikan untuk inovasi dan ekspansi.

  1. Meningkatkan Efektivitas Manajemen Arus Kas dan Fleksibilitas Finansial 

Manajemen keuangan yang efektif memastikan bahwa bisnis memiliki likuiditas yang cukup untuk beroperasi dengan lancar, bahkan selama periode penurunan ekonomi. 

Fleksibilitas ini memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan saat peluang itu muncul.

  1. Menjadi Sarana Manajemen Risiko dan Keberlanjutan

Manajemen keuangan membantu mengidentifikasi dan mengelola risiko, baik risiko pasar, keuangan, operasional, maupun strategis. 

Dengan meminimalkan risiko, perusahaan cenderung lebih berkembang dan berinvestasi dengan percaya diri dalam pertumbuhan di masa mendatang.

Manajemen keuangan juga memastikan bisnis berfokus pada praktik berkelanjutan, menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas keuangan. Hal ini penting untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham dalam jangka panjang.

  1. Meningkatkan Pengambilan Keputusan Berbasis Data

Manajemen keuangan memungkinkan perusahaan untuk meramalkan tren, membuat anggaran secara efektif, dan menetapkan tujuan yang dapat dicapai. Hal ini penting untuk tujuan jangka pendek dan strategi jangka panjang.

Dengan menganalisis data keuangan, perusahaan dapat melacak kinerja, menyesuaikan strategi, dan tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan pertumbuhan mereka. Hal ini memastikan bahwa bisnis bersifat proaktif daripada reaktif.

  1. Menarik Investasi dan Akses Modal

Laporan keuangan yang sehat dan rapi akan menarik kepercayaan investor untuk berinvestasi pada perusahaan. Sehingga bisa meningkatkan arus masuk modal.

Perusahaan yang menunjukkan disiplin keuangan dan profitabilitas yang kuat lebih cenderung menarik investor, yang dapat mendorong pertumbuhan lebih lanjut.

Hal ini juga meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman, pendanaan, atau investasi ekuitas, menyediakan modal yang diperlukan untuk meningkatkan operasi. 

Mengenal apa itu financial management training?

Setelah mengetahui pentingnya financial management training, maka perusahaan perlu memberikan ruang bagi karyawannya untuk meningkatkan keterampilan pengelolaan finansial, salah satunya dengan mengikuti financial management training.

Program financial management training adalah program yang dirancang untuk para profesional dan eksekutif bisnis agar memiliki kemampuan berpikir, bertindak, dan membuat keputusan secara terintegrasi dan lintas fungsi.

Adanya financial management training dilaterbelakangi oleh pemahaman bahwa pengetahuan manajemen keuangan bukan lagi hanya domain orang-orang di departemen keuangan saja. Kini, semua profesional, terutama di level menengah ke atas, perlu memahami manajemen keuangan perusahaan untuk dapat mencapai kinerja yang optimal.

Dalam program financial management training yang diadakan oleh prasmul-eli bukan sekedar pelatihan biasa, tapi program sertifikasi yang membekali peserta dengan keterampilan pengelolaan finansial yang meliputi:

  • Keterampilan Analisis Finansial

Mampu membaca, memahami, dan menganalisis laporan keuangan (neraca, laba rugi, arus kas) untuk menilai kesehatan dan kinerja finansial sebuah perusahaan.

  • Keterampilan Valuasi

Mampu melakukan penilaian (valuasi) terhadap aset keuangan seperti obligasi dan saham, serta mengevaluasi nilai sebuah perusahaan. Ini penting untuk keputusan investasi dan M&A.

  • Keterampilan Pengambilan Keputusan Investasi (Capital Budgeting)

Mampu mengevaluasi dan memutuskan proyek investasi jangka panjang mana yang layak diterima atau ditolak menggunakan metode seperti Net Present Value (NPV), berdasarkan konsep Time Value of Money dan Cost of Capital.

  • Keterampilan Manajemen Modal Kerja

Mampu mengelola aset dan liabilitas jangka pendek perusahaan secara efisien untuk menjaga likuiditas dan kelancaran operasi sehari-hari.

  • Keterampilan Perancangan Strategi Pendanaan

Mampu merancang struktur modal (campuran utang dan ekuitas) yang optimal dan menentukan kebijakan pendanaan lain seperti kebijakan dividen dan leasing.

Dengan mengikuti financial management training ini peserta bisa memperoleh manfaat berupa:

  1. Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan

Memberikan pemahaman menyeluruh tentang teori, praktik, dan isu terkini mengenai manajemen keuangan perusahaan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan strategi investasi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

  1. Meningkatkan Kemampuan Analisis Risiko dan Imbal Hasil

Meningkatkan kemampuan para eksekutif untuk memahami risiko dan imbal hasil (risks and returns) dalam industri keuangan.

  1. Mengoptimalkan Keputusan Investasi dan Pendanaan

Dengan pemahaman risiko dan imbal hasil yang lebih baik, peserta dapat mengoptimalkan keputusan terkait peluang dan pilihan investasi, sumber pendanaan, kebijakan dividen. 

Siapa saja yang harus mengikuti financial management training?

Apakah pelatihan manajemen keuangan hanya untuk departemen keuangan atau karyawan yang punya domain keuangan? Jawabannya tidak. 

Berikut ini siapa saja yang harus mengikuti financial management training:

  • Tim Business Development Perusahaan
  • Analis Kredit, Petugas Manajemen Risiko, dan Staf Pinjaman Bank
  • Kontroler Keuangan, Manajer Keuangan, Bendahara (Treasurers), dan staf keuangan senior
  • Lulusan baru (fresh graduates) yang ingin menjadi pengusaha (entrepreneurs)
  • Para manajer dari departemen non-keuangan yang ingin meningkatkan pengetahuan mereka di bidang manajemen keuangan untuk mendukung pekerjaan mereka.
  • Konsultan dan profesional lain yang ingin melengkapi pengetahuan mereka di bidang manajemen keuangan.

Seberapa Sehat Manajemen Keuangan Perusahaan Anda?

Bagaimana kondisi manajemen keuangan Anda? Apakah masih tergolong aman atau perlu pembenahan secara maksimal?

Dengan mengelola keuangan yang sehat, pertumbuhan bisnis pun akan terbuka. Jika Anda memerlukan partner yang tepat untuk meningkatkan keterampilan financial management, maka prasmul-eli jawabannya.

Untuk membekali para profesional dengan keterampilan manajemen keuangan yang memadai, prasmul-eli menyediakan program sertifikasi financial management training.

Tujuannya ingin membantu sebanyak-banyaknya perusahaan untuk membuka potensi pertumbuhan bisnisnya. 

Mari perbaiki manajemen keuangan dan terus melaju pesat.

Article-Web-Agt-1.jpg
Bagaimana Business Development Training Bisa Meningkatkan Inovasi dalam Perusahaan?
19 August 2025

Berkembangnya kecerdasan buatan (artificial intelligence) membuat banyak model bisnis kehilangan relevansinya.

Inovasi menjadi harga mati bagi perusahaan. Dalam melakukan inovasi perusahaan perlu melakukan perencanaan bisnis yang relevan dengan kondisi pasar. 

Perencanaan bisnis atau yang biasa dikenal dengan business development planning yang tidak relevan dengan kondisi pasar akan membawa bisnis Anda pada risiko yang dapat melumpuhkan kinerja, menghambat pertumbuhan, dan akhirnya menyebabkan kegagalan.

Dalam survei The Mckinsey-Quartely pada tahun 2006, 28 % perusahaan memiliki strategic plan yang secara teknis sudah mencerminkan tujuan dan tantangan perusahaan, namun tidak efektif dalam pelaksanaan.

Lebih lanjut, masih dari hasil survei yang sama menyatakan bahwa 14 % lainnya menyatakan bahwa rencana strategis dan rencana eksekusinya tidak selaras.

Dari survei tersebut mengindikasikan bahwa perencanaan formal saja tidak cukup, harus diikuti dengan sinkronisasi organisasional dan monitoring yang benar.

Terkadang internal perusahaan sudah merasa bahwa perencanaan atau inovasi yang dibuat sudah relevan dengan pasar. Namun, ketika diaplikasikan justru sebaliknya. 

Untuk itu, bisnis perlu menggunakan mata orang ketiga untuk membantu melihat blind spot dari perencanaan yang telah dibuat. Atau setidaknya bisa membantu internal tim untuk sadar akan blind spot itu. 

Mempertimbangkan mengikutsertakan karyawan yang ada di operational, middle management, hingga strategic level untuk mengikut pelatihan business development planning bukanlah hal yang buruk. 

Justru itu adalah awal yang bagus agar mereka bisa membuat inovasi bisnis yang terus relevan dengan kondisi pasar. 

Mengapa Inovasi dan Perencanaan Pengembangan Bisnis Menjadi Harga Mati Bagi Bisnis? 

Inovasi pada bisnis era ini bukan lagi tentang siapa yang lebih besar maka ia yang akan menang. 

Banyak kasus bisnis dimana bisnis yang sudah besar terkalahkan dengan business model yang terlihat kecil. 

Seperti kasus disrupsi Netflix yang menumbangkan pemain besarnya yakni Blockbuster, si raksasa penyewaan video yang sudah memiliki lebih dari 9000 toko secara global. 

Melihat hal itu, bisnis yang sudah ada beberapa dekade lalu tidak bisa terus berada di zona nyaman. Bahkan bisnis yang baru memulai harus terus selalu berinovasi. 

Inovasi menjadi harga mati bagi bisnis karena beberapa hal berikut:

  1. Perubahan Perilaku Pasar

Hal ini adalah paling krusial. Karena pasar adalah yang menyumbang pendapatan bagi bisnis. Jika pasar sudah mulai berubah perilakunya maka bisnis perlu menyesuaikan. 

Sekarang dengan disrupsi teknologi yang tidak bisa lagi dibendung, konsumen sekarang menjadi konsumen yang lebih cepat berubah preferensinya, terbiasa dengan pengalaman digital dan personalisasi, dan tidak gampang loyal dengan sebuah brand yang bagi mereka sudah tidak lagi relevan.

Contohnya Gojek & Grab menggantikan taksi konvensional karena memberi solusi lebih praktis, transparan, dan sesuai dengan gaya hidup digital. Konsumen tidak lagi mau menunggu di pinggir jalan atau berdebat soal tarif dengan ojek pangkalan. 

  1. Disrupsi Teknologi

Generasi baby boomer dan millenial yang menjadi saksi perjalanan disrupsi teknologi yang awalnya lambat, kini menjadi progresif. 

Awalnya hanya ada telepon di warung internet, berkembang menjadi ponsel genggam layar monokrom, bertransformasi menjadi layar sentuh, hingga kini ada kecerdasan buatan yang bisa diakses dari ponsel genggam juga. 

Teknologi sungguh mengubah cara berpikir, berperilaku, preferensi, hingga cara kerja sebuah industri. 

Sebut saja Spotify yang mengubah cara kerja industri musik global. Model langganan dan streaming menggeser dominasi penjualan CD dan unduhan musik digital. Perusahaan besar seperti Warner dan Sony Music akhirnya harus beradaptasi ke platform streaming.

  1. Siklus Produk Semakin Pendek 

Dahulu orang membuat sebuah produk akan menunggu produk tersebut jadi langsung diluncurkan. 

Kemudian, muncullah istilah agile yang mendorong bisnis untuk meluncurkan MVP (minimum viable product). 

Sekarang dengan adanya AI, produk bisa dibuat dengan siklus yang semakin pendek. 

Bisnis yang masih gigih mempertahankan cara lama dengan siklus yang panjang akan membuatnya semakin tidak relevan.

Masih ingatkan Anda tentang BlackBerry?

Blackberry terlambat mengubah sistem operasi dan antarmuka pengguna ketika iPhone dan Android mulai populer. Akibatnya, pangsa pasarnya hilang total dalam beberapa tahun.


Apa Saja Kesalahan Bisnis dalam Melakukan Perencanaan Pengembangan Bisnis? 

Gagal merencanakan maka gagal mendapatkan pencapaian. Itu adalah kalimat yang sering digaungkan banyak orang.

Bisa jadi benar kalimat di atas benar, jika gagal merencanakan bisnis yang relevan dengan kebutuhan pasar. 

Berikut ini beberapa kesalahan bisnis dalam melakukan strategic business development planning menurut survei McKinsey-Quarterly:

  1. Banyak perusahaan gagal mengaitkan perencanaan dengan eksekusi

Meskipun 28% perusahaan memiliki rencana strategis yang secara teoritis mencerminkan tujuan dan tantangan bisnis mereka, kenyataannya rencana tersebut tidak efektif dalam pelaksanaan. Ini menunjukkan bahwa tanpa eksekusi yang konkret, strategi hanya akan menjadi dokumen tanpa dampak nyata terhadap kinerja bisnis.

  1. Kesenjangan antara strategi dan fungsi pengembangan bisnis

Hanya 57% responden menyatakan bahwa proses perencanaan strategis mereka benar-benar terintegrasi dengan fungsi business development. Artinya, masih banyak organisasi yang belum memposisikan pengembangan bisnis sebagai bagian inti dari strategi perusahaan, sehingga melewatkan peluang pertumbuhan yang bisa muncul di luar lini bisnis utama mereka.

  1. Ketidaksesuaian antara rencana dan tindakan operasional

Sebanyak 14% responden mengakui bahwa strategi dan rencana eksekusi di organisasi mereka tidak selaras. Ini menandakan lemahnya jembatan antara penyusunan strategi di level manajerial dan implementasi nyata di level operasional. Tanpa sinergi yang kuat, strategi akan gagal diterjemahkan menjadi aksi yang menghasilkan.

  1. Organisasi yang tidak selaras menyebabkan strategi gagal diterapkan

Data menunjukkan bahwa 67% responden yang merasa puas dengan proses strategis di perusahaannya menyatakan bahwa ada penyelarasan manajemen yang baik terhadap strategi. 

Sebaliknya, hanya 40% dari responden yang tidak puas menyatakan hal serupa. Ini membuktikan bahwa tanpa alignment antar tim dan fungsi, strategi sulit untuk dijalankan secara konsisten dan menyeluruh.
 

Bagaimana Business Development Training Membantu Perusahaan Anda Mengembangkan Inovasi Bisnis? 

Untuk mengurangi blind spot dalam proses merancang inovasi dan pengembangan bisnis, maka program pelatihan menjadi salah satu alternatif yang bisa diimplementasikan perusahaan. 

Mengadakan pelatihan seperti business development training yang berfokus pada perencanaan bisnis yang relevan dengan kebutuhan pasar, eksekusi yang selaras dengan tindakan, dan inovasi dengan siklus produk yang lebih agile.

Mengapa business development training? Pelatihan business development planning akan membantu Anda untuk merencanakan perencanaan bisnis secara komprehensif, disesuaikan dengan kondisi pasar dan tantangan yang ada sehingga tetap relevan. 

Selain itu dengan pelatihan yang berfokus pada perencanaan bisnis yang komprehensif, business development training ini bisa membantu Anda dalam hal-hal berikut:

  1. Membekali peserta dengan toolset dan mindset untuk menerjemahkan ide strategis menjadi langkah konkret. 
  2. Pelatihan ini mendorong peserta untuk melihat business development bukan sekadar fungsi pencari peluang, tapi sebagai bagian inti dari proses penyusunan strategi.
  3. Melatih cara berpikir lintas fungsi (cross-functional thinking), sehingga perencanaan bisnis menjadi milik bersama, bukan hanya divisi tertentu.
  4. Memperkuat kemampuan peserta untuk tidak hanya merencanakan, tetapi juga mengontrol dan mengevaluasi pelaksanaan strategi bisnis dengan adanya indikator kinerja utama (KPI) dan milestone monitoring.
  5. Memahami bagaimana tren pasar, perilaku konsumen, dan kekuatan internal perusahaan dapat dijadikan dasar inovasi yang fit dengan tujuan jangka panjang perusahaan.

Anda bisa mendapatkan manfaat maksimal di atas dengan mengikutsertakan karyawan level strategis perusahaan Anda pada pelatihan business development planning dari prasmul-eli. 

Pelatihan business development training dari prasmul-eli akan mendorong inovasi yang strategis dan relevan bagi perusahaan Anda.

cover-artikel-putih.jpg
Mengapa Manajer Membutuhkan Pengetahuan Finance for Non Finance Sebelum Membuat Keputusan Besar?
15 August 2025

Sekarang ini, setiap keputusan strategis, operasional, maupun taktis memiliki dampak finansial yang signifikan. Namun, banyak manajer dari latar belakang pemasaran, operasional, teknologi, hingga human capital yang masih merasa kurang percaya diri ketika berhadapan dengan laporan keuangan atau diskusi anggaran.

Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan dinamis, para manajer non-keuangan dihadapkan pada tantangan yang tidak lagi terbatas pada lingkup fungsional mereka semata.

Menurut artikel Harvard Business Review tahun 2021, kurangnya literasi keuangan menyebabkan banyak manajer kesulitan dalam menilai risiko, memahami dampak biaya, dan mengevaluasi profitabilitas inisiatif yang mereka kelola. 

Hal ini menciptakan kesenjangan pemahaman antara fungsi keuangan dan fungsi lain dalam organisasi. Tanpa pemahaman dasar keuangan, manajer cenderung membuat keputusan yang tidak optimal, bahkan berisiko menghambat pertumbuhan perusahaan.

Sebagai pemimpin bisnis, Anda tentu memahami bahwa keputusan yang kuat harus didasarkan pada pemahaman menyeluruh, termasuk pemahaman atas implikasi finansial dari setiap strategi yang diambil. Oleh karena itu, membekali diri dan tim manajerial Anda dengan literasi keuangan dasar bukan hanya penting, tetapi juga mendesak.

Definisi dan Ruang Lingkup Finance for Non-Finance

Finance for Non-Finance adalah kerangka pembelajaran keuangan yang dirancang khusus bagi profesional non-keuangan agar dapat memahami, menginterpretasikan, dan menggunakan informasi finansial dalam pengambilan keputusan bisnis. 

Tujuan utamanya adalah menjembatani kesenjangan antara tim manajerial dan fungsi keuangan dalam organisasi.

Ruang lingkup materi Finance for Non-Finance mencakup pemahaman dasar atas laporan keuangan seperti neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), dan arus kas (cash flow statement). 

Selain itu, para manajer juga diajarkan cara membaca rasio keuangan, memahami siklus anggaran, serta mengenali prinsip dasar akuntansi dan perencanaan keuangan.

McKinsey menekankan bahwa ketika manajer non-keuangan dapat berbicara dalam "bahasa keuangan," mereka menjadi lebih efektif dalam menyusun strategi, mengalokasikan sumber daya, dan berkomunikasi dengan CFO maupun pemangku kepentingan eksternal. 

Hal ini akan memperkuat kolaborasi lintas fungsi dan meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.

Urgensi Penguasaan Keuangan bagi Manajer

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap aktivitas bisnis mulai dari peluncuran produk, ekspansi pasar, hingga investasi teknologi, akan berdampak pada kondisi keuangan perusahaan.

Ketika manajer tidak memahami bagaimana suatu keputusan memengaruhi cash flow, margin, atau return on investment (ROI), maka keputusan yang diambil bisa menjadi tidak berkelanjutan atau bahkan merugikan.

Menurut Deloitte, literasi keuangan yang kuat memungkinkan manajer untuk mengidentifikasi potensi inefisiensi, mengenali sinyal peringatan finansial, dan mengambil tindakan preventif sebelum masalah membesar. 

Dalam konteks ini, kemampuan memahami data keuangan menjadi salah satu bentuk daya tahan organisasi.

Selain itu, di tengah meningkatnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas, manajer dengan pemahaman finansial mampu memberikan justifikasi yang lebih kuat atas setiap rencana atau proyek yang diajukan. 

Ini sangat penting, terutama saat bersaing untuk mendapatkan alokasi anggaran atau mempresentasikan proposal kepada direksi.

Konsep dan Prinsip Dasar Keuangan yang Harus Diketahui

Saat ini, konsep dan prinsip dasar keuangan merupakan fondasi penting bagi setiap manajer, terlepas dari latar belakang fungsionalnya. Dalam banyak organisasi, keputusan operasional dan strategis tidak dapat dipisahkan dari implikasi finansialnya. 

Oleh karena itu, pemahaman terhadap laporan keuangan utama, analisis rasio, serta alat evaluasi seperti break-even analysis dan ROI bukan lagi menjadi domain eksklusif tim keuangan, tetapi tanggung jawab bersama. 

Manajer harus terlibat dalam penyusunan anggaran, evaluasi proyek, atau alokasi sumber daya. Beberapa konsep fundamental yang wajib dikuasai oleh manajer non-keuangan mencakup beberapa hal berikut:

1. Laporan Keuangan Utama

Laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, dan arus kas tidak hanya menyajikan angka, tetapi mencerminkan cerita bisnis yang sesungguhnya. 

Neraca memberikan gambaran tentang seberapa kuat struktur modal perusahaan apakah perusahaan terlalu bergantung pada utang, atau memiliki aset yang tidak produktif. 

Laporan laba rugi menunjukkan apakah strategi bisnis yang diterapkan benar-benar menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Arus kas, yang sering diabaikan oleh non-financial manager, justru menjadi indikator paling vital dalam menjaga kelangsungan operasional. 

Menurut Harvard Business Review, manajer yang tidak memahami arus kas cenderung meremehkan risiko kekurangan likuiditas, yang merupakan penyebab utama kegagalan usaha kecil hingga menengah.

2. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio seperti likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas membantu Anda membaca “sinyal awal” dari potensi krisis atau peluang ekspansi. 

Sebagai contoh, rasio lancar yang rendah dapat menjadi peringatan bahwa perusahaan kesulitan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang tinggi mungkin mengindikasikan ketergantungan berlebih pada pembiayaan eksternal. 

Di sinilah pentingnya financial literacy yang dikampanyekan Deloitte agar manajer mampu menafsirkan angka menjadi wawasan yang relevan bagi divisi mereka.

3. Break-even Analysis dan ROI

Alat seperti break-even analysis dan return on investment (ROI) sangat krusial dalam pengambilan keputusan proyek. 

Dengan memahami titik impas, Anda tidak hanya tahu kapan suatu proyek mulai menghasilkan, tetapi juga dapat membandingkan efektivitas berbagai inisiatif berdasarkan estimasi ROI. 

McKinsey menekankan bahwa manajer yang mampu menilai ROI proyek secara realistis akan lebih unggul dalam menyaring inisiatif yang benar-benar mendukung strategi jangka panjang perusahaan. 

Tanpa alat ini, keputusan sering kali didasarkan pada intuisi atau tekanan politis internal, bukan data objektif.

Dengan menguasai konsep-konsep tersebut, Anda akan memiliki kerangka berpikir finansial yang membantu menilai risiko secara lebih akurat dan memperkuat setiap rekomendasi dengan dasar analisis yang solid. 

Ini bukan hanya meningkatkan kualitas keputusan, tetapi juga meningkatkan kredibilitas Anda sebagai pemimpin dalam forum lintas fungsi.

Manfaat Finance for Non-Finance untuk Kinerja dan Pengambilan Keputusan

Ketika para manajer memahami dasar-dasar keuangan, mereka dapat melihat gambaran besar dan menghindari silo mindset.

Mereka tidak hanya fokus pada KPI fungsional, tetapi juga mempertimbangkan dampak strategis dari setiap aktivitas terhadap profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.

Harvard Business Review menyoroti bahwa perusahaan dengan eksekutif yang memiliki literasi finansial tinggi mampu membuat keputusan yang lebih cepat, akurat, dan berdampak. 

Ini karena mereka dapat mengintegrasikan perspektif bisnis dengan pemahaman angka yang relevan, sehingga proses alokasi sumber daya menjadi lebih efisien dan strategis.

Akhirnya, literasi keuangan juga meningkatkan kredibilitas Anda sebagai pemimpin. Dengan kemampuan membaca laporan keuangan dan berdiskusi secara kritis dengan departemen finance, Anda menunjukkan kematangan manajerial dan kesiapan untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam struktur organisasi.

Apakah Manajer di Perusahaan Anda sudah Melek Keuangan?

Kemampuan memahami laporan keuangan, menganalisis rasio, serta menilai kelayakan proyek melalui ROI akan memperluas perspektif strategis Anda, meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan, dan memperkuat peran Anda dalam mendorong pertumbuhan organisasi secara berkelanjutan.

Dalam era bisnis modern yang menuntut akurasi, akuntabilitas, dan kolaborasi lintas fungsi, penguasaan dasar-dasar keuangan bukan lagi sekadar keunggulan tambahan, melainkan kebutuhan mendesak bagi setiap manajer.

Tidak hanya untuk kepentingan unit kerja Anda, tetapi juga untuk keberhasilan bisnis secara keseluruhan.

Kini saatnya Anda mengambil langkah konkret untuk memperkaya kompetensi finansial Anda dan tim manajerial Anda. 

Dengan mengikuti Program Finance for Non-Finance Professional dari prasmul-eli, Anda akan dibekali pemahaman praktis dan terstruktur untuk berkontribusi lebih besar dalam setiap forum pengambilan keputusan strategis.

cover-artikel-putih.jpg
Tanpa Business Analysis Bisnis Anda Berjalan Tanpa Kompas
15 August 2025

Peran business analysis (BA) menjadi sangat krusial untuk membantu para pemimpin memahami kondisi bisnis secara menyeluruh, memetakan risiko, serta mengambil keputusan dengan presisi tinggi.

Apalagi di tengah gejolak ekonomi dan ketidakpastian pasar, keputusan bisnis yang tidak berbasis data kini menjadi taruhan yang terlalu mahal. Menurut artikel Harvard Business Review tahun 2023, sebanyak 82% kegagalan bisnis kecil dan menengah disebabkan oleh lemahnya pengelolaan arus kas, bukan oleh kurangnya ide, produk, atau peluang. 

Sementara itu, riset Deloitte tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya 12% CFO yang memiliki sistem deteksi krisis berbasis dashboard real-time. Data ini menyoroti satu fakta penting bahwa banyak organisasi masih buta arah saat membuat keputusan strategis.

Sebaliknya, perusahaan yang telah mengintegrasikan fungsi analisis bisnis dengan operasional menunjukkan ketahanan yang jauh lebih tinggi. 

Riset dari McKinsey tahun 2021 menemukan bahwa perusahaan yang berhasil menyatukan fungsi keuangan, teknologi, dan operasi memiliki resiliensi 30% lebih tinggi saat menghadapi disrupsi pasar.Ini bukan hanya soal efisiensi, melainkan soal kelangsungan bisnis di tengah tekanan yang tak henti-henti.

Artikel ini akan membawa Anda memahami lebih dalam bagaimana business analysis tidak lagi menjadi fungsi pendukung, tetapi telah bertransformasi menjadi pilar utama dalam pengambilan keputusan strategis. 

Melalui definisi, proses, hingga manfaatnya bagi level manajerial dan direksi, Anda akan mendapatkan gambaran utuh mengapa BA menjadi kompetensi inti di perusahaan masa depan dan bagaimana Anda dapat mulai mengimplementasikannya hari ini.

Tantangan Bisnis Modern dan Kebutuhan Business Analysis

Di tengah disrupsi teknologi, transformasi digital, dan persaingan global yang semakin ketat, kemampuan untuk memahami kebutuhan bisnis secara menyeluruh menjadi faktor kunci.

Banyak organisasi gagal bukan karena kekurangan sumber daya, tetapi karena ketidakmampuan dalam mengambil keputusan strategis berbasis data yang relevan dan akurat. 

Belum lagi permasalahan seperti kesulitan mengambil keputusan bisnis yang valid tanpa data yang valid, keterbatasan komunikasi lintas fungsi dalam organisasi, kesulitan adaptasi dengan perubahan pasar dan teknologi, dan masalah lainnya. Inilah permasalahan nyata yang dihadapi bisnis modern saat ini. 

Menurut laporan PMI Pulse of the Profession 2023, organisasi yang secara konsisten menerapkan praktik analisis bisnis (business analysis) menunjukkan tingkat keberhasilan proyek yang lebih tinggi dan mampu menyesuaikan diri lebih baik terhadap dinamika pasar.

Hal ini membuktikan bahwa business analysis tidak hanya penting, tetapi esensial bagi keberlangsungan bisnis.

Sebagai seorang pemimpin, Anda tentu menyadari bahwa kesalahan dalam menetapkan arah strategis atau merancang solusi bisnis dapat berdampak signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan. 

Di sinilah peran business analysis hadir sebagai jembatan antara tantangan yang dihadapi dan solusi yang relevan, terukur, serta berkelanjutan.

Definisi dan Konsep Business Analysis

Business analysis adalah disiplin ilmu yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada, baik dalam bentuk pengembangan sistem, proses bisnis baru, atau peningkatan kapabilitas organisasi.

Seorang business analyst bertugas untuk mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan menyampaikan rekomendasi berbasis bukti guna mendukung pengambilan keputusan.

Konsep utama dari BA mencakup pemahaman mendalam terhadap konteks bisnis, pemetaan kebutuhan pemangku kepentingan, analisis proses yang ada, serta perumusan solusi yang sesuai dengan tujuan strategis organisasi. 

Dalam konteks ini, BA menjadi fondasi bagi transformasi digital yang berorientasi pada hasil.

Menurut McKinsey Digital, perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip BA secara efektif memiliki peluang dua kali lebih besar untuk menciptakan keunggulan kompetitif berbasis teknologi dan data. 

Ini menunjukkan bahwa BA bukan hanya alat teknis, melainkan pendekatan strategis untuk menyelaraskan tujuan bisnis dan solusi teknologi.

Bagaimana Proses Business Analysis di Perusahaan

Proses business analysis umumnya terbagi menjadi beberapa tahapan utama, yang masing-masing memberikan kontribusi signifikan terhadap kualitas dan keberhasilan implementasi strategi.

  1. Identifikasi Masalah dan Peluang

Tahap pertama melibatkan pemahaman menyeluruh terhadap konteks bisnis, termasuk permasalahan yang sedang dihadapi dan peluang yang dapat dimanfaatkan. 

Pada tahap ini, seorang business analyst akan berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menggali perspektif yang beragam. 

Data awal yang diperoleh menjadi dasar untuk menetapkan ruang lingkup analisis lebih lanjut.

  1. Analisis Kebutuhan dan Pemangku Kepentingan

Setelah memahami konteks, analis bisnis akan memetakan kebutuhan yang ada, baik kebutuhan fungsional maupun non-fungsional. Di sini, pendekatan seperti stakeholder mapping dan kebutuhan bisnis (business requirements) menjadi alat penting untuk memastikan solusi yang dirancang benar-benar menjawab kebutuhan utama organisasi.

  1. Perumusan Solusi dan Rekomendasi

Berdasarkan kebutuhan yang telah diidentifikasi, analisis dilakukan untuk menentukan solusi terbaik. Solusi bisa berupa perubahan proses bisnis, implementasi teknologi, restrukturisasi organisasi, atau kombinasi dari ketiganya. Hasil analisis dituangkan dalam bentuk dokumen bisnis yang menyajikan insight, proyeksi dampak, dan rencana implementasi.

  1. Validasi dan Evaluasi

Sebelum solusi diimplementasikan, perlu dilakukan validasi terhadap asumsi dan metode yang digunakan. Tahap ini penting untuk menghindari bias, serta memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan layak diterapkan. Setelah implementasi, dilakukan evaluasi untuk mengukur efektivitas dan dampaknya terhadap tujuan bisnis yang telah ditetapkan.

Manfaat Strategis Business Analysis (BA) bagi Manajer dan Direktur

Business analysis memberikan manfaat yang sangat besar, khususnya bagi para manajer dan direktur yang bertanggung jawab dalam menetapkan arah strategis perusahaan. 

Pertama, BA memberikan kejelasan terhadap kompleksitas bisnis yang sering kali tersembunyi di balik data yang tersebar. Dengan pendekatan sistematis, Anda dapat memahami akar masalah yang sebenarnya dan tidak hanya gejalanya.

Kedua, BA membantu dalam pengambilan keputusan berbasis data. Seperti yang ditegaskan dalam Harvard Business Review, perusahaan yang menerapkan pengambilan keputusan berbasis data memiliki performa yang lebih tinggi dibandingkan kompetitornya. 

Dengan informasi yang valid dan analisis yang objektif, manajer dan direktur dapat mengambil langkah yang lebih terukur dan terhindar dari keputusan spekulatif.

Ketiga, BA memperkuat kolaborasi lintas fungsi dalam organisasi. Seorang business analyst tidak bekerja sendiri, melainkan menjadi penghubung antara tim teknologi, pemasaran, operasional, dan manajemen. 

Sinergi ini menciptakan pemahaman bersama terhadap tujuan organisasi dan mempercepat eksekusi strategi.

Sebagai pemimpin, Anda tidak hanya membutuhkan data, tetapi juga kemampuan untuk mengubah data tersebut menjadi strategi. Business analysis adalah jembatan yang menghubungkan kompleksitas operasional dengan arah strategis jangka panjang. 

Di tengah era digital ini, kemampuan tersebut menjadi pembeda antara organisasi yang stagnan dan yang terus tumbuh secara berkelanjutan.

Apakah Anda Sudah Melakukan Business Analysis yang Tepat untuk Menavigasi Tantangan Perusahaan?

Dalam dunia bisnis yang semakin kompleks dan kompetitif, kemampuan untuk membaca situasi dengan tajam, mengelola risiko secara proaktif, dan mengambil keputusan berbasis data bukan lagi sekadar keunggulan tetapi sebuah keharusan. 

Business analysis menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk menjawab tantangan tersebut dengan pendekatan yang terstruktur, kolaboratif, dan berorientasi pada hasil. 

Bagi Anda, para pemimpin bisnis, investasi pada kompetensi analitis tidak hanya akan meningkatkan efektivitas organisasi, tetapi juga membangun ketahanan jangka panjang dalam menghadapi disrupsi yang tidak terduga.

Jika Anda siap untuk memperkuat kapabilitas strategis Anda melalui pemahaman mendalam tentang business analysis, maka saatnya mengambil langkah konkret. 

Ikuti program Strategic Business Analysis dari prasmul-eli, sebuah program yang dirancang khusus untuk eksekutif dan manajer yang ingin mengintegrasikan analisis bisnis ke dalam proses pengambilan keputusan strategis secara efektif.

cover-artikel-putih.jpg
Bagaimana Supply Chain Program Dapat Mengoptimalkan Rantai Pasok dan Meningkatkan Profitabilitas
14 August 2025

Supply chain telah berevolusi menjadi komponen strategis yang menentukan daya saing, profitabilitas, dan kelangsungan bisnis.

Dalam lanskap bisnis yang semakin kompleks dan cepat berubah, efektivitas supply chain atau rantai pasok bukan lagi sekadar urusan operasional. 

Studi McKinsey tahun 2020 menunjukkan bahwa perusahaan dengan supply chain yang terintegrasi mampu meningkatkan margin keuntungan hingga 7%. 

Sementara itu, artikel Harvard Business Review tahun 2021 mengungkapkan bahwa 79% perusahaan yang telah mendigitalisasi rantai pasok mereka mengalami peningkatan signifikan dalam kepuasan pelanggan. 

Ini membuktikan bahwa supply chain management yang efektif bukan sekadar alat efisiensi, tetapi instrumen strategis yang langsung berdampak pada performa bisnis.

CEO dan manajer perusahaan kini harus memandang supply chain sebagai pengungkit pertumbuhan dan bukan hanya sebagai sistem logistik atau distribusi belaka.

Artikel ini membahas mengapa supply chain program adalah investasi strategis, bukan biaya operasional. 

Pembahasan ini akan membedah pengaruh langsung supply chain terhadap profit, tantangan utama dalam optimalisasi supply chain, dan bagaimana implementasi program supply chain yang tepat dapat menjadi penggerak pertumbuhan dan efisiensi.

Apa Pengaruh Efektivitas Supply Chain terhadap Profitabilitas Perusahaan?

Efisiensi dan efektivitas supply chain memiliki dampak signifikan terhadap profitabilitas. 

Sebuah studi dari McKinsey menyebutkan bahwa perusahaan dengan supply chain yang sangat efektif dapat mengurangi biaya operasional hingga 20% dan meningkatkan tingkat layanan pelanggan sebesar 15% hingga 25%.

Lebih dari itu, rantai pasok yang gesit (agile) dan tangguh (resilient) memberikan perusahaan keunggulan kompetitif. 

Harvard Business Review menggarisbawahi bahwa pergeseran menuju supply chain yang responsif dan digital memungkinkan perusahaan mengantisipasi permintaan, menyesuaikan inventaris, dan merespons gangguan pasar lebih cepat daripada pesaing.

Secara langsung, adanya program supply chain optimization membantu:

  • Mengurangi biaya inventaris dan penyimpanan.
  • Mempercepat perputaran barang dan arus kas.
  • Meminimalkan risiko kekurangan atau kelebihan pasokan.
  • Meningkatkan kepuasan dan retensi pelanggan.

Ketika semua elemen ini terintegrasi dengan baik, hasilnya adalah peningkatan margin keuntungan dan posisi pasar yang lebih kuat.

Tantangan yang Perusahaan Hadapi dalam Mengoptimalkan Supply Chain untuk Profitabilitas

Meski potensi supply chain sebagai motor penggerak profitabilitas semakin diakui, pelaksanaannya di lapangan tidaklah sesederhana teori. 

Banyak perusahaan, termasuk yang telah mapan, masih menghadapi berbagai kendala dalam mengelola rantai pasok secara optimal. 

Kesenjangan antara perencanaan strategis dan pelaksanaan operasional sering kali menjadi sumber inefisiensi, pemborosan biaya, dan hilangnya peluang pasar. 

Dalam lanskap bisnis modern yang penuh disrupsi, kelemahan kecil dalam supply chain dapat berkembang menjadi hambatan besar yang menggerus margin dan menurunkan daya saing.

Transformasi supply chain bukan hanya soal mengganti teknologi lama dengan yang baru. Hal itu menuntut perubahan menyeluruh dalam cara perusahaan mengakses informasi, berkolaborasi lintas fungsi, merespons risiko global, dan memanfaatkan data untuk pengambilan keputusan.

Menurut laporan dari McKinsey, Harvard Business Review, dan Deloitte, perusahaan-perusahaan yang berhasil menavigasi tantangan ini bukan hanya lebih efisien, tetapi juga lebih tangguh dan adaptif dalam menghadapi ketidakpastian.

Berikut adalah sejumlah tantangan utama yang perlu diatasi untuk memastikan supply chain benar-benar menjadi aset strategis yang meningkatkan profitabilitas.

1. Kurangnya Visibilitas End-to-End 

Banyak organisasi masih bergantung pada sistem legacy yang bekerja secara parsial di berbagai lini, sehingga menciptakan silo informasi dan menyulitkan integrasi antar unit.

Akibatnya, pemimpin bisnis tidak memiliki akses menyeluruh terhadap pergerakan barang, kapasitas pemasok, atau kondisi inventaris secara real-time. 

Ketika visibilitas terbatas, maka pengambilan keputusan pun menjadi reaktif dan sering kali berdasarkan asumsi, bukan data.

Kurangnya visibilitas ini tidak hanya memperlambat respons terhadap perubahan permintaan pasar, tapi juga meningkatkan risiko overstocking, stockout, dan biaya logistik yang tidak efisien. 

Untuk membangun visibilitas end-to-end, perusahaan perlu mengadopsi sistem digital supply chain yang terhubung dan menggunakan platform manajemen terpusat. 

Dengan begitu, rantai pasok bisa dipantau secara dinamis, sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat dan presisi.

2. Ketergantungan pada Proses Manual 

Di era digital, banyak perusahaan justru masih mengandalkan spreadsheet, email, atau input manual dalam menjalankan proses supply chain. 

Ini menyebabkan keterlambatan dalam pemrosesan data, minimnya akurasi informasi, serta meningkatnya risiko human error. 

Ketika pasar menuntut kecepatan dan ketepatan, proses manual menjadi penghambat utama fleksibilitas dan efisiensi operasional.

Laporan Deloitte menegaskan bahwa perusahaan yang tidak berinvestasi dalam otomatisasi supply chain lebih rentan terhadap gangguan dan ketidakstabilan. 

Automasi melalui teknologi seperti robotic process automation (RPA), artificial intelligence (AI), dan predictive analytics memungkinkan proses yang lebih cepat, akurat, dan scalable.

Implementasi teknologi ini harus dilihat bukan sebagai biaya tambahan, tetapi sebagai investasi strategis untuk keberlangsungan bisnis jangka panjang.

3. Gangguan Eksternal dan Risiko Global 

Pandemi COVID-19 menjadi titik balik penting dalam cara perusahaan memandang risiko supply chain. 

Gangguan pasokan bahan baku, penutupan pelabuhan, dan keterbatasan transportasi menimbulkan efek domino yang signifikan terhadap biaya dan ketersediaan produk.

Ditambah dengan krisis geopolitik dan bencana alam, perusahaan dihadapkan pada risiko global yang tidak bisa dihindari.

Risiko ini memperjelas pentingnya manajemen risiko dalam supply chain. Perusahaan harus mulai membangun ketahanan rantai pasok dengan melakukan diversifikasi pemasok, memiliki buffer stock strategis, dan menerapkan pendekatan berbasis skenario.

McKinsey bahkan menyarankan penerapan digital twin dan simulasi berbasis AI untuk memprediksi dan mengelola risiko secara proaktif. 

Supply chain modern tidak bisa lagi bergantung pada satu jalur distribusi atau satu wilayah geografis.

4. Kurangnya Integrasi Lintas Fungsi 

Optimasi supply chain tidak bisa dilakukan secara terisolasi. Sayangnya, di banyak perusahaan, fungsi-fungsi seperti procurement, produksi, penjualan, dan logistik masih berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi yang baik. 

Ini menyebabkan miskomunikasi, ketidaksesuaian jadwal produksi dan pengiriman, serta ketidakefisienan dalam penggunaan sumber daya.

Untuk menciptakan supply chain yang gesit dan efisien, integrasi lintas fungsi harus menjadi budaya kerja. 

Perusahaan perlu mendorong kolaborasi berbasis data, di mana seluruh unit bekerja dengan satu sumber kebenaran (single source of truth) dan metrik kinerja yang selaras. 

Platform digital terintegrasi dapat membantu menyatukan alur informasi dan mendorong koordinasi yang lebih dinamis antar fungsi. Ketika supply chain dikelola sebagai satu sistem terpadu, efisiensi dan profitabilitas meningkat secara signifikan.

5. Kendala Teknologi dan Kapabilitas Data 

Banyak organisasi yang menyadari potensi teknologi dalam optimasi supply chain. Namun, belum memiliki infrastruktur dan SDM yang memadai untuk mengimplementasikannya.

Tantangan ini meliputi keterbatasan sistem IT, kurangnya talenta digital, hingga budaya organisasi yang belum siap untuk perubahan berbasis data.

Padahal, teknologi seperti machine learning, Internet of Things (IoT), dan advanced analytics dapat memberikan insight mendalam untuk pengambilan keputusan yang lebih cerdas.

Misalnya, sistem prediksi permintaan berbasis AI dapat membantu perusahaan mengurangi kelebihan stok, mempercepat perputaran produk, dan menurunkan biaya penyimpanan. 

Untuk menghadapi tantangan ini, perusahaan perlu berinvestasi tidak hanya pada sistem, tetapi juga pada peningkatan kapabilitas tim dalam memahami, mengelola, dan memanfaatkan data secara strategis.

Bagaimana Supply Chain Program Dapat Mengoptimalkan Rantai Pasok dan Meningkatkan Profitabilitas

Menghadapi kompleksitas dan tantangan supply chain saat ini membutuhkan lebih dari sekadar perbaikan operasional. 

Diperlukan pendekatan strategis yang menyeluruh melalui supply chain program yang terstruktur dan berkelanjutan. 

Program ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan digitalisasi proses, memanfaatkan data secara cerdas, membangun ketahanan terhadap risiko global, hingga menciptakan efisiensi yang mendukung keberlanjutan.

Ketika teknologi seperti AI, IoT, dan digital twin digunakan untuk meningkatkan visibilitas dan pengambilan keputusan, supply chain tak lagi menjadi pusat biaya, melainkan motor penggerak profitabilitas dan keunggulan kompetitif.

Jika Anda ingin mengembangkan kemampuan untuk merancang dan mengimplementasikan program supply chain yang adaptif, efisien, dan selaras dengan tujuan bisnis jangka panjang, program Supply Chain Management di prasmul-eli adalah langkah tepat. 

Program ini dirancang untuk para profesional yang ingin membangun rantai pasok kelas dunia yang tidak hanya tahan terhadap disrupsi, tapi juga mampu mendorong pertumbuhan bisnis secara signifikan. 

Saatnya Anda menjadikan supply chain bukan hanya bagian dari operasional, tetapi fondasi strategis bisnis masa depan Anda.

cover-artikel-putih.jpg
Krisis Keuangan Selalu Dimulai dari Financial Management yang Buruk
14 August 2025

Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif dan dinamis, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kekuatan produk, strategi pemasaran, atau inovasi teknologi. Salah satu faktor penentu utama yang sering kali diabaikan adalah manajemen keuangan (financial management) yang strategis dan terintegrasi.

Menurut artikel Harvard Business Review tahun 2023, sebanyak 82% kegagalan bisnis kecil hingga menengah disebabkan oleh pengelolaan arus kas (cash flow) yang buruk. 

Ini bukan sekadar data, tetapi cerminan dari krisis sistemik dalam cara perusahaan memahami dan menjalankan fungsi keuangan.

Lebih lanjut, riset dari McKinsey tahun 2021 menunjukkan bahwa perusahaan yang berhasil mengintegrasikan fungsi keuangan dengan operasional memiliki tingkat resiliensi 30% lebih tinggi dalam menghadapi disrupsi pasar. 

Sayangnya, banyak perusahaan masih memisahkan fungsi keuangan dari strategi bisnis utama, menjadikannya sekadar urusan pencatatan atau pelaporan, bukan pengambilan keputusan strategis. Akibatnya, perusahaan sering kali merespons masalah keuangan hanya setelah terlambat.

Tidak kalah penting, Deloitte dalam laporannya tahun 2020 mencatat bahwa hanya 12% CFO yang memiliki sistem deteksi dini krisis keuangan berbasis real-time dashboard. 

Artinya, mayoritas perusahaan masih bersifat reaktif dalam mengelola risiko finansial. Hal ini membuka ruang bagi kegagalan strategis yang bisa dihindari jika sistem keuangan dibangun secara proaktif dan berbasis data.

Jangan Sampai Bisnis Bangkrut Karena Salah Kelola Keuangan, Padahal Penjualan Stabil

Salah satu kesalahan umum yang dilakukan banyak pemilik bisnis adalah menganggap bahwa profitabilitas otomatis berarti keberhasilan keuangan. 

Kenyataannya, banyak perusahaan yang terlihat sehat secara laporan laba rugi, namun kolaps karena tidak mampu mengelola arus kas dan kewajiban jangka pendeknya.

Krisis keuangan sering kali dimulai secara perlahan, mulai dari penundaan pembayaran vendor, keterlambatan gaji karyawan, hingga munculnya kebutuhan mendadak akan modal kerja yang tidak tersedia.

Tanpa sistem yang memungkinkan CFO atau tim keuangan untuk mengantisipasi kebutuhan ini, bisnis akan menghadapi tekanan likuiditas yang berujung pada keputusan darurat, seperti pemotongan biaya yang tidak strategis, peminjaman darurat, atau bahkan PHK yang tidak diinginkan.

Lebih dari itu, manajemen keuangan yang lemah menciptakan ketergantungan berlebihan pada intuisi, bukan data. 

Banyak pemimpin bisnis mengambil keputusan ekspansi, pengadaan, atau akuisisi tanpa memeriksa proyeksi cash flow dan ROI yang akurat. Hasilnya, bisnis bukannya tumbuh, tetapi justru melemah dari dalam.

Penyebab Umum Sistem Keuangan Perusahaan Tidak Terkelola dengan Baik

Salah satu penyebab utama kekacauan dalam sistem keuangan perusahaan adalah minimnya integrasi antara tim keuangan dengan divisi lainnya. 

Dalam banyak organisasi, tim finance hanya terlibat setelah rencana telah dibuat, bukan sejak awal proses perencanaan strategis. Padahal, tanpa partisipasi keuangan sejak awal, keputusan bisnis tidak memiliki fondasi data yang kuat.

Kelemahan lainnya terletak pada tidak adanya sistem keuangan berbasis indikator kinerja utama (KPI) yang selaras dengan tujuan bisnis jangka panjang. 

Misalnya, jika tim keuangan hanya fokus pada penghematan biaya tanpa mempertimbangkan investasi yang menghasilkan ROI tinggi, maka perusahaan dapat kehilangan peluang pertumbuhan yang seharusnya bisa dikejar.

Selain itu, teknologi keuangan yang usang dan proses manual masih menjadi hambatan besar dalam sistem manajemen keuangan banyak perusahaan. 

Tanpa sistem otomatisasi, proses keuangan menjadi lambat, rawan kesalahan, dan tidak dapat menyajikan data real-time untuk pengambilan keputusan cepat. 

CFO modern membutuhkan dashboard keuangan yang real-time dan prediktif, bukan laporan bulanan yang tertinggal dua langkah dari dinamika pasar.

Tanda-Tanda Bahaya yang Sering Diabaikan

Banyak tanda krisis keuangan yang sebenarnya bisa dideteksi lebih awal jika manajemen peka terhadap sinyal-sinyal berikut: 

Penurunan arus kas bersih meski omzet meningkat.

Ini biasanya menunjukkan masalah di sisi pengumpulan piutang, pembengkakan biaya, atau struktur biaya tetap yang tidak seimbang.

Peningkatan beban utang tanpa peningkatan produktivitas.

Jika DER (Debt-to-Equity Ratio) melonjak tetapi kontribusi pinjaman terhadap profitabilitas tidak signifikan, maka manajemen telah mengambil risiko tanpa kalkulasi finansial yang matang. Ini adalah bentuk klasik dari cash flow mismatch yang dapat membahayakan kelangsungan operasional.

Minimnya peran strategis CFO dalam rapat eksekutif.

CFO yang hanya hadir untuk menyampaikan laporan keuangan adalah tanda bahwa fungsi keuangan belum sepenuhnya menjadi mitra strategis CEO dan HR dalam perencanaan SDM, ekspansi, maupun efisiensi operasional. 

Dalam situasi ini, perusahaan rentan terhadap keputusan yang tidak berbasis data keuangan. Anda membutuhkan solusi strategis berbasis sistem keuangan yang lebih proaktif dan efektif untuk mengatasi permasalahan ini.

Solusi Membangun Sistem Manajemen Keuangan yang Proaktif dan Efektif

Langkah pertama dalam membangun sistem manajemen keuangan yang strategis adalah menjadikan fungsi keuangan sebagai mitra bisnis, bukan sekadar support system. 

CFO harus terlibat dalam setiap keputusan penting, dari rekrutmen hingga ekspansi pasar. Kolaborasi lintas fungsi memungkinkan strategi yang terintegrasi dan meminimalkan risiko finansial.

Kedua, perusahaan perlu mengimplementasikan sistem keuangan berbasis teknologi real-time. Dengan dashboard keuangan yang memantau cash flow, margin, ROI, dan rasio-rasio kritikal secara berkala, perusahaan dapat bergerak cepat merespons potensi krisis. 

Hal ini juga memungkinkan deteksi dini terhadap inefisiensi, kebocoran anggaran, atau penyimpangan dari proyeksi.

Ketiga, perusahaan harus mulai membentuk budaya keuangan di semua level manajerial. Artinya, setiap manajer, baik dari divisi operasional, pemasaran, maupun SDM, harus memiliki pemahaman dasar tentang implikasi keuangan dari keputusan mereka.

Ini dapat dicapai melalui program Finance for Non-Finance Managers, pelatihan internal, atau kemitraan dengan konsultan strategis.

Apakah Financial Management perusahaan Anda sudah sehat?

Di tengah dinamika pasar yang tidak menentu, disrupsi digital, dan tekanan kompetitif, manajemen keuangan bukan lagi sekadar fungsi administratif, tetapi fondasi kelangsungan dan pertumbuhan bisnis jangka panjang. 

CEO dan HR Manager perlu memastikan bahwa sistem keuangan perusahaan bersifat proaktif, terintegrasi, dan berorientasi pada keputusan strategis.

Dengan memahami peran strategis CFO, risiko dari arus kas negatif, serta sistem keuangan yang mendukung deteksi krisis secara real-time, perusahaan dapat memperkuat daya tahannya dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan. 

Jangan menunggu krisis datang untuk menyadari pentingnya sistem keuangan yang solid.

Kini, saatnya Anda mengevaluasi kembali sistem keuangan perusahaan Anda. Apakah sudah cukup kuat untuk mendukung strategi bisnis jangka panjang Anda? 

Jika belum, Program Pelatihan Bersertifikasi Financial Management dari prasmul-eli siap membantu Anda untuk menyiapkan para manajer yang melek keuangan sehingga langkah strategisnya tidak merugikan perusahaan.

cover-artikel-putih.jpg
Team Leadership sebagai Keterampilan Strategis untuk Membangun Tim yang Tumbuh Bersama Pemimpinnya
13 August 2025

Kemampuan memimpin tim atau team leadership bukan lagi sekadar keterampilan tambahan, melainkan menjadi fondasi utama dalam membangun organisasi yang berdaya saing tinggi dalam bisnis yang semakin kompleks dan penuh tekanan. 

Harvard Business Review menegaskan bahwa pemimpin yang mampu menciptakan psychological safety dapat meningkatkan performa tim hingga 27%. 

Riset McKinsey menguatkan bahwa tim yang dipimpin secara suportif memiliki tingkat engagement 39% lebih tinggi, sementara laporan Gallup tahun 2022 menyebutkan bahwa 70% variasi employee engagement ditentukan oleh manajer langsung.

Dalam konteks ini, team leadership tidak hanya penting untuk menjaga produktivitas, tetapi juga menjadi strategi jangka panjang dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat, adaptif, dan human-centered.

Melihat betapa pentingnya keterampilan team leadership, maka tidak ada salahnya untuk mengetahui cara melatih keterampilan team leadership dalam diri manajer.

Apa Itu Kemampuan Team Leadership?

Team leadership adalah pendekatan kepemimpinan yang menekankan kemampuan seorang pemimpin dalam membentuk, membimbing, dan memberdayakan tim secara kolektif untuk mencapai tujuan organisasi. 

Ini tidak hanya tentang mengarahkan, tetapi juga tentang menciptakan ruang kolaboratif yang sehat, adil, dan penuh kepercayaan. Dalam konteks pelatihan leadership modern, pendekatan ini menjadi alat transformasi mendalam yang menjawab kebutuhan dunia kerja saat ini yang agile, adaptif, dan human-centered.

Team leadership juga erat kaitannya dengan learning and development yang berkelanjutan, di mana pemimpin terus berkembang bersama timnya melalui refleksi, coaching, dan umpan balik konstruktif. 

Dalam banyak perusahaan progresif, coaching untuk leader tim kini menjadi bagian dari strategi inti untuk memastikan keselarasan antara pertumbuhan individu dan tujuan bisnis.

Setiap organisasi harus menjadikan team leadership sebagai prioritas dalam investasi learning and development. Ketika kepemimpinan bertransformasi dari kontrol ke pemberdayaan, dampak jangka panjang yang dihasilkan adalah kinerja tim yang meningkat, retensi karyawan yang lebih baik, serta budaya kerja yang lebih sehat dan adaptif.

Mengapa Team Leadership Penting untuk Perusahaan?

Banyak perusahaan menyadari bahwa sumber daya manusia adalah aset terbesar mereka. Namun, hanya sedikit yang benar-benar memaksimalkan potensi tim melalui kepemimpinan yang efektif. 

Training leadership untuk manajer seringkali hanya bersifat transaksional dan berbasis teori tanpa transformasi perilaku yang nyata. Padahal, investasi coaching dalam kepemimpinan tim terbukti mampu menciptakan dampak eksponensial.

Studi dari McKinsey menunjukkan bahwa perusahaan yang memprioritaskan pengembangan kepemimpinan tim memiliki performa bisnis yang lebih baik dalam jangka panjang. 

Hal ini disebabkan oleh keterlibatan karyawan yang lebih tinggi, inovasi yang lebih banyak, serta kemampuan adaptasi yang lebih kuat dalam menghadapi disrupsi.

Gallup menggarisbawahi bahwa engagement bukan sekadar tentang kesejahteraan, tetapi tentang sejauh mana karyawan merasa terhubung secara emosional dan profesional dengan pekerjaannya. 

Dan siapa yang paling memengaruhi keterhubungan itu? 

Jawabannya adalah manajer langsung. Maka dari itu, memperkuat peran pemimpin dalam membentuk tim adalah langkah strategis, bukan hanya operasional.

Pelatihan leadership yang difokuskan pada penguatan team leadership memberikan peluang bagi organisasi untuk membangun budaya kerja yang kolaboratif, menghargai keragaman, dan mendukung pertumbuhan individu. 

Dalam ekosistem seperti ini, performa tim bukan hanya meningkat, tetapi juga menjadi lebih berkelanjutan.

Karakteristik Pemimpin yang Memiliki Keterampilan Team Leadership

Sebagai pemimpin perusahaan, Anda tentu memahami bahwa pertumbuhan tidak dapat dipacu hanya melalui strategi bisnis atau inovasi produk semata. 

Faktor manusia menjadi elemen penentu dan kualitas kepemimpinan Anda terhadap tim adalah kuncinya. Team leadership bukan hanya tentang mengarahkan atau memberi instruksi, melainkan tentang menciptakan lingkungan kerja yang sehat, adil, dan produktif. 

Melalui pendekatan yang menggabungkan kejelasan arah, kepercayaan, coaching, serta kemampuan menerjemahkan visi strategis, seorang pemimpin mampu membangun tim yang tangguh dan berdaya saing tinggi. 

Inilah yang akan kita bahas lebih dalam melalui empat karakteristik utama yang membentuk pemimpin dengan keterampilan team leadership yang kuat.

1. Menyatukan Arah Tim (Clarity & Alignment)

Seorang pemimpin tim yang efektif tahu bagaimana menyatukan arah. Mereka tidak hanya menyampaikan target, tetapi juga menjelaskan konteks dan makna di balik setiap tujuan. 

Hal ini membantu anggota tim memahami peran mereka dalam gambaran besar dan menciptakan alignment yang kuat antara kerja harian dengan visi organisasi.

Dalam praktik pelatihan leadership, banyak manajer belajar bagaimana membentuk visi bersama, menyampaikan ekspektasi secara jelas, serta menciptakan struktur komunikasi yang mendorong keterbukaan. Tanpa kejelasan ini, tim mudah kehilangan arah dan mengalami konflik prioritas.

Team leadership yang baik menekankan pentingnya sense of purpose. Ini adalah fondasi keterlibatan emosional yang membuat anggota tim tidak sekadar bekerja karena kewajiban, tetapi karena keyakinan terhadap nilai dari apa yang mereka lakukan.

Kejelasan juga berarti konsistensi. Pemimpin harus mampu menjaga narasi strategis tetap utuh meskipun dalam kondisi penuh perubahan. Dengan begitu, tim memiliki jangkar yang kuat untuk tetap fokus di tengah dinamika pasar.

2. Membangun Kepercayaan & Psychological Safety

Menurut Harvard Business Review, psychological safety adalah faktor kunci dalam meningkatkan performa tim. Ketika anggota tim merasa aman untuk berbicara, mengambil risiko, dan menyampaikan opini tanpa takut dihakimi, mereka akan lebih inovatif dan kolaboratif.

Team leadership yang hebat dimulai dari niat untuk menciptakan kepercayaan. Ini mencakup tindakan-tindakan kecil seperti mendengarkan secara aktif, menghargai kontribusi setiap individu, serta bersikap transparan dalam pengambilan keputusan.

Pelatihan leadership yang efektif kini mencakup pembelajaran untuk membangun empati, kecerdasan emosional, dan keterampilan komunikasi yang inklusif. Tujuannya adalah menciptakan ruang kerja di mana setiap anggota merasa dihargai dan didengarkan.

Kepercayaan bukan sesuatu yang datang secara otomatis. Ini harus dibangun secara konsisten oleh pemimpin yang berintegritas dan mampu menunjukkan kerentanan secara sehat. 

Ketika pemimpin berani mengakui kesalahan dan terbuka terhadap umpan balik, mereka menumbuhkan budaya yang mendukung pembelajaran berkelanjutan.

3. Memberdayakan Potensi Karyawan melalui Coaching

Salah satu pergeseran besar dalam kepemimpinan modern adalah transformasi peran pemimpin menjadi coach. 

Artikel "The Leader as Coach" dari Harvard Business Review menyoroti pentingnya peran ini dalam membantu anggota tim menemukan solusi mereka sendiri, bukan hanya memberi instruksi.

Coaching dalam kepemimpinan tim bukan tentang menjadi pakar, tetapi tentang menjadi fasilitator pertumbuhan. Seorang pemimpin yang efektif tahu kapan harus bertanya alih-alih memberi jawaban, dan tahu bagaimana mendorong tim untuk berpikir kritis serta reflektif.

Dalam konteks learning and development, pelatihan leadership yang mengintegrasikan metode coaching terbukti lebih berhasil dalam menciptakan perubahan perilaku jangka panjang. 

Ini memperkuat kapasitas individu untuk mengambil kepemilikan atas pekerjaannya dan meningkatkan daya tahan mental.

Gallup menekankan bahwa gaya kepemimpinan berbasis coaching menghasilkan hubungan yang lebih bermakna antara manajer dan tim, serta meningkatkan loyalitas dan produktivitas secara signifikan. Ini adalah investasi dengan ROI yang sangat tinggi, terutama dalam lingkungan kerja yang kompetitif.

4. Menjadi Jembatan antara Visi Perusahaan dan Kerja Harian Tim

Team leadership bukan hanya tentang mengatur tim, tetapi juga menjadi penghubung strategis antara level eksekutif dan operasional. 

Pemimpin yang memahami visi perusahaan dan mampu menerjemahkannya ke dalam tindakan harian tim akan mendorong penyelarasan yang mendalam dan berkelanjutan.

Dalam pelatihan leadership, ini disebut sebagai kemampuan strategic translation, kemampuan untuk menghubungkan arah besar perusahaan dengan tugas-tugas harian tanpa kehilangan makna. Ini bukan hanya soal strategi, tetapi juga soal komunikasi dan empati.

Manajer yang mampu menjalankan peran ini secara efektif akan menjadi catalyst transformasi. Mereka membuat strategi terasa relevan, memotivasi tim melalui narasi yang kuat, dan menciptakan ownership yang tinggi terhadap hasil kerja.

Ketika pemimpin menjadi jembatan yang kuat, maka terjadi aliran informasi dua arah yang sehat yakni visi dari atas turun ke bawah dengan jelas, dan aspirasi dari bawah naik ke atas dengan penuh makna. Inilah kunci organisasi yang agile dan berorientasi masa depan.

Bagaimana Cara Mengasah Keterampilan Team Leadership?

Menjadi pemimpin tim yang efektif di era kerja modern membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan teknis, diperlukan pemahaman mendalam tentang team leadership yang mengedepankan kejelasan arah, kepercayaan, pemberdayaan, dan keterhubungan strategis.

Jika Anda ingin mengembangkan keterampilan ini secara praktis dan transformatif, ikuti Program Pelatihan Team Leadership: Becoming Flexible Leaders dari prasmul-eli

Program ini dirancang untuk membantu Anda menjadi pemimpin yang adaptif, kolaboratif, dan berdampak nyata bagi tim serta organisasi.

Program ini menjadi jawaban untuk mengasah keterampilan team leadership manajer perusahaan Anda.

cover-artikel-putih.jpg
6 Rekomendasi Pelatihan Online Bersertifikat yang Cocok untuk Meningkatkan Performa Karyawan
13 August 2025

Performa karyawan dalam pekerjaannya akan memberikan dampak pada kinerja perusahaan. Untuk menguasai keterampilan tertentu yang menunjang kinerja perusahaan, terkadang dibutuhkan sertifikasi keterampilan yang sekarang ini bisa diperoleh melalui pelatihan online bersertifikat. 

Perusahaan yang fokus pada peningkatan keterampilan karyawan akan memetik buahnya dari performa yang dihasilkan. Hal ini dikuatkan dalam sebuah survei dari McKinsey pada tahun 2024. 

Dalam hasil survei McKinsey menyebutkan bahwa perusahaan yang fokus pada kesehatan organisasi dan performa karyawan memiliki peluang 4,2 kali lebih besar untuk mengungguli pesaingnya, dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan 30% lebih tinggi dan tingkat turnover 5% lebih rendah. 

Dengan berinvestasi pada pengembangan keterampilan karyawan maka perusahaan sudah berinvestasi pada inovasi baru. 

Dalam menjalankan perusahaan, ada keterampilan yang membutuhkan pengakuan dari lembaga yang sudah dipercaya atau orang mengenalnya dengan sertifikasi. Sertifikat yang dimiliki karyawan akan meningkatkan kredibilitasnya dan menunjukkan bagaimana kapabilitasnya. 

Jika perusahaan Anda mendukung karyawan untuk meningkatkan keterampilan dengan sertifikasi melalui pelatihan online, maka ini rekomendasinya. 

Kriteria Pelatihan Online Bersertifikasi Yang Ideal Untuk Korporasi

Pemilihan penyedia pelatihan online yang bersertifikat menjadi penting, karena tentunya perusahaan ingin mendapatkan hasil terbaik. 

Berikut ini kriteria yang bisa Anda tetapkan ketika mencari vendor yang ideal untuk perusahaan Anda. 

  1. Mutu Sertifikasi dan Akreditasi Resmi 

Vendor harus memiliki sertifikasi kualitas seperti ISO 9001 atau akreditasi dari lembaga resmi yang diakui nasional dan internasional, memastikan standar pelatihan yang konsisten dan terpercaya.

  1. Mempunyai Reputasi dan Kredibilitas yang Bisa Dipertanggungjawabkan

Vendor penyedia pelatihan memiliki track record kuat dan reputasi baik, serta sudah dipercaya oleh perusahaan-perusahaan besar atau pemimpin industri yang relevan dengan bisnis kami. Atau sudah memiliki dampak yang terukur dari pelatihan online-nya. 

  1. Kurikulum Pelatihan Memiliki Relevansi dengan Konteks Perusahaan

Apakah materi pelatihan memiliki materi yang up-to-date dengan tren dan praktik yang terjadi di perusahaan dan industri terkait? Apakah pelatihan hanya mencakup aspek teori dan praktik yang aplikatif? 

  1. Durasi dan Fleksibilitas Waktu

Karena terbatas waktu, apakah pelatihan dan sertifikasinya bisa fleksibel? Berapa lama proses sertifikasi dan mendapatkan sertifikatnya? 

  1. Proses Ujian dan Standar Evaluasi

Pertimbangkan bagaimana bentuk ujian atau evaluasi kompetensi untuk mendapatkan sertifikatnya. Apakah evaluasi secara online, tertulis, proyek, wawancara atau metode lainnya. 

  1. Masa Berlaku dari Sertifikat

Hal ini perlu diperhatikan juga. Ada program sertifikasi yang sertifikatnya berlaku hanya dalam lima tahun saja dan perlu diperbaharui. Ada yang sertifikatnya berlaku seumur hidup. Pertimbangkan pro dan kontranya. 

Rekomendasi Pelatihan Online Bersertifikat Untuk Meningkatkan Performa Bisnis

Penemuan dari LinkedIn Learning dalam laporan Workplace Learning Report 2025 menyatakan bahwa pertumbuhan karyawan melalui pembelajaran dan pengembangan karier akan mendorong pertumbuhan perusahaan. 

Selain mendorong pertumbuhan perusahaan, maka akan juga mendukung peningkatan produktivitas dan inovasi bisnis. 

Dalam perusahaan terdapat berbagai macam departemen yang memiliki kebutuhan pembelajaran yang berbeda-beda. Sehingga departemen learning & development perlu mencari vendor pelatihan baik online maupun offline yang menawarkan beragam materi seputar bisnis. 

Bila Anda masih mencari rekomendasi pelatihan bersertifikat apa saja yang perlu diinvestasikan untuk karyawan perusahaan, maka berikut ini daftarnya. 

  1. Program Sertifikasi General Business Management

Dalam program ini peserta akan belajar meliputi konsep fundamental manajemen bisnis, analisis SWOT, pengelolaan sumber daya manusia dan finansial, pengambilan keputusan strategis, hingga pengembangan model bisnis. Program ini mengajarkan bagaimana mengelola operasional dan strategi perusahaan secara efektif.

Siapa yang memerlukan program sertifikasi ini? Mereka para profesional yang baru menjabat sebagai manajer, calon manajer, atau individu yang ingin memperluas pengetahuan manajerial mereka secara menyeluruh.

Tujuan dari program ini adalah membekali peserta dengan kemampuan untuk merancang strategi bisnis yang efektif, mengelola sumber daya perusahaan, dan menghadapi tantangan bisnis dengan solusi tepat.

  1. Program Sertifikasi Marketing

Untuk profesional pemasaran, manajer produk, dan individu yang ingin mendalami pemasaran digital dan teknik pemasaran terkini maka program sertifikasi marketing adalah program yang cepat. 

Peserta akan belajar dan fokus pada strategi pemasaran modern, pemasaran digital, riset pasar, branding, komunikasi pemasaran, serta pengelolaan kampanye pemasaran berbasis data dan analitik.

Harapannya dengan mengikuti program sertifikasi ini dapat meningkatkan keterampilan dalam menyusun strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan brand awareness, customer engagement, dan konversi penjualan.

  1. Program Sertifikasi Financial

Keterampilan tentang keuangan bukan hanya milik departemen keuangan saja. Para manajer dan pemimpin departemen pun perlu memiliki keterampilan keuangan. 

Dalam program sertifikasi ini peserta akan belajar untuk manganalisis laporan keuangan, pengelolaan anggaran, perencanaan keuangan, manajemen risiko, serta pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan.

Dampaknya ketika sudah paham tentang manajemen keuangan, para peserta bisa untuk mengelola keuangan perusahaan dengan tepat, membuat keputusan finansial strategis, serta mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

  1. Program Sertifikasi Human Resources

Agar proses pembangunan budaya perusahaan menjadi lebih humanis lagi, para profesional HR, manajer lini, dan praktisi yang bertanggung jawab mengelola sumber daya manusia perlu untuk mengambil sertifikasi human resources.

Dengan mengikuti program sertifikasi ini peserta dapat memperkuat kemampuan dalam mengelola karyawan secara efektif dan strategis, meningkatkan engagement dan produktivitas SDM.

Materi yang akan dipelajari meliputi rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan SDM, manajemen kinerja, kompensasi dan benefit, serta hukum ketenagakerjaan.

  1. Program Sertifikasi Operations

Jika rantai pasok sebuah produk terkendala maka akan berimbas pada pendapatan perusahaan. Untuk itu manajer operasi, supervisor produksi, dan staf operasional perlu mengambil program sertifikasi operations.

Dampaknya dengan mengikuti program sertifikasi ini peserta dapat meningkatkan kemampuan peserta dalam mengelola operasi perusahaan secara efisien untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Materi yang akan peserta pelajari adalah manajemen rantai pasok, perencanaan produksi, kontrol kualitas, manajemen proses, serta peningkatan efisiensi operasional.

  1. Program Sertifikasi Strategy

Bagi eksekutif senior, manajer strategis memiliki pemikiran visioner dan strategis sangat dibutuhkan. Untuk itu, mereka perlu terus belajar dan meningkatkan keterampilannya. 

Dengan mengikuti program sertifikasi strategy peserta seperti eksekutif senior, manajer strategis dapat meningkatkan kemampuan analitis dan strategis untuk mengarahkan perusahaan menuju pertumbuhan dan keberlanjutan.

Dalam sertifikasi ini peserta belajar tentang formulasi dan implementasi strategi, analisis pasar dan pesaing, pengambilan keputusan strategis, serta manajemen perubahan.
 

Pelatihan Online Bersertifikat Apa Yang Sedang Perusahaan Anda Butuhkan?

Perusahaan Anda bisa jadi butuh enam program sertifikasi tersebut. Namun, tentunya perlu untuk mengalokasikan kebutuhan dengan training need analysis terlebih dahulu. 

Keenam rekomendasi pelatihan online bersertifikat yang disebutkan diatas, terdapat di program sertifikasi prasmul-eli. 

Pelatihan tersebut bisa dilakukan secara online atau pun in-house, dengan fleksibilitas yang dapat disesuaikan dengan jadwal dan kebutuhan perusahaan Anda.

Dari enam rekomendasi tersebut, pelatihan apa yang sedang perusahaan Anda butuhkan?

cover-artikel-putih.jpg
Mengapa Pelatihan Online dari prasmul-eli Menjadi Pilihan Perusahaan Terkemuka di Indonesia?
12 August 2025

Sebanyak 69% organisasi melaporkan peningkatan aktivitas pelatihan selama pandemi dibandingkan saat krisis berdasarkan riset dari McKinsey tahun 2021. Pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan online dengan situasi yang ada saat itu.

Apakah pasca pandemi pelatihan online masih dibutuhkan oleh perusahaan? Nyatanya, masih. 

Pelatihan online memberikan keuntungan bagi perusahaan dari sisi waktu, karyawan masih bisa mengikut pelatihan sembari tetap datang ke tempat kerja. Dari sisi biaya pun lebih efisien dibandingkan pelatihan secara tatap muka. 

Adanya pelatihan online membuat karyawan yang ingin upskilling atau pun reskilling merasa terpenuhi kebutuhannya. Karena tentunya mereka bisa lebih fleksibel untuk mengikuti pelatihan secara daring tanpa memerlukan banyak mobilitas. 

Perusahaan yang terus memfasilitasi karyawannya untuk mengikuti pelatihan adalah ciri perusahaan tersebut memperhatikan pertumbuhan sumber daya manusia di dalamnya.

Dalam LinkedIn Report 2025 pun menyatakan bahwa organisasi atau perusahaan yang memprioritaskan pengembangan karir karyawan menunjukkan hasil bisnis yang lebih baik, termasuk meningkatkan retensi karyawan dan mobilitas internal. 

Apalagi saat ini dengan masuknya multigenerasi seperti Generasi Z, mereka sangat pemilih untuk menentukan perusahaan mana yang akan ia lamar. Dan prioritas utamanya adalah bagaimana lingkungan perusahaan dan apakah perusahaan bisa memfasilitasi mereka untuk bertumbuh. 

Untuk itu, dengan memfasilitasi karyawan mengikuti pelatihan baik secara online maupun offline bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi karyawan.

Pelatihan online yang bisa perusahaan Anda pilih adalah pelatihan online yang ada di prasmul-eli. 

Pelatihan online prasmul-eli mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki oleh vendor pelatihan lainnya. 

Permasalahan Umum yang Dihadapi Ketika Memilih Pelatihan Online

Setelah melakukan training need analysis, departemen human resources atau pun learning and development akan menentukan vendor pelatihan mana yang bisa memenuhi kebutuhan perusahaan. 

Namun, itu bukan berarti mereka tidak menemui kendala. Berikut ini beberapa kesulitan yang dialami dalam memilih vendor pelatihan online.

  1. Kredibilitas dan Kualitas Materi Pelatihan

Sulit untuk memastikan apakah vendor benar-benar menyediakan konten materi pelatihan yang terbaru, relevan, berbobot, dan sesuai dengan konteks kebutuhan perushaan.

  1. Kesesuaian dengan Kebutuhan Spesifik Perusahaan

Vendor sering menawarkan paket standar yang kurang fleksibel, sehingga membuat perusahaan kesulitan menyesuaikan materi dengan tantangan dan tujuan bisnis spesifik organisasi.

  1. Pengalaman dan Kapabilitas Instruktur

Instruktur menjadi kunci penting suksesnya pelatihan online. Hal lain yang susah adalah memastikan bahwa instruktur yang terlibat kompeten dan mampu menyampaikan materi secara interaktif dan efektif secara online. 

  1. Kualitas Teknologi dan Platform yang Digunakan

Apakah vendor pelatihan bisa memastikan platform pelatihannya mudah diakses, stabil, interaktif, dan menyediakan fitur monitoring progres pelatihan peserta secara lengkap. 

  1. Budget dan Transparansi Biaya 

Biaya terkadang menjadi hal yang dipertimbangkan perusahaan. Apakah biaya yang dikeluarkan akan selaras dengan nilai yang vendor berikan dan tidak ada biaya yang tersembunyi. 

  1. Dukungan Layanan Pasca Pelatihan

Setelah pelatihan biasanya peserta masih perlu menyerap kembali apa yang diajarkan. Namun, jika vendor tidak memberikan dukungan layanan pasca pelatihan seperti konsultasi, mentoring, atau semacamnya maka akan membuat materi yang dibingungkan tidak terjawab. 

Keunggulan Strategis Pelatihan Online prasmul-eli

Tantangan yang dihadapi perusahaan dalam memilih vendor pelatihan online akan terjawab jika mereka memilih pelatihan online dari prasmul-eli. 

Apa saja yang membuat perusahaan harus mempertimbangkan pelatihan online dari prasmul-eli?

  1. Kredibilitas Terjamin dengan Pengalaman Lebih dari 40 Tahun dalam Pengembangan SDM

Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, prasmul-eli telah menjadi mitra terpercaya bagi banyak perusahaan nasional, multinasional, hingga lembaga pemerintah dalam mengembangkan sumber daya manusia. 

prasmul-eli menawarkan berbagai program, termasuk program pelatihan publik, pelatihan yang bisa disesuaikan, dan layanan konsultasi untuk organisasi.

  1. Didukung oleh Yayasan Prasetiya Mulya dan Pemimpin Bisnis Terkenal

Lembaga prasmul-eli berada di bawah naungan Yayasan Prasetiya Mulya, yang didirikan oleh sekelompok pemimpin bisnis terkemuka Indonesia. Hal ini menunjukkan fondasi yang kuat dan kredibilitas tinggi dalam dunia pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. 

  1. Pendekatan Pembelajaran Terintegrasi dan Berbasis Praktik

Pelatihan online bukan berarti tidak bisa tanpa praktik. Program pelatihan di prasmul-eli dirancang untuk mencakup semua aspek manajemen bisnis, menggunakan kombinasi metode pengajaran seperti ceramah, studi kasus, seminar, diskusi kelompok, dan juga tugas kelompok.

  1. Memiliki Metode Pembelajaran Synchronous Online Learning (SOL)

Meskipun dilaksanakan secara online, prasmul-eli menerapkan metode SOL yang memungkinkan peserta untuk tetap melakukan diskusi aktif, mendapatkan umpan balik, dan berinteraksi secara real-time dengan pengajar dan peserta lainnya. Hal ini memastikan proses pembelajaran tetap dinamis dan interaktif.  

  1. Fleksibilitas dalam Penyesuaian Program untuk Perusahaan

Program pelatihan online dari prasmul-eli dapat diimplementasikan dalam bentuk program in-house yang bisa memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk mengembangkan sejumlah karyawannya dalam topik atau kelas tertentu. 

Perusahaan dapat mengatur jadwal, tempat, dan kebutuhan spesifik mereka untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal bagi karyawan

  1. Layanan Pengembangan Manusia dan Organisasi yang Komprehensif

prasmul-eli menyediakan layanan yang mencakup seluruh aspek pengembangan SDM dan organisasi dari hulu ke hilir, yang berarti tidak hanya pelatihan individu, tetapi juga pengembangan organisasi secara menyeluruh. Hal ini mendukung pencapaian tujuan bisnis secara strategis. 

  1. Jaringan Kerjasama dengan Institusi Terpercaya Nasional dan Internasional

Lembaga prasmul-eli menjalin kemitraan dengan berbagai institusi ternama dan terpercaya, baik di dalam maupun luar negeri, yang memperkuat kualitas, jaringan, dan akses pembelajaran berstandar global.

  1. Kualitas Terjamin dengan Sertifikasi ISO 9001:2015

Sejak bulan Juli 2024, program publik prasmul-eli telah tersertifikasi ISO 9001:2015 yang merupakan sertifikasi jaminan mutu internasional. Ini menandakan sertifikasi ini menjamin bahwa prasmul-eli mampu memberikan pelatihan dengan kualitas terbaik secara konsisten. 

 

Tingkatkan Kualitas SDM Perusahaan Anda dengan Pelatihan Online di prasmul-eli

Mengapa banyak perusahaan terkemuka dan yang merupakan pemimpin pasar mempercayakan pelatihan dari prasmul-eli? Jawabannya tentu pada kredibilitas yang sudah tidak bisa dipertanyakan lagi.

Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, program pelatihan prasmul-eli dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kompetensi karyawan secara efektif dan berkelanjutan.

Jika Anda mencari pelatihan online yang memfasilitasi kebutuhan bisnis secara holistik maka prasmul-eli adalah jawabannya. 

Bertumbuhlah menjadi perusahaan yang terus mengedepankan nilai pembelajaran di dunia yang penuh disrupsi ini. 

cover-artikel-putih.jpg
Bagaimana Assessment Center Menjadi Solusi Pengembangan Talenta yang Bebas Bias dan Lebih Objektif?
12 August 2025

“Mengapa dia yang dipromosikan, bukan saya, padahal saya lebih rajin daripada dia?” Pertanyaan klasik seperti ini bisa mengganggu produktivitas jika proses pengembangan talenta masih sarat subjektivitas dan bias. Untuk meminimalkan tudingan semacam itu, perusahaan perlu berinvestasi pada program assessment center yang objektif dan terstruktur.

Dengan fokus mengembangkan talenta berdasarkan evaluasi yang valid maka karyawan merasa diperlakukan adil. Sehingga mengurangi resiko kehancuran moral tim apabila pengembangan talenta tidak berdasarkan data yang objektif. 

Tidak sepenuhnya perusahaan yang ada, masih bias melakukan pengembangan talentanya. Menurut laporan McKinsey dalam The State of Organization 2023, mencatat bahwa 43% responden menyatakan organisasi mereka telah berfokus pada peningkatan transparansi dalam proses promosi dan kompensasi.

Fakta dari McKinsey tersebut menyiratkan dua hal, pertama sudah sekitar 43% perusahaan yang mulai transparan dan sisanya masih mengalami hambatan untuk meningkatan transparansi dalam promosi dan kompensasi. 

Dalam artikel ini akan membahas bagaimana adanya investasi pada program assessment center bisa menjadi solusi pengembangan talenta, promosi, dan kompensasi yang bebas bias dan lebih objektif. 

Apa Itu Assessment Center?

Untuk menentukan seorang karyawan layak untuk mendapatkan promosi atau kompensasi, perusahaan perlu menggunakan alat evaluasi yang terukur sehingga tidak menimbulkan bias. 

Solusi yang bisa digunakan adalah dengan bekerja sama dengan lembaga yang menyediakan assessment center sesuai dengan kebutuhan. 

Assessment center adalah sebuah metode penilaian berbasis simulasi yang menilai perilaku, kompetensi individu dalam berbagai situasi yang dibuat menyerupai kondisi kerja yang nyata. 

Apa bedanya dengan tes psikologi? Tes psikologi lebih bersifat individual dan teoritis, berbeda dengan assessment center yang menggunakan pendekatan multi-metode dan juga multi-asesor untuk menggali performa aktual seseorang di tempat kerja. 

Assessment center bisa disesuaikan dan dirancang untuk menilai berbagai kompetensi yang dimiliki karyawan seperti:

  • Kepemimpinan
  • Komunikasi interpersonal
  • Manajemen konflik
  • Kemampuan analitis
  • Pengambilan keputusan
  • Teamwork dan kolaborasi
  • Ketahanan terhadap tekanan

Kompetensi yang akan dinilai akan ditentukan terlebih dahulu melalui job competency profiling.

Apa Saja Metode dalam Assessment Center?

Metode dalam assessment center akan berbeda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Karena bukan sebuah tes psikologi dan lebih ke simulasi maka berikut ini beberapa metode yang biasa digunakan.

  1. Simulasi Situasi Kerja Nyata (Role Play & In-Basket Exercise)

Peserta asesmen akan dihadapkan pada skenario kerja yang menyerupai tantangan nyata, seperti menangani konflik tim, membuat keputusan strategis, atau mengelola beban kerja kompleks. Tujuan dari simulasi ini adalah untuk menilai bagaimana peserta merespons tekanan, mengambil keputusan, dan berinteraksi dalam konteks profesional.

  1. Diskusi Kelompok Tanpa Pemimpin (Leaderless Group Discussion)

Dalam metode ini, peserta akan dibagi dalam kelompok kemudian diberikan tugas bersama tanpa penunjukan siapa yang akan memimpin kelompok. 

Asesor mengamati dinamika kelompok, kontribusi individu, kemampuan berargumentasi, dan keterampilan kerja sama tim. Adanya diskusi kelompok ini dapat membantu mengidentifikasi potensi kepemimpinan dan kemampuan interpersonal peserta.

  1. Wawancara Berbasis Kompetensi

Proses wawancara ini dirancang untuk menggali pengalaman masa lalu peserta yang relevan dengan kompetensi yang dinilai. Pertanyaan wawancara bisa fokus pada situasi spesifik, tindakan yang diambil, dan hasil yang dicapai untuk memberikan wawasan tentang perilaku dan pola pikir peserta dalam konteks kerja. 

  1. Tes Psikometrik dan Inventori Kepribadian

Tes ini digunakan untuk menilai aspek kognitif dan kepribadian peserta, seperti kemampuan analitis, gaya kerja, dan kecocokan dengan budaya organisasi. Hasil dari tes ini memberikan data tambahan yang mendukung penilaian keseluruhan terhadap peserta. 

  1. Observasi oleh Beberapa Asesor

Setiap peserta dinilai oleh beberapa asesor independen untuk memastikan objektivitas dan mengurangi bias. Asesor mencatat perilaku peserta selama berbagai aktivitas, kemudian mendiskusikan temuan mereka untuk mencapai konsensus dalam penilaian akhir. 

  1. Integrasi Data dan Penyusunan Laporan Komprehensif

Data dari berbagai metode dikompilasi untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang kekuatan, area pengembangan, dan potensi peserta. Laporan ini menjadi dasar untuk pengambilan keputusan dalam rekrutmen, promosi, atau pengembangan karyawan. 

  1. Pemberian Umpan Balik (Feedback)

Peserta menerima umpan balik konstruktif mengenai hasil assessment mereka.Ini membantu peserta memahami persepsi terhadap kinerja mereka dan memberikan arahan untuk pengembangan pribadi dan profesional.

Manfaat Assesment Center Bagi Perusahaan

Metode assesment yang beragam memberikan banyak manfaat utama bagi perusahaan seperti:

  1. Meningkatkan objektivitas karena menggunakan banyak asesor dan metode, sehingga hasilnya lebih akurat dan adil.
  2. Hasilnya bisa diprediksi dan memberikan gambaran nyata terhadap potensi dan kinerja karyawan di masa depan. 
  3. Membantu identifikasi talent yang berguna untuk talent pool, succession planning, hingga promosi jabatan. 
  4. Membantu proses pengembangan individu seperti menghasilkan insight mendalam tentang kekuatan dan area pengembangan seseorang. 

Dari manfaat yang disebutkan diatas, maka assesment center menjadi solusi yang tepat untuk pengembangan talenta yang bebas bias dan lebih objektif. 

Kapan Sebaiknya Perusahaan Anda Menggunakan Assessment Center?

Waktu yang bisa perusahaan Anda jadwalkan untuk menggunakan assessment center adalah pada saat berikut ini:

  • Saat proses rekrutmen untuk jabatan strategis.
  • Promosi jabatan atau mutasi internal.
  • Talent review untuk mengidentifikasi high potential employees.
  • Bisa digunakan saat developmental assessment untuk perencanaan program pelatihan yang terpersonalisasi. 

Tingkatkan Sistem Pengembangan Bakat Perusahaan Anda Bersama Public Assessment Center prasmul-eli

Tantangan bisnis yang terus berkembang di era disrupsi ini mendorong perusahaan untuk mencari cara yang objektif, terpercaya, dan strategis dalam menilai potensi dan kompetensi karyawannya. 

Jika perusahaan Anda mencari lembaga penyedia assessment center yang reliabel maka program public assessment center prasmul-eli adalah solusi yang tepat dan efektif.

Program public assessment center ini menggabungkan aspek psikologi serta pengembangan generik yang relevan dengan kebutuhan organisasi saat ini. 

Menariknya, metode asesmennya tersedia untuk semua level jabatan baik level operasional, manajerial, maupun strategis. 

Assessment bisa dilakukan secara virtual atau hybrid dengan berbagai simulasi realistis yang mencerminkan tantangan sehari-hari di tempat kerja. 

Program public assessment center tidak hanya menilai kemampuan teknis, tetapi juga meliputi digital literacy, analisis, adaptabilitas, dan kepemimpinan strategis, tergantung pada level jabatan peserta. 

Nantinya peserta bisa mendapatkan sesi personalized feedback untuk membahas kekuatan dan area pengembangan secara mendalam. 

Mari terus tingkatkan pengembangan talenta di perusahaan Anda yang bebas bias, objektif, shingga bisa menunjang performa kinerja perusahaan.