Beranda
>
Gagasan
>
Artikel

Pengertian Supply Chain dan Cara Efektif Menerapkannya dalam Bisnis

cover-artikel-putih.jpg

Supply chain atau rantai pasok adalah proses perjalanan yang dilalui bahan mentah, sumber daya, komponen, dan barang sebelum dirakit menjadi sebuah produk dan dijual ke konsumen. 

Jika perjalanan supply chain terganggu, maka akan berdampak juga pada proses penjualan produk. Misalkan ketika ada inflasi salah satu bahan mentah, maka akan berdampak pada peningkatan harga jual sebuah produk. 

Seperti perang tarif dagang yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap China, maka akan meningkatkan harga-harga barang yang ada di Amerika. Karena barang-barang yang dijual di Amerika pasti ada andil bahan mentah dari China. 

Bahkan dengan adanya kebijakan Trump yang baru ini, harga iPhone bisa digadang-gadang para analis akan naik di kisaran 30 sampai 40 persen. Karena ada beberapa bahan mentah pembuatan iPhone yang diproduksi di China. 

Oleh karena itu, supply chain ini sangat penting bagi bisnis. Bisnis perlu menerapkan supply chain dengan efektif agar tidak berdampak negatif bagi penjualan. 

Apa yang Dimaksud dengan Supply Chain?

Supply chain atau rantai pasokan adalah jaringan organisasi, orang, aktivitas, informasi, dan sumber daya yang terlibat dalam membuat dan mendistribusikan produk dari pemasok bahan baku hingga ke konsumen akhir. Ini termasuk proses mulai dari produksi, pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi barang.
 

Secara sederhana, supply chain adalah sistem yang menghubungkan berbagai elemen dalam bisnis untuk memastikan produk atau layanan dapat sampai ke tangan konsumen dengan biaya rendah, waktu yang cepat, dan kualitas yang baik.

Siapa Saja yang Terlibat dalam Proses Supply Chain?

Proses supply chain tidak hanya melibatkan satu pihak, bahkan bisa lintas geografi. Siapa saja yang terlibat dalam proses supply chain? Berikut ini daftarnya:

  • Pemasok (Suppliers), pemasok menyediakan bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi barang atau jasa.

  • Produsen, mengubah bahan baku menjadi produk jadi.

  • Vendor, yang menjual dan membeli bahan baku mentah.

  • Distributor atau jasa layanan logistik,  yang mengirimkan produk jadi ke toko, gudang, atau langsung ke konsumen.

  • Supply chain manager, yang memastikan proses operasional berjalan mulus mulai dari perencanaan, pencarian sumber bahan baku, proses pabrikan, dan pengiriman ke konsumen. 

  • Retailer, yang menjual produk secara daring maupun di toko fisik

  • Pelanggan,  yang menerima produk atau jasa akhir. Mereka bisa berupa individu atau perusahaan lain.

 

Mengapa Supply Chain itu Penting?

Supply chain menjadi urat nadi bagi sebuah bisnis. Tanpa supply chain, bisnis akan kewalahan dalam menerima dan mengirimkan barang ke konsumen. 

Berikut ini beberapa manfaat supply chain bagi bisnis:

  • Meningkatkan Efisiensi Biaya 

Pengelolaan supply chain yang baik mendukung perusahaan untuk mengurangi biaya, baik itu biaya bahan baku, biaya produksi, hingga biaya pengiriman. Hal ini meningkatkan profitabilitas dan daya saing.

  • Produk Terkirim di Waktu yang Tepat 

Dengan sistem rantai pasokan yang efektif, barang dapat sampai ke konsumen tepat waktu. Ini penting untuk mempertahankan kepuasan pelanggan.

  • Meningkatkan Kualitas Produk

Pengelolaan supply chain yang baik memastikan bahwa produk yang sampai di konsumen memenuhi standar kualitas yang tinggi.

  • Pengendalian Stok yang Lebih Baik

Dengan pemantauan yang tepat, kita dapat menghindari kelebihan atau kekurangan stok. Ini membantu untuk memastikan bahwa produksi tetap berjalan dengan lancar dan memenuhi permintaan pasar.

  • Fleksibilitas dalam Respons terhadap Permintaan Pasar

Ketika ada perubahan dalam kebutuhan pelanggan atau kondisi pasar, supply chain yang efisien memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan cepat.

  • Meningkatkan Layanan Pelanggan

Produk yang dikirim dengan cepat, tepat waktu, dan dalam kondisi baik meningkatkan pengalaman pelanggan, yang pada akhirnya membangun loyalitas dan meningkatkan penjualan.

 

Apa Saja Risiko dari Supply Chain?

McKinsey mengklasifikasikan guncangan rantai pasokan menjadi empat tipe yang berbeda berdasarkan dampak, waktu respons, dan frekuensi terjadinya:

  1. Bencana yang Tidak Terduga

Peristiwa luar biasa yang tidak bisa diprediksi dan menyebabkan kerugian hingga triliunan dolar. Contoh termasuk terorisme ekstrem dan serangan siber sistemik.

  1. Bencana yang Dapat Diperkirakan

Guncangan dengan dampak serupa dengan bencana tak terduga, namun pola yang lebih besar dan probabilitas kejadian dapat memandu persiapan secara umum. Contoh termasuk krisis finansial dan konflik militer global.

  1. Gangguan yang Tidak Terduga

Peristiwa serius dan mahal tetapi dalam skala yang lebih kecil daripada bencana. Contohnya adalah pelanggaran data, penarikan produk, dan kecelakaan industri.

  1. Gangguan yang Dapat Diperkirakan

Beberapa gangguan dapat terdeteksi sebelum terjadi. Contohnya adalah perselisihan dagang antara China-AS dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Organisasi seringkali fokus pada mengelola gangguan yang paling sering mereka hadapi. Pandemi COVID-19 mengingatkan bahwa meskipun gangguan ekstrem jarang terjadi, organisasi tetap perlu mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan tersebut ketika membuat keputusan dan strategi jangka panjang. 

Untuk sebagian besar organisasi, hal ini berarti memperluas fokus manajer rantai pasokan yang selama ini berfokus pada biaya, penggunaan modal, layanan, dan kualitas untuk mencakup tiga prioritas baru yang sangat penting yakni ketahanan, kelincahan, dan keberlanjutan. 

Dengan meningkatkan fokus pada resiliensi dan agility, perusahaan dapat lebih siap untuk menghadapi dan mengelola guncangan yang tak terduga atau yang sudah dapat diperkirakan, sehingga menjaga kelangsungan operasional dalam kondisi yang tidak pasti.

 

3 Langkah Meningkatkan Resiliensi Supply Chain Dalam Bisnis 

McKinsey terus menekankan pentingnya resiliensi dan agility dalam proses supply chain agar bisa terus bertahan dalam jangka panjang. 

Berdasarkan penjelasan McKinsey, berikut adalah tiga cara untuk meningkatkan resiliensi supply chain:

  1. Mengintegrasikan dan Menyederhanakan Operasi
    Tindakan ini melibatkan beberapa langkah kunci, termasuk:

    • Membuat pusat komando untuk mengkonsolidasikan respons organisasi terhadap gangguan.

    • Mensimulasikan dan merencanakan untuk gangguan pasokan dan permintaan yang ekstrem.

    • Mengevaluasi kembali strategi inventaris just-in-time untuk memastikan ketersediaan barang yang cukup dalam situasi yang tak terduga.
       

  2. Mencapai Resiliensi Struktural
    Mencapai resiliensi jangka panjang melibatkan:

    • Membangun digital twin untuk bagian kritis dari rantai pasokan, yang memungkinkan simulasi dan pengujian kasus skenario.

    • Menciptakan dan menguji skenario "what if" untuk memahami dampak dari berbagai potensi gangguan.

    • Meningkatkan berbagi data dengan pemasok untuk memastikan aliran informasi yang lebih transparan dan responsif.

    • Mempertimbangkan pembatasan (ring-fencing) pada sebagian tim rantai pasokan untuk memastikan keberlanjutan operasional.
       

  3. Tanggap Darurat (Firefighting)
    Tindakan ini mencakup langkah-langkah jangka pendek untuk mengidentifikasi celah dalam rantai pasokan yang sebelumnya terabaikan. 

Meskipun ini tidak membangun ketahanan jangka panjang, taktik ini berguna dalam menghadapi gangguan sementara dan harus diikuti dengan reformasi yang lebih kompleks dan jangka panjang untuk memperkuat ketahanan secara keseluruhan.

Ketiga langkah ini dapat membantu perusahaan membangun supply chain yang lebih tahan terhadap gangguan dan lebih siap beradaptasi dengan perubahan di masa depan.

Membangun Resiliensi Supply Chain Bersama prasmul-eli

Dengan adanya disrupsi yang semakin tidak terprediksi pasca COVID-19, adanya perang geopolitik, perang tarif dagang, dan dinamika politik, akan mempengaruhi proses perjalanan supply chain. 

Oleh karena itu, membangun resiliensi dan agility menjadi kunci penting untuk beradaptasi di masa disrupsi ini. 

Ajak tim Anda untuk membangun resiliensi supply chain dengan mengikuti pelatihan supply chain management dari prasmul-eli. 


Mari, bangun keberlanjutan bisnis dengan kelancaran supply chain!

ARTIKEL TERKAIT