Mengelola Kegagalan

16 November 2022

Sebuah kalimat klasik yang mungkin kita anggap klise, tapi pernahkah anda mencoba untuk menghitung berapa banyak kegagalan dalam hidup ini yang pernah anda hadapi? Kalau kita mau merenungi dan mencoba untuk melakukan kilas balik perjalanan hidup kita, bisa jadi kita akan tersadar bahwa untuk sampai di posisi saat ini, paling tidak kita pernah dihadapkan pada suatu kegagalan sebelum akhirnya kita bisa mencapai suatu keberhasilan. 

Kalau anda pernah menonton film inside out yang diproduksi oleh Walt Disney Pictures dan Pixar Animation Studio, disitu kita bisa mempelajari bahwa kehadiran Joy sangat dipengaruhi oleh adanya Sadness, dengan adanya kesedihan maka seseorang justru bisa menemukan makna dari kebahagiaan, asalkan Ia bisa melewati kesedihannya dengan baik.

Sama halnya dengan kegagalan, ketika kita mengalami kegagalan, bermacam emosi dapat muncul seperti marah, sedih, menyesal, dan lain sebagainya tergantung mana yang muncul terlebih dahulu sesuai dengan konteks kegagalan yang kita alami. Namun demikian, ketika kita meluangkan waktu untuk meresapi, memahami, dan melakukan introspeksi diri secara positif serta melakukan analisa dan evaluasi terhadap kegagalan tersebut, bukan tidak mungkin kita akan menemukan insight, motivasi, serta pencerahan lainnya yang justru akan membuat kita menjadi lebih kuat, atau bahkan lebih baik dari sebelumnya. 

Sebagai contoh, ketika anda mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan assessment center untuk tujuan mapping atau promosi, idealnya anda akan mendapatkan feedback terhadap hasil assessment tersebut. Ketika anda mendapatkan feedback dan mengetahui bahwa ternyata masih banyak kompetensi anda yang masuk kategori area yang perlu dikembangkan, pada dasarnya anda akan memiliki beberapa pilihan respon terhadap hasil tersebut, misalnya:

  1. Anda menerima hasil tersebut dan bersedia untuk melakukan refleksi serta introspeksi diri berdasarkan hasil feedback yang diberikan, 

  2. Anda merasa gagal dan mencari pembelaan ataupun pembenaran dengan melakukan penyangkalan terhadap pemberi feedback atau siapapun bahwa seharusnya hasil assessment anda tidak seperti itu.  

Bisa saja anda merasa bahwa memiliki banyak kompetensi yang berada di area pengembangan adalah merupakan sebuah kegagalan, namun di sisi lain, dengan adanya area yang perlu dikembangkan tadi, maka anda diberikan kesempatan untuk berkembang dengan berusaha dan mengupayakan diri untuk menjadi lebih baik dan efektif pada kompetensi tersebut. Maka ketika anda dihadapkan pada situasi seperti itu, anda sendiri yang akan memilih kuncinya. Apakah anda mau membuka pintu menuju diri sendiri yang lebih baik, atau meratapi hasil dengan melihat area pengembangan sebagai sebuah kegagalan, lalu kemudian menyalahkan diri sendiri atau lingkungan atas kegagalan yang anda dapat, tanpa memikirkan potensi pengembangan diri kearah yang lebih baik.

Menjadi lebih baik adalah sebuah proses, dan terkadang kegagalan ikut andil di dalamnya, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menerima kegagalan itu secara positif dan berjiwa besar. Belajar untuk mengelola kegagalan menjadi sebuah energi yang mampu memicu semangat serta dorongan motivasi untuk selalu mencapai hasil yang lebih baik kedepannya.

 

Artikel ditulis oleh Gardhika Waskita - Resident Assessor prasmul-eli

Sebuah kalimat klasik yang mungkin kita anggap klise, tapi pernahkah anda mencoba untuk menghitung berapa banyak kegagalan dalam hidup ini yang pernah anda hadapi? Kalau kita mau merenungi dan mencoba untuk melakukan kilas balik perjalanan hidup kita, bisa jadi kita akan tersadar bahwa untuk sampai di posisi saat ini, paling tidak kita pernah dihadapkan pada suatu kegagalan sebelum akhirnya kita bisa mencapai suatu keberhasilan. 

Kalau anda pernah menonton film inside out yang diproduksi oleh Walt Disney Pictures dan Pixar Animation Studio, disitu kita bisa mempelajari bahwa kehadiran Joy sangat dipengaruhi oleh adanya Sadness, dengan adanya kesedihan maka seseorang justru bisa menemukan makna dari kebahagiaan, asalkan Ia bisa melewati kesedihannya dengan baik.

Sama halnya dengan kegagalan, ketika kita mengalami kegagalan, bermacam emosi dapat muncul seperti marah, sedih, menyesal, dan lain sebagainya tergantung mana yang muncul terlebih dahulu sesuai dengan konteks kegagalan yang kita alami. Namun demikian, ketika kita meluangkan waktu untuk meresapi, memahami, dan melakukan introspeksi diri secara positif serta melakukan analisa dan evaluasi terhadap kegagalan tersebut, bukan tidak mungkin kita akan menemukan insight, motivasi, serta pencerahan lainnya yang justru akan membuat kita menjadi lebih kuat, atau bahkan lebih baik dari sebelumnya. 

Sebagai contoh, ketika anda mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan assessment center untuk tujuan mapping atau promosi, idealnya anda akan mendapatkan feedback terhadap hasil assessment tersebut. Ketika anda mendapatkan feedback dan mengetahui bahwa ternyata masih banyak kompetensi anda yang masuk kategori area yang perlu dikembangkan, pada dasarnya anda akan memiliki beberapa pilihan respon terhadap hasil tersebut, misalnya:

  1. Anda menerima hasil tersebut dan bersedia untuk melakukan refleksi serta introspeksi diri berdasarkan hasil feedback yang diberikan, 

  2. Anda merasa gagal dan mencari pembelaan ataupun pembenaran dengan melakukan penyangkalan terhadap pemberi feedback atau siapapun bahwa seharusnya hasil assessment anda tidak seperti itu.  

Bisa saja anda merasa bahwa memiliki banyak kompetensi yang berada di area pengembangan adalah merupakan sebuah kegagalan, namun di sisi lain, dengan adanya area yang perlu dikembangkan tadi, maka anda diberikan kesempatan untuk berkembang dengan berusaha dan mengupayakan diri untuk menjadi lebih baik dan efektif pada kompetensi tersebut. Maka ketika anda dihadapkan pada situasi seperti itu, anda sendiri yang akan memilih kuncinya. Apakah anda mau membuka pintu menuju diri sendiri yang lebih baik, atau meratapi hasil dengan melihat area pengembangan sebagai sebuah kegagalan, lalu kemudian menyalahkan diri sendiri atau lingkungan atas kegagalan yang anda dapat, tanpa memikirkan potensi pengembangan diri kearah yang lebih baik.

Menjadi lebih baik adalah sebuah proses, dan terkadang kegagalan ikut andil di dalamnya, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menerima kegagalan itu secara positif dan berjiwa besar. Belajar untuk mengelola kegagalan menjadi sebuah energi yang mampu memicu semangat serta dorongan motivasi untuk selalu mencapai hasil yang lebih baik kedepannya.

 

Artikel ditulis oleh Gardhika Waskita - Resident Assessor prasmul-eli
Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat, Jakarta 12430
Indonesia
Prasetiya Mulya Executive Learning Institute
Prasetiya Mulya Cilandak Campus, Building 2, #2203
Jl. R.A Kartini (TB. Simatupang), Cilandak Barat,
Jakarta 12430
Indonesia